A.
DEFINISI
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi
gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan
otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian.
Sedangkan menurut Hudak (1996), stroke adalah defisit neurologi yang mempunyai
serangan mendadak dan berlangsung 24 jam sebagai akibat dari cardiovascular
disease (CVD). (Fransisca B Batticaca, 2008)
Menurut WHO, stroke adalah adanya tanda-tanda klinik
yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. (Arif Muttaqin,
2008).
Stroke/CVD (Cerebro Vaskuler Disease) merupakan gangguan
suplai oksigen ke sel-sel syaraf yang dapat disebabkan oleh pecahnya atau lebih
pembuluh darah yang memperdarai otak dengan tiba-tiba. (Brunner dan Sudart,
2002)
Stroke merupakan cedera otak yang berkaitan obstruksi
aliran darah otak. Stroke dapat menjadi akibat pembentukan trombus ke otak/di
suatu arteri serebrum, akibat embolus yang mengalir ke otak dari tempat lain ke
tubuh atau akibat perdarahan otak. (Corwin, 2001)
Sroke merupakan penyakit neurologis yang sering
dijumpai dan harus di tangani secara tepat dan cepat. Stroke merupakan kelainan
fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan
peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja.
(Muttaqin, 2008)
B.
ETIOLOGI
- Stroke hemoragik:
a.
Hipertensi
b.
Perdarahan subaracnoid kerena
pecahnya pembuluh darah dalam otak
c.
Perdarahan intra serebral
- Stroke non hemoragik:
a.
Thrombus pada pembuluh darah
b. Emboli
c. Kelainan pembekuan darah
d. Factor predisposisi:
e. Merokok
C.
FAKTOR RISIKO
- Hipertensi.
- Obesitas.
- Hiperkolesterol.
- Peningkatan hematokrit.
- Penyakit kardiovaskuler : AMI, CHF, LVH, AF.
- DM.
- Merokok.
- Alkoholisme.
- Penyalahgunaan obat : kokain.
D.
KLASIFIKASI
Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat
diklasifikasikan menjadi:
Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan
gejala kliniknya, yaitu :
- Stroke hemoragik
Terjadi perdarahan
cerebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yang disebabkan pecahnya
pembuluh darah otak. Umumnya terjadi pada saat melakukan aktifitas, namun juga
dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun dan penyebab yang
paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.
- Stroke non hemoragik
Dapat berupa iskemia,
emboli, spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak. Umumnya terjadi setelah
beristirahat cukup lama atau angun tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran
umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak.
Stroke non hemoragik dapat
juga diklasifikasikan berdasarkan perjalanan penyakitnya, yaitu :
a.
TIA’S (Trans Ischemic Attack)
Yaitu gangguan neurologist sesaat, beberapa menit
atau beberapa jam saja dan gejala akan hilang sempurna dalam waktu kurang dari
24 jam.
b.
Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defict)
Gangguan neurologist setempat yang akan hilang
secara sempurna dalam waktu 1 minggu dan maksimal 3 minggu..
c.
Sstroke in Evolution
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana
gangguan yang muncul semakin berat dan bertambah buruk. Proses ini biasanya
berjalan dalam beberapa jam atau beberapa hari.
d.
Complete Stroke
Gangguan neurologist yang timbul bersifat menetap
atau permanent. (Sumber : Mahar Mardjono dan Priguna Sidharta)
Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya:
a.
TIA ( Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang terjadi
selama beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang
dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b.
Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan
neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24
jam atau beberapa hari.
c.
Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau
permanen . Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan
TIA berulang.
E. TANDA DAN GEJALA
Menurut Smeltzer & Bare (2002)
dan Price & Wilson (2006) tanda dan gejala penyakit stroke adalah kelemahan
atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh, hilangnya
sebagian penglihatan atau pendengaran, penglihatan ganda atau kesulitan melihat
pada satu atau kedua mata, pusing dan pingsan, nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas,
bicara tidak jelas (pelo), sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang
tepat, tidak mampu mengenali bagian dari tubuh, ketidakseimbangan dan terjatuh
dan hilangnya pengendalian terhadap kandung kemi .
F.
PATOFISIOLOGI
Otak sangat tergantung kepada oksigen, bila terjadi anoksia seperti
yang terjadi pada stroke di otak mengalami perubahan metabolik, kematian sel
dan kerusakan permanen yang terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit (non aktif
total). Pembuluh darah yang paling sering terkena ialah arteri serebral dan
arteri karotis Interna.
Adanya gangguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau
cedera pada otak melalui empat mekanisme, yaitu :
- Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan sehingga aliran darah dan suplainya ke sebagian otak tidak adekuat, selanjutnya akan mengakibatkan perubahan-perubahan iskemik otak.
- Pecahnya dinding arteri serebral akan menyebabkan bocornya darah ke kejaringan (hemorrhage).
- Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan otak.
- Edema serebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruang interstitial jaringan otak.
Konstriksi lokal sebuah arteri mula-mula menyebabkan sedikit
perubahan pada aliran darah dan baru setelah stenosis cukup hebat dan melampaui
batas kritis terjadi pengurangan darah secara drastis dan cepat. Oklusi suatu
arteri otak akan menimbulkan reduksi suatu area dimana jaringan otak normal
sekitarnya yang masih mempunyai pendarahan yang baik berusaha membantu suplai
darah melalui jalur-jalur anastomosis yang ada. Perubahan awal yang terjadi
pada korteks akibat oklusi pembuluh darah adalah gelapnya warna darah vena,
penurunan kecepatan aliran darah dan sedikit dilatasi arteri serta arteriole. Selanjutnya
akan terjadi edema pada daerah ini. Selama berlangsungnya perisriwa ini,
otoregulasi sudah tidak berfungsi sehingga aliran darah mengikuti secara pasif
segala perubahan tekanan darah arteri.. Berkurangnya aliran darah serebral
sampai ambang tertentu akan memulai serangkaian gangguan fungsi neural dan
terjadi kerusakan jaringan secara permanen.
G. PATHWAY
H.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit stroke menurut Smeltzer
& Bare (2002) adalah:
1. Hipoksia serebral, diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah
adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang
dikirimkan ke jaringan. Pemberian
oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta hematokrit pada tingkat
dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.
2.
Penurunan aliran darah
serebral, bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan integritas pembuluh
darah serebral. Hidrasi
adekuat (cairan intrvena) harus menjamin penurunan viskositas darah dan
memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi dan hipotensi ekstrim perlu
dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi
meluasnya area cedera.
3.
Embolisme serebral, dapat
terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau dapat berasal dari
katup jantung prostetik. Embolisme
akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya akan menurunkan aliran
darah serebral. Disritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan
penghentian trombus lokal. Selain itu, disritmia dapat menyebabkan embolus
serebral dan harus diperbaiki.
I.
DATA PENUNJANG
Menurut (Doenges dkk, 1999) pemeriksaan diagnostik yang dapat
dilakukan pada penyakit stroke adalah:
- Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan, obstruksi arteri atau adanya titik oklusi/ ruptur.
- CT-scan: memperhatikan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark.
- Pungsi lumbal: menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada thrombosis, emboli serebral, dan TIA (Transient Ischaemia Attack) atau serangan iskemia otak sepintas. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya hemoragik subarakhnoid atau perdarahan intra kranial. Kadar protein total meningkat pada kasus thrombosis sehubungan dengan adanya proses inflamasi.
- MRI (Magnetic Resonance Imaging): menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik, dan malformasi arteriovena.
- Ultrasonografi Doppler: mengidentifikasi penyakit arteriovena.
- EEG (Electroencephalography): mengidentifikasi penyakit didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
- Sinar X: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada thrombosis serebral.
J. PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan medis menurut menurut
Smeltzer & Bare (2002) meliputi:
- Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark serebral.
- Antikoagulan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler.
- Antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam pembentukan thrombus dan embolisasi.
K.
PENANGANAN DAN PERAWATAN STROKE DI RUMAH
- Berobat secara teratur ke dokter.
- Jangan menghentikan atau mengubah dan menambah dosis obat tanpa petunjuk dokter.
- Minta bantuan petugas kesehatan atau fisioterapi untuk memulihkan kondisi tubuh yang lemah atau lumpuh.
- Perbaiki kondisi fisik dengan latihan teratur di rumah.
- Bantu kebutuhan klien.
- Motivasi klien agar tetap bersemangat dalam latihan fisik.
- Periksa tekanan darah secara teratur.
- Segera bawa klien/pasien ke dokter atau rumah sakit jika timbul tanda dan gejala stroke.
L.
PENCEGAHAN STROKE
- Hindari merokok, kopi, dan alkohol.
- Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan ideal (cegah kegemukan).
- Batasi intake garam bagi penderita hipertensi.
- Batasi makanan berkolesterol dan lemak (daging, durian, alpukat, keju, dan lainnya).
- Pertahankan diet dengan gizi seimbang (banyak makan buah dan sayuran)
- Olahraga secara teratur.
ASUHAN KEPERAWATAN STROKE
PENGKAJIAN FOKUS
A. IDENTITAS KLIEN
Nama:
Tempet/tanggal lahir:
Usia:
Agama:
Suku:
Status perkawinan:
Pendidikan:
Pekerjaan :
Bahasa yang digunakan:
Alamat:
Dx medik:
B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama:
Alamat:
Hubungan dengan klien:
C. RIWAYAT KEPERAWATAN MASA LALU
Penyakit yang pernah diderita:
Kebiasaan buruk:
Penyakit keturunan:
Operasi:
Alergi:
D. RIWAYAT KEPERAWATAN SEKARANG
Alasan masuk:
Tindakan/terapi yang sudah diterima:
Keluhan utama:
E. PENGKAJIAN PERPOLA KESEHATAN
1.
Persepsi
kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Sebelum sakit:
Bagaimana klien menjaga kesehatan?
Bagaimana cara menjaga kesehatan?
Saat sakit:
Apakah klien tahu tentang penyakitnya?
Apa yang dilakukan jika rasa sakitnya timbul?
Apakah pasien tahu penyebab dari rasa sakitnya?
Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?
2.
Nutrisi
metabolik
Sebelum sakit:
Apakah sering mengkonsumsi makanan berkolesterol seperti daging?
Kebiasaan makan/minum sehari-hari?
Saat sakit:
Apakah klien merasa mual/muntah?
Apakah klien mengalami anoreksia?
Makan/minum; frekuensi , porsi, jenis, voleme?
3.
Eliminasi
Sebelum sakit:
Apakah BAB/BAK teratur; frekuensi, warna, konsistensi, keluhan nyeri?
Saat sakit:
Apakah BAB/BAK teratur; frekuensi, warna, konsistensi, keluhan nyeri?
4.
Aktivitas
dan latihan
Sebelum sakit:
Apakah bisa melakukan aktivitas sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari?
Apakah mengalami kelelahan saat aktifvitas?
Apakah mengalami sesak nafas saat beraktivitas?
Saat sakit:
Apakah memerlukan bantuan saat beraktivitas (penkes, sebagian, total)?
Apakah pada saat beraktivitas; sesak,palpitasi, kelemahan, cepat lelah?
5.
Tidur
dan istirahat
sebelum sakit:
Apakah tidur klien terganggu?
Berapa lama, kualitas tidur (siang dan/malam ?
Kebiasaan sebelum tidur?
Saat sakit:
Apakah tidur klien terganggu?
Berapa lama, kualitas tidur(siang siang dan/malam ?
Kebiasaan sebelum tidur?
6.
Kognitif
dan persepsi sensori
Sebelum sakit:
Bagaimana menghindari rasa sakit?
Saat sakit:
Apakah mengalami nyeri (PQRST)?
Keluhan gangguan pancaindera?
7.
Persepsi
dan konsep diri
Sebelum sakit:
Bagaimana klien menggambarkan dirinya?
Saat sakit:
Bagaimana pandangan pasien dengan dirinya terkait dengan penyakitnya?
8.
Peran
dan hubungan dengan sesama
Sebelum sakit:
Bagaimana hubungan klien dengan sesama?
Saat sakit;
Bagaimana hubungan dengan orang lain (teman, keluarga, perawat, n dokter)?
Apakah merasa pekerjaan terganggu, siapa yang menggantikan?
9.
Reproduksi
dan seksualitas
Sebelum sakit:
Apakah ada gangguan hubungan seksual klien?
Saat sakit:
Apakah ada gangguan hubungan seksual klien?
10.
Mekanisme
koping dan toleransi terhadap stres
Sebelum sakit:
Bagaimana menghadapi masalah?
Bagaimana klien mengatasinya?
Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi?
Saat sakit:
Bagaimana menghadapi masalah?
Apakah klien stres dengan penyakitnya?
Bagaimana klien mengatasinya?
Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi?
11.
Nilai
dan kepercayaan
Sebelum sakit:
Bagaimana kebiasaan dalam menjalankan ajaran Agama?
Saat sakit:
Apakah ada tindakan medis yang bertentangan kepercayaan?
Apakah penyakit yang dialami mengganggu dalam menjalankan ajaran Agama yang
dianut?
F. PEMERIKSAAN FISIK
1.
Keadaan
umum
Tidak tampak sakit: mandiri, tidak terpasang alat medis
Tampak sakit ringan: bedrest, terpasang infus
Tampak sakit sedang : bedrest, lemah, terpasang infus, alat medis
Tampak sakit berat: menggunakan oksigen, coma
2.
Kesadaran:
Kuantitatif:
Mata :
Spontan(4)
Atas permintaan(3)
Rangsang nyeri(2)
Tidak bereaksi(1)
Verbal:
Orientasi baik(5)
Jawaban kacau(4)
Kata-kata sepatah(3)
Merintis/mengerang(2)
Tidak bersuara(1)
Motorik:
Menurut perintah(6)
Reaksi setempat(5)
Menghindar(4)
Fleksi abnormal(3)
Ekstensi nyeri(2)
Tidak bereaksi(1)
Kualitatif: compos mentis, apatis, somnolen, sopor,
soporcoma, coma?
3.
Tanda
vital:
T: hipertermi?
N: cepat,tidak teratur, frekuensi, irama, volume?
RR: cepat, irama, jenis, frekuensi,
TD:?
SPO:?
4.
Pemeriksaan
sistemik
Kepala:
Rambut
Mata:
Dahi:
Mulut:
Torak:
Inspeksi?
Palpasi?
Perkusi?
Auskultasi ?
Ekteremitas:
5.
Saraf
kranial:
Olfaktorius: penciuman?
Optikus: lapang pandang?
Okulomotorius: gerakan bolamata ke atas?
Troklearis: gerakan bola mata ke bawah?
Trigeminus:sentuhan, kemampuan menggigit?
Abdusen: gerakan bola mata melirik ke kanan ke kiri?
Fasialis: kemampuan mengangkat alis, mengerutkan dahi, tersenyum?
Vestibulo akustikus: pendengan, keseimbangan?
Glasofaringeus: menelan, muntah?
Vagus: menelan, muntah?
Asesorius: motorik kepala, bahu?
Hipoglosus: motorik lidah?
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Laboratorium
darah?
2.
EKG?
3.
CT
scan?
4.
MRI?
5.
Rontgen
dada?
6.
Angiografi
?
H. TERAPI
Terapi yang didapat: nama obat, dosis, waktu, rute, indikasi?
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1.
Penurunan
cardiak output berhubungan dengan heart rate, peningkatan after load,
vasikonstriksi
Intervensi:
1)
Monitor
TTV;TD,N,RR
R/mengetahui keadaan klien
2)
Monitor
bunyi napas, bunyi jantung
R/mengetahui perubaha napas /bunyi jantung
3)
Monitor
edema
R/mengetahui keadaan klien
4)
Batasi
sodium sesuai program
R/menghindari penimbunan cairan
5)
Anjurkan
untuk bedrest
R/mempercepat pemulihan kondisi
6)
Beri
posisi semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
7)
Kolaborasi/lanjutkan
program EKG
R/mengetahui kelainan jantung
8)
Kolaborasi/lanjutkan
terapi oksigen
R/mencukupi kebutuhan oksigen
9)
Kolaborasi/lanjutkan
terapi obat
R/mempercepat proses penyembuhan
2.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
Intervensi:
1)
Monitor
TTV;TD,N,RR
R/mengetahui keadaan klien
2)
Monitor
kemampuan aktivitas klien
R/mengetahui kemampuan klie
3)
Anjurkan
untuk bedrest
R/mempercepat pemulihan kondisi
4)
Beri
posisi semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
5)
Bantu
aktivitas klien secara bertahap
R/mengurangi bebar kerja klien
6)
Beri
cukup nutrisi sesuai dngan diet
R/mempercepat pemulihan kondisi
7)
Kolaborasi/lanjutkan
terapi oksigen
R/mencukupi kebutuhan oksigen
3.
Perfusi
jaringan serebral/ferifer tidak efektik berhubungan dengan aliran arteri
terhambat
Interensi:
1)
Monitor
TTV;TD,N,RR
R/mengetahui keadaan klien
2)
Monitor capiler refill
R/mengetahui status keadaan klien
3)
Monitor
kemampuan aktivitas klien
R/mengetahui kemampuan klie
4)
Anjurkan untuk bedrest
R/mempercepat pemulihan kondisi
5)
Beri posisi semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
6)
Bantu
aktivitas klien secara bertahap
R/mengurangi beban kerja klien
7)
Cegah fleksi tungkai
R/menghindari penurunan staus kesadaran klien
8)
Beri
cukup nutrisi sesuai dngan diet
R/mempercepat pemulihan kondisi
9)
Kolaborasi/lanjutkan
terapi oksigen
R/mencukupi kebutuhan oksigen
10)
Kolaborasi/lanjutkan
therapi trasfusi
R/mempercepat pemulihan kondisi klien
11)
Kolaborasi/lanjutkan
pemberian obat; nama, dosis, waktu, cara
R/mempercepat proses penyembuhan
4.
Pola
napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, nyeri, cemas, kelelahan
otot pernapasan, defornitas dinding dada
Intervensi:
1)
Monitor
TTV;TD,N,RR
R/mengetahui keadaan klien
2)
Monitor
kemampuan aktivitas klien
R/mengetahui kemampuan klie
3)
Anjurkan
untuk bedrest
R/mempercepat pemulihan kondisi
4)
Beri
posisi semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
5)
Bantu
aktivitas klien secara bertahap
R/mengurangi beban kerja klien
6)
Beri
cukup nutrisi sesuai dngan diet
R/mempercepat pemulihan kondisi
7)
Kolaborasi/lanjutkan
terapi oksigen
R/mencukupi kebutuhan oksigen
5.
Nyeri
akut berhubungan dengan agen injuri biologis
Intervensi:
1)
Monitor
derajat dan kualitas nyeri(PQRST)?
R/mengetahui rasa nyeri yang dirasakan
2)
Ajarkan
teknik distraksi/relaksasi
R/mengurangi rasa nyeri
3)
Beri
posisi nyaman
R/untuk mengurangi rasa nyeri
4)
Beri posisi
semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
5)
Kolaborasi/lanjutkan
pemberian analgetik; nama, dosis, waktu, cara
R/mengurangi rasa nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan
Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Marilynn E,
Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3,
Jakarta, EGC, 2000
Misbach, Jusuf. 2011. STROKE ASPEK DIAGNOSTIK,
PATOFISIOLOGI, MANAJEMEN. Jakarta : Badan Penerbit FKUI
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan
Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G. 2002. BUKU
AJAR Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta :
EGC
Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC,
Jakarta.
Price, S.A., dan Wilson, L.M, 1995, Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta
Mardjono Mahar, Sidharta Priguna., 2006, Neurologi
Klinis Dasar , P.T Dian Rakyat, Jakarta.
Gleadle, Jonathan., 2005, Anamnesis dan Pemeriksaan
Fisik, EMS, Jakarta.
Brunner and Suddarth, , 2001, Keperawatan Medikal
Bedah,EGC, Jakarta.
Brunner, I, S dan Suddarnth, Drs (2002) Buku Ajaran
Keperawatan Medical Bedah Vol2 Jakarta: EGC
Carwin, J, E (2001) Buku Saku Patofisiologi, Jakarta:
EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar