Minggu, 13 Maret 2016

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE



A.      DEFINISI
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. Sedangkan menurut Hudak (1996), stroke adalah defisit neurologi yang mempunyai serangan mendadak dan berlangsung 24 jam sebagai akibat dari cardiovascular disease (CVD). (Fransisca B Batticaca, 2008)
Menurut WHO, stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. (Arif Muttaqin, 2008).
Stroke/CVD (Cerebro Vaskuler Disease) merupakan gangguan suplai oksigen ke sel-sel syaraf yang dapat disebabkan oleh pecahnya atau lebih pembuluh darah yang memperdarai otak dengan tiba-tiba. (Brunner dan Sudart, 2002)
Stroke merupakan cedera otak yang berkaitan obstruksi aliran darah otak. Stroke dapat menjadi akibat pembentukan trombus ke otak/di suatu arteri serebrum, akibat embolus yang mengalir ke otak dari tempat lain ke tubuh atau akibat perdarahan otak. (Corwin, 2001)
Sroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus di tangani secara tepat dan cepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. (Muttaqin, 2008)

B.      ETIOLOGI
  1. Stroke hemoragik:
a.       Hipertensi
b.      Perdarahan subaracnoid kerena pecahnya pembuluh darah dalam otak
c.       Perdarahan intra serebral
  1. Stroke non hemoragik:
a.       Thrombus pada pembuluh darah
b.      Emboli
c.       Kelainan pembekuan darah
d.      Factor predisposisi:
e.       Merokok

C.      FAKTOR RISIKO
  1. Hipertensi.
  2. Obesitas.
  3. Hiperkolesterol.
  4. Peningkatan hematokrit.
  5. Penyakit kardiovaskuler : AMI, CHF, LVH, AF.
  6. DM.
  7. Merokok.
  8. Alkoholisme.
  9. Penyalahgunaan obat : kokain.

D.      KLASIFIKASI
Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan menjadi:
Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu :
  1. Stroke hemoragik
Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yang disebabkan pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi pada saat melakukan aktifitas, namun juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun dan penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.
  1. Stroke non hemoragik
Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak. Umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama atau angun tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak.
Stroke non hemoragik dapat juga diklasifikasikan berdasarkan perjalanan penyakitnya, yaitu :
a.       TIA’S (Trans Ischemic Attack)
Yaitu gangguan neurologist sesaat, beberapa menit atau beberapa jam saja dan gejala akan hilang sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b.      Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defict)
Gangguan neurologist setempat yang akan hilang secara sempurna dalam waktu 1 minggu dan maksimal 3 minggu..
c.       Sstroke in Evolution
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan yang muncul semakin berat dan bertambah buruk. Proses ini biasanya berjalan dalam beberapa jam atau beberapa hari.
d.      Complete Stroke
Gangguan neurologist yang timbul bersifat menetap atau permanent. (Sumber : Mahar Mardjono dan Priguna Sidharta)

Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya:
a.       TIA ( Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang terjadi selama beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b.      Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.
c.       Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau permanen . Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang.


E.      TANDA DAN GEJALA
Menurut Smeltzer & Bare (2002) dan Price & Wilson (2006) tanda dan gejala penyakit stroke adalah kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh, hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran, penglihatan ganda atau kesulitan melihat pada satu atau kedua mata, pusing dan pingsan, nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas, bicara tidak jelas (pelo), sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat, tidak mampu mengenali bagian dari tubuh, ketidakseimbangan dan terjatuh dan hilangnya pengendalian terhadap kandung kemi .

F.      PATOFISIOLOGI
Otak sangat tergantung kepada oksigen, bila terjadi anoksia seperti yang terjadi pada stroke di otak mengalami perubahan metabolik, kematian sel dan kerusakan permanen yang terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit (non aktif total). Pembuluh darah yang paling sering terkena ialah arteri serebral dan arteri karotis Interna.
Adanya gangguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau cedera pada otak melalui empat mekanisme, yaitu :
  1. Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan sehingga aliran darah dan suplainya ke sebagian otak tidak adekuat, selanjutnya akan mengakibatkan perubahan-perubahan iskemik otak.
  2. Pecahnya dinding arteri serebral akan menyebabkan bocornya darah ke kejaringan (hemorrhage).
  3. Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan otak.
  4. Edema serebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruang interstitial jaringan otak.
Konstriksi lokal sebuah arteri mula-mula menyebabkan sedikit perubahan pada aliran darah dan baru setelah stenosis cukup hebat dan melampaui batas kritis terjadi pengurangan darah secara drastis dan cepat. Oklusi suatu arteri otak akan menimbulkan reduksi suatu area dimana jaringan otak normal sekitarnya yang masih mempunyai pendarahan yang baik berusaha membantu suplai darah melalui jalur-jalur anastomosis yang ada. Perubahan awal yang terjadi pada korteks akibat oklusi pembuluh darah adalah gelapnya warna darah vena, penurunan kecepatan aliran darah dan sedikit dilatasi arteri serta arteriole. Selanjutnya akan terjadi edema pada daerah ini. Selama berlangsungnya perisriwa ini, otoregulasi sudah tidak berfungsi sehingga aliran darah mengikuti secara pasif segala perubahan tekanan darah arteri.. Berkurangnya aliran darah serebral sampai ambang tertentu akan memulai serangkaian gangguan fungsi neural dan terjadi kerusakan jaringan secara permanen.

G.      PATHWAY


H.      KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit stroke menurut Smeltzer & Bare (2002) adalah:
1.      Hipoksia serebral, diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan. Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta hematokrit pada tingkat dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.
2.      Penurunan aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intrvena) harus menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi dan hipotensi ekstrim perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera.
3.      Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya akan menurunkan aliran darah serebral. Disritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan penghentian trombus lokal. Selain itu, disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki.

 I.      DATA PENUNJANG
Menurut (Doenges dkk, 1999) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada penyakit stroke adalah:
  1. Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan, obstruksi arteri atau adanya titik oklusi/ ruptur.
  2. CT-scan: memperhatikan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark.
  3. Pungsi lumbal: menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada thrombosis, emboli serebral, dan TIA (Transient Ischaemia Attack) atau serangan iskemia otak  sepintas. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya hemoragik subarakhnoid atau perdarahan intra kranial. Kadar protein total meningkat pada kasus thrombosis sehubungan dengan adanya proses inflamasi.
  4. MRI (Magnetic Resonance Imaging): menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik, dan malformasi arteriovena.
  5. Ultrasonografi Doppler: mengidentifikasi penyakit arteriovena.
  6. EEG (Electroencephalography): mengidentifikasi penyakit didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
  7. Sinar X: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada thrombosis serebral.

 J.      PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan medis menurut menurut Smeltzer & Bare (2002) meliputi:
  1. Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark serebral.
  2. Antikoagulan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler.
  3. Antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam pembentukan thrombus dan embolisasi.

K.      PENANGANAN DAN PERAWATAN STROKE DI RUMAH
  1. Berobat secara teratur ke dokter.
  2. Jangan menghentikan atau mengubah dan menambah dosis obat tanpa petunjuk dokter.
  3. Minta bantuan petugas kesehatan atau fisioterapi untuk memulihkan kondisi tubuh yang lemah atau lumpuh.
  4. Perbaiki kondisi fisik dengan latihan teratur di rumah.
  5. Bantu kebutuhan klien.
  6. Motivasi klien agar tetap bersemangat dalam latihan fisik.
  7. Periksa tekanan darah secara teratur.
  8. Segera bawa klien/pasien ke dokter atau rumah sakit jika timbul tanda dan gejala stroke.

L.      PENCEGAHAN STROKE
  1. Hindari merokok, kopi, dan alkohol.
  2. Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan ideal (cegah kegemukan).
  3. Batasi intake garam bagi penderita hipertensi.
  4. Batasi makanan berkolesterol dan lemak (daging, durian, alpukat, keju, dan lainnya).
  5. Pertahankan diet dengan gizi seimbang (banyak makan buah dan sayuran)
  6. Olahraga secara teratur.

ASUHAN KEPERAWATAN STROKE
PENGKAJIAN FOKUS

A.      IDENTITAS KLIEN
Nama:
Tempet/tanggal lahir:
Usia:
Agama:
Suku:
Status perkawinan:
Pendidikan:
Pekerjaan :
Bahasa yang digunakan:
Alamat:
Dx medik:
B.      IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama:
Alamat:
Hubungan dengan klien:
C.      RIWAYAT KEPERAWATAN MASA LALU
Penyakit yang pernah diderita:
Kebiasaan buruk:
Penyakit keturunan:
Operasi:
Alergi:
D.      RIWAYAT KEPERAWATAN SEKARANG
Alasan masuk:
Tindakan/terapi yang sudah diterima:
Keluhan utama:
E.      PENGKAJIAN PERPOLA KESEHATAN
1.      Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Sebelum sakit:
Bagaimana klien menjaga kesehatan?
Bagaimana cara menjaga kesehatan?
Saat  sakit:
Apakah klien tahu tentang penyakitnya?
Apa yang dilakukan jika rasa sakitnya timbul?
Apakah pasien tahu penyebab dari rasa sakitnya?
Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?
2.      Nutrisi metabolik
Sebelum sakit:
Apakah sering mengkonsumsi makanan berkolesterol seperti  daging?
Kebiasaan makan/minum sehari-hari?
Saat sakit:
Apakah klien merasa mual/muntah?
Apakah klien mengalami anoreksia?
Makan/minum; frekuensi , porsi, jenis, voleme?
3.      Eliminasi
Sebelum sakit:
Apakah BAB/BAK teratur; frekuensi, warna, konsistensi, keluhan nyeri?
Saat sakit:
Apakah BAB/BAK teratur; frekuensi, warna, konsistensi, keluhan nyeri?
4.      Aktivitas dan latihan
Sebelum sakit:
Apakah bisa melakukan aktivitas sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari?
Apakah mengalami kelelahan saat aktifvitas?
Apakah mengalami sesak nafas saat beraktivitas?
Saat sakit:
Apakah memerlukan bantuan saat beraktivitas (penkes, sebagian, total)?
Apakah pada saat beraktivitas; sesak,palpitasi, kelemahan, cepat lelah?
5.      Tidur dan istirahat
sebelum sakit:
Apakah tidur klien terganggu?
Berapa lama, kualitas tidur (siang dan/malam ?
Kebiasaan sebelum tidur?
Saat sakit:
Apakah tidur klien terganggu?
Berapa lama, kualitas tidur(siang siang dan/malam ?
Kebiasaan sebelum tidur?
6.      Kognitif dan persepsi sensori
Sebelum sakit:
Bagaimana menghindari rasa sakit?
Saat sakit:
Apakah mengalami nyeri (PQRST)?
Keluhan gangguan pancaindera?
7.      Persepsi dan konsep diri
Sebelum sakit:
Bagaimana klien menggambarkan dirinya?
Saat sakit:
Bagaimana pandangan pasien dengan dirinya terkait dengan penyakitnya?
8.      Peran dan hubungan dengan sesama
Sebelum sakit:
Bagaimana hubungan klien dengan sesama?
Saat sakit;
Bagaimana hubungan dengan orang lain (teman, keluarga, perawat, n dokter)?
Apakah merasa pekerjaan terganggu, siapa yang menggantikan?
9.      Reproduksi dan seksualitas
Sebelum sakit:
Apakah ada gangguan hubungan seksual klien?
Saat sakit:
Apakah ada gangguan hubungan seksual klien?
10.  Mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
Sebelum sakit:
Bagaimana menghadapi masalah?
Bagaimana klien mengatasinya?
Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi?
Saat sakit:
Bagaimana menghadapi masalah?
Apakah klien stres dengan penyakitnya?
Bagaimana klien mengatasinya?
Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi?
11.  Nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit:
Bagaimana kebiasaan dalam menjalankan ajaran Agama?
Saat sakit:
Apakah ada tindakan medis yang bertentangan kepercayaan?
Apakah penyakit yang dialami mengganggu dalam menjalankan ajaran Agama yang dianut?
F.      PEMERIKSAAN FISIK
1.      Keadaan umum
Tidak tampak sakit: mandiri, tidak terpasang alat medis
Tampak sakit ringan: bedrest, terpasang infus
Tampak sakit sedang : bedrest, lemah, terpasang infus, alat medis
Tampak sakit berat: menggunakan oksigen, coma
2.      Kesadaran:
Kuantitatif:
Mata :
Spontan(4)
Atas permintaan(3)
Rangsang nyeri(2)
Tidak bereaksi(1)
Verbal:
Orientasi baik(5)
Jawaban kacau(4)
Kata-kata sepatah(3)
Merintis/mengerang(2)
Tidak bersuara(1)
Motorik:
Menurut perintah(6)
Reaksi setempat(5)
Menghindar(4)
Fleksi abnormal(3)
Ekstensi nyeri(2)
Tidak bereaksi(1)
Kualitatif: compos mentis, apatis, somnolen, sopor, soporcoma, coma?
3.      Tanda vital:
T: hipertermi?
N: cepat,tidak teratur, frekuensi, irama, volume?
RR: cepat, irama, jenis, frekuensi,
TD:?
SPO:?
4.      Pemeriksaan sistemik
Kepala:
Rambut
Mata:
Dahi:
Mulut:
Torak:
Inspeksi?
Palpasi?
Perkusi?
Auskultasi ?
Ekteremitas:
5.      Saraf kranial:
Olfaktorius: penciuman?
Optikus: lapang pandang?
Okulomotorius: gerakan bolamata ke atas?
Troklearis: gerakan bola mata ke bawah?
Trigeminus:sentuhan, kemampuan menggigit?
Abdusen: gerakan bola mata melirik ke kanan ke kiri?
Fasialis: kemampuan mengangkat alis, mengerutkan dahi, tersenyum?
Vestibulo akustikus: pendengan, keseimbangan?
Glasofaringeus: menelan, muntah?
Vagus: menelan, muntah?
Asesorius: motorik kepala, bahu?
Hipoglosus: motorik lidah?
G.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Laboratorium darah?
2.      EKG?
3.      CT scan?
4.      MRI?
5.      Rontgen dada?
6.      Angiografi ?
H.      TERAPI
Terapi yang didapat: nama obat, dosis, waktu, rute, indikasi?
 I.      DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1.      Penurunan cardiak output berhubungan dengan heart rate, peningkatan after load, vasikonstriksi
Intervensi:
1)      Monitor TTV;TD,N,RR
R/mengetahui keadaan klien
2)      Monitor bunyi napas, bunyi jantung
R/mengetahui perubaha napas /bunyi jantung
3)      Monitor edema
R/mengetahui keadaan klien
4)      Batasi sodium sesuai program
R/menghindari penimbunan cairan
5)      Anjurkan untuk bedrest
R/mempercepat pemulihan kondisi
6)      Beri posisi semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
7)      Kolaborasi/lanjutkan program EKG
R/mengetahui kelainan jantung
8)      Kolaborasi/lanjutkan terapi oksigen
R/mencukupi kebutuhan oksigen
9)      Kolaborasi/lanjutkan terapi obat
R/mempercepat proses penyembuhan
2.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
Intervensi:  
1)      Monitor TTV;TD,N,RR
R/mengetahui keadaan klien
2)      Monitor kemampuan aktivitas klien
R/mengetahui kemampuan klie
3)      Anjurkan untuk bedrest
R/mempercepat pemulihan kondisi
4)      Beri posisi semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
5)      Bantu aktivitas klien secara bertahap
R/mengurangi bebar kerja klien
6)      Beri cukup nutrisi sesuai dngan diet
R/mempercepat pemulihan kondisi
7)      Kolaborasi/lanjutkan terapi oksigen
R/mencukupi kebutuhan oksigen
3.      Perfusi jaringan serebral/ferifer tidak efektik berhubungan dengan aliran arteri terhambat
Interensi:
1)      Monitor TTV;TD,N,RR
R/mengetahui keadaan klien
2)      Monitor capiler refill
R/mengetahui status keadaan klien
3)      Monitor kemampuan aktivitas klien
R/mengetahui kemampuan klie
4)      Anjurkan untuk bedrest
R/mempercepat pemulihan kondisi
5)      Beri posisi semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
6)      Bantu aktivitas klien secara bertahap
R/mengurangi beban kerja klien
7)      Cegah fleksi tungkai
R/menghindari penurunan staus kesadaran klien
8)      Beri cukup nutrisi sesuai dngan diet
R/mempercepat pemulihan kondisi
9)      Kolaborasi/lanjutkan terapi oksigen
R/mencukupi kebutuhan oksigen
10)  Kolaborasi/lanjutkan therapi trasfusi
R/mempercepat pemulihan kondisi klien
11)  Kolaborasi/lanjutkan pemberian obat; nama, dosis, waktu, cara
R/mempercepat proses penyembuhan
4.      Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, nyeri, cemas, kelelahan otot pernapasan, defornitas dinding dada
Intervensi:
1)      Monitor TTV;TD,N,RR
R/mengetahui keadaan klien
2)      Monitor kemampuan aktivitas klien
R/mengetahui kemampuan klie
3)      Anjurkan untuk bedrest
R/mempercepat pemulihan kondisi
4)      Beri posisi semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
5)      Bantu aktivitas klien secara bertahap
R/mengurangi beban kerja klien
6)      Beri cukup nutrisi sesuai dngan diet
R/mempercepat pemulihan kondisi
7)      Kolaborasi/lanjutkan terapi oksigen
R/mencukupi kebutuhan oksigen
5.      Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
Intervensi:
1)      Monitor derajat dan kualitas nyeri(PQRST)?
R/mengetahui rasa nyeri yang dirasakan
2)      Ajarkan teknik distraksi/relaksasi
R/mengurangi rasa nyeri
3)      Beri posisi nyaman
R/untuk mengurangi rasa nyeri
4)      Beri posisi semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
5)      Kolaborasi/lanjutkan pemberian analgetik; nama, dosis, waktu, cara
R/mengurangi rasa nyeri  


DAFTAR PUSTAKA
Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta,  EGC, 2000
Misbach, Jusuf. 2011. STROKE ASPEK DIAGNOSTIK, PATOFISIOLOGI, MANAJEMEN. Jakarta : Badan Penerbit FKUI
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G. 2002. BUKU AJAR Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta : EGC
Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.
Price, S.A., dan Wilson, L.M, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta
Mardjono Mahar, Sidharta Priguna., 2006, Neurologi Klinis Dasar , P.T Dian Rakyat, Jakarta.
Gleadle, Jonathan., 2005, Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik, EMS, Jakarta.
Brunner and Suddarth, , 2001, Keperawatan Medikal Bedah,EGC, Jakarta.
Brunner, I, S dan Suddarnth, Drs (2002) Buku Ajaran Keperawatan Medical Bedah Vol2 Jakarta: EGC
Carwin, J, E (2001) Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar