A. DEFINISI
Tumor paru merupakan
keganasan pada jaringan paru (Price, 1995)
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel–sel yang mengalami proliferasi dalam paru (Underwood, 2000).
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel–sel yang mengalami proliferasi dalam paru (Underwood, 2000).
Kanker paru adalah tumor
ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau epitel bronkus.
Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak
terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus didahului
oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa prakanker
disebut metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan
menghilangnya silia (Robbin & Kumar, 2007).
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami proliferasidalam paru (Underwood, Patologi, 2000).
Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalm
jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen, lingkungan,
terutama asap rokok ( Suryo, 2010).
B. ETIOLOGI
Meskipun etiologi
sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang
agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru:
1. Merokok: Tidak diragukan lagi
merupakan faktor utama. Suatu
hubungan statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih
dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung
sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok
berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola
resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik
telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit
hewan, menimbulkan tumor.
2. Iradiasi: Insiden karsinoma paru yang
tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal
(lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan
radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi
operatif.
3. Kanker paru akibat kerja: Terdapat insiden
yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur nikel)
dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru – paru hematite)
dan orang – orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami
peningkatan insiden.
4. Polusi udara: Mereka yang tinggal di kota
mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di
desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap
diesel dalam atmosfer di kota.
( Thomson, 1997).
( Thomson, 1997).
5. Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni :
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni :
a. Proton oncogen
b. Tumor suppressor gene
c. Gene encoding enzyme
6. Diet: Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi
betakaroten, selenium dan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker
paru (Ilmu Penyakit Dalam, 2001).
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru – paru (1977) :
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru – paru (1977) :
1. Karsinoma Bronkogenik
a. Karsinoma epidermoid (skuamosa). Kanker
ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk
metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas
mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol
kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa centimeter dan
cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan
mediastinum.
b. Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat). Biasanya
terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor ini timbul dari sel
– sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel – sel
kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini
ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen
ke organ – organ distal.
c. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel
alveolar). Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat
mengandung mukus. Kebanyakan
timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan
dengan jaringan parut local pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik.
Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan
secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala – gejala sampai terjadinya
metastasis yang jauh.
d. Karsinoma sel besar. Merupakan sel – sel
ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar
dan ukuran inti bermacam – macam. Sel – sel ini cenderung untuk timbul pada
jaringan paru - paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan
cepat ke tempat – tempat yang jauh.
e. Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.
f. Lain – lain.
1) Tumor karsinoid (adenoma bronkus)
2) Tumor kelenjar bronchial
3) Tumor papilaris dari epitel
permukaan
4) Tumor campuran dan Karsinosarkoma
5) Sarkoma
6) Tak terklasifikasi
7) Mesotelioma
8) Melanoma (Price, 1995).
D. TANDA DAN GEJALA
1. Gejala awal: Stridor lokal dan dispnea
ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi bronkus.
2. Gejala umum:
a. Batuk. Kemungkinan akibat iritasi yang
disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk
sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan
purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
b. Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi.
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi.
c. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat
badan.
E. PATOFISIOLOGI
Dari etiologi yang
menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan
deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan
karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi
perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus
ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada
kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu
cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi
bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala–gejala yang
timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin. Wheezing
unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan
berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker
paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe,
dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
F. PATHWAY
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi
a. Foto thorax posterior – anterior
(PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
b. Bronkhografi: Untuk melihat tumor di
percabangan bronkus.
2. Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus
limfe). Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA. Dapat
dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit. Dapat
dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
3. Histopatologi.
a. Bronkoskopi: Memungkinkan visualisasi,
pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik
dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB): Biopsi dengan
TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm,
sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c. Torakoskopi: Biopsi tumor didaerah pleura
memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.
d. Mediastinosopi: Umtuk mendapatkan tumor
metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
e. Torakotomi: Totakotomi untuk diagnostic
kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam prosedur non invasif dan invasif
sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
4. Pencitraan.
a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan
parenkim paru dan pleura.
b. MRI, untuk menunjukkan keadaan
mediastinum.
H. PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan: Tujuan pada pembedahan kanker
paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit
sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena
kanker.
a. Toraktomi eksplorasi: Untuk mengkomfirmasi
diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk
melakukan biopsy.
b. Pneumonektomi: Karsinoma bronkogenik
bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
c. Lobektomi (pengangkatan lobus paru). Karsinoma
bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula
emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
d. Resesi segmental. Merupakan pengankatan
satau atau lebih segmen paru.
e. Resesi baji. Tumor jinak dengan batas
tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan
pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es).
f. Dekortikasi. Merupakan pengangkatan bahan
– bahan fibrin dari pleura viscelaris).
2. Radiasi: Pada beberapa kasus, radioterapi
dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/
paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/
penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
3. Kemoterafi: Kemoterapi digunakan untuk
mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel
kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi
radiasi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KANKER PARU
PENGKAJIAN FOKUS
A. IDENTITAS KLIEN
Nama:
Tempet/tanggal lahir:
Usia:
Agama:
Suku:
Status perkawinan:
Pendidikan:
Bahasa yang digunakan:
Alamat:
Dx medik:
B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama:
Alamat:
Hubungan dengan klien:
C. RIWAYAT KEPERAWATAN MASA LALU
Penyakit yang pernah diderita?
Kebiasaan buruk?
Penyakit keturunan?
Alergi?
Operasi?
D. RIWAYAT KEPERAWATAN SEKARANG
Alasan masuk:
Tindakan/terapi yang sudah diterima:
Keluhan utama:
E. PENGKAJIAN POLA GORDON
1.
Persepsi
kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Apakah klien tahu tentang penyakitnya?
Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?
Apa yang dilakukan jika rasa sakitnya timbul?
Apakah pasien tahu penyebab dari rasa sakitnya?
Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?
2.
Nutrisi
metabolik
Apakah klien merasa mual/muntah/sulit menelan?
Apakah klien mengalami anoreksia?
Makan/minu: frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi?
3.
Eliminasi
Apakah buang air besar atau buang air kecil: teratur, frekuensi, waktu,
warna, konsistensi, keluhan nyeri, bau, sejak kapan?
4.
Aktivitas
dan latihan
Apakah memerlukan bantuan saat beraktivitas (penkes, sebagian, total)?
Apakah ada keluhan saat beraktivitas (sesak, batuk)?
5.
Tidur
dan istirahat
Apakah tidur klien terganggu, penyebab?
Berapa lama, kualitas tidur (siang dan/malam) ?
Kebiasaan sebelum tidur?
6.
Kognitif
dan persepsi sensori
Sebelum sakit:
Bagaimana menghindari rasa sakit?
Apakah mengalami nyeri (PQRST)?
Apakah merasa pusing?
7.
Persepsi
dan konsep diri
Bagaimana pandangan pasien dengan dirinya terkait dengan penyakitnya?
Bagaimana harapan klien terkait dengan penyakitnya?
F. PEMERIKSAAN FISIK
1.
Keadaan
umum?
2.
Kesadaran?
3.
Tanda-tanda
vital
T: hipertermia?
N: cepat, tidak teratur, frekuensi, irama,
volume?
RR: cepat, irama, jenis, frekuensi?
TD:?
SPO:?
4.
Status
gizi: penurunan berat badan?
5.
Pemeriksaan
had to toe
Thorak dan tulang belakang:
simetris?
Dada (paru)
Inspeksi: simetris?
Palpasi: panas, nyeri?
Perkusi: pekak, nyeri?
Auskultasi: wheezing.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto thorax posterior – anterior
(PA) dan leteral serta Tomografi dada?
2. Bronkhografi?
3. Laboratorium (Sitologi, Pemeriksaan fungsi
paru dan GDA, Tes kulit)?
4. Histopatologi (Bronkoskopi, Biopsi Trans
Torakal (TTB), Torakoskopi, Mediastinosopi, Torakotomi, CT-Scan, MRI?
5. laboratorium darah?
H. TERAPI
Terapi yang didapat: nama obat, dosis, waktu, rute, indikasi?
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1.
Perfusi
jaringan serebral/perifer tidak efektik berhubungan dengan aliran arteri
terhambat.
Tujuan: Perpusi jaringan serebral teratasi setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24jam dengan kriteria hasil:
§ Pasien tidak mengeluh pusing
§ Pasien tidak mengeluh sesak napas
§
Pernapasan
12-21x/mnt
§
Tekanan
darah 120-129/80-84mmHg
§
Nadi
60-100x/mnt
§
CRT:
<3 detik
Intervensi:
1)
Ukur
tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi
R/mengetahui keadaan klien
2)
Monitor
capillary refill time
R/mengetahui status keadaan klien
3)
Monitor
kemampuan aktivitas klien
R/mengetahui kemampuan klien
4)
Anjurkan
untuk bed rest
R/mempercepat pemulihan kondisi
5)
Beri
posisi semi fowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
6)
Bantu
aktivitas klien secara bertahap
R/mengurangi beban kerja klien
7)
Cegah
fleksi tungkai
R/menghindari penurunan staus kesadaran klien
8)
Beri
cukup nutrisi sesuai dengan diet
R/mempercepat pemulihan kondisi
9)
Kolaborasi/lanjutkan
terapi oksigen
R/mencukupi kebutuhan oksigen
10)
Kolaborasi/lanjutkan
terapi transfusi
R/mempercepat pemulihan kondisi klien
11)
Kolaborasi/lanjutkan
pemberian obat; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat proses penyembuhan
2.
Kerusakan
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler – alveolar.
Tujuan: Kerusakan pertukaran gas teratasi setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam dengan kriteria hasil:
§ Pasein tidak mengeluh sesak
§ Pernapasan 12-21x/mnt
§ Tekanan darah 120-129/80-84mmHg
§ Nadi 60-100x/mnt
§ GDA normal
§
Tidak
ada buyi napas tambahan
Intervensi:
1)
Kaji
fungsi pernapasan: frekuensi, bunyi, irama, jenis
R/mengetahui pola napas klien
2)
Monitor
adanya sianosis
R/mengetahui keadaan klien
3)
Beri
posisi semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
4)
Suction
bila perlu
R/membersihkan jalan napas
5)
Ajarkan
teknik batuk efektif
R/mengeluarkan sekret yang tertahan
6)
Anjurkan
minum air hangat
R/mengurangi sekret
7)
Kolaborasi/lanjutkan
terapi oksigen
R/mencukupi kebutuhan oksigen
8)
Kolaborasi/lanjutkan
pemberian mukolitik; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mengurangi sekret
3.
Bersihan
jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas, sekresi di
bronkus, eksudat di alveoli, sekresi yang tertahan, benda asing di jalan napas.
Bersihan jalan napas tidak efektif teratasi setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam dengan kriteria hasil:
§ Pasein tidak mengeluh sesak
§ Pernapasan 12-21x/mnt
§ Tekanan darah 120-129/80-84mmHg
§ Nadi 60-100x/mnt
§
Tidak
ada buyi napas tambahan
Intervensi:
1)
Kaji
fungsi pernapasan: frekuensi, bunyi, iramajenis
R/mengetahui pola napas klien
2)
Beri
posisi semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
3)
Suction
bila perlu
R/membersihkan jalan napas
4)
Ajarkan
teknik batuk efektif
R/mengeluarkan sekret yang tertahan
5)
Anjurkan
minum air hangat
R/mengurangi sekret
6)
Kolaborasi/lanjutkan
terapi oksigen
R/mencukupi kebutuhan oksigen
7)
Kolaborasi/lanjutkan
pemberian mukolitik; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mengurangi sekret
4.
Nyeri
akut berhubungan dengan agen injuri biologis.
Intervensi:
Tujuan: Nyeri akut teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1x24jam dengan kriteria hasil:
§ Pasien tidak mengeluh nyeri
§ Pasein tidak mengeluh sesak
§ Pernapasan 12-21x/mnt
§ Tekanan darah 120-129/80-84mmHg
§ Nadi 60-100x/mnt
Intervensi:
1)
Monitor
derajat dan kualitas nyeri (PQRST)?
R/mengetahui rasa nyeri yang dirasakan
2)
Ajarkan
teknik distraksi/relaksasi
R/mengurangi rasa nyeri
3)
Beri
posisi nyaman
R/untuk mengurangi rasa nyeri
4)
Beri
posisi semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
5)
Kolaborasi/lanjutkan
pemberian analgetik; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mengurangi rasa nyeri
5.
Kurang
pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan, tidak familiar dengan
sumber informasi.
Tujuan: Pengetahuan pasien bertambah setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1x45 menit dengan kriteria hasil:
§ Pasien bisa menjelaskan pengertian
Ca paru
§ Bisa menyebutkan penyebab Ca paru
§ Bisa menyebutkan tanda dan gejala
Ca paru
§ Bisa menyebutkan perawatan Ca paru
§
Bisa
menyebutkan pencegahan Ca paru
Intervensi:
1)
Kontrak
waktu dengan pasien
R/menetapkan waktu untuk pendidikan kesehatan
2)
Berikan
pendidikan kesehatan
R/meningkatkan pengetahuan pasien
3)
Evaluasi
pengetahuan pasien
R/mengetahui keberhasilan pendidikan kesehatan
4)
Anjurkan
kepada klien untuk melakukan apa yang telah disampaikan dalam pendidikan kesehatan
R/mengingatkan kembali pada pasien
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan dalam memasukkan, mencerna,
mengabsorbsi makanan karena faktor biologi.
Tujuan: Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi
setalah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria hasil:
§ Pasien tidak mengeluh lemas
§ Makan habis 1 porsi
§ Pasien tidak mual
§ Pasien tidak muntah
§ Berat badan normal/ideal
§ Konjungtiva merah muda
§
Rambut tidak rontok
Intervensi:
1)
Timbang berat badan
R/mengetahui perubahan berat badan klien
2)
Monitor adanya mual dan muntah
R/mengetahui keadaan klien
3)
Monitor tonus
otot, rambut merah dan mudah patah
R/mengetahui status kesehatan klien
4)
Monitor
intake makanan/minuman
R/mengetahui nutrisi yang dikonsumsi klien
5)
Anjurkan
untuk bed rest
R/mempercepat pemulihan kondisi
6)
Anjurkan
makan sedikit dan sering
R/supaya tidak mual dan tidak muntah
7)
Anjurkan
klien untuk meningkatkan makanan yang mengandung zat besi, Vitamin B12, tinggi protein, dan Vitamin C
R/mempercepat pemulihan kondisi klien
8)
Kolaborasi/lanjutkan
pemberian obat; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat penyembuhan
7.
Hipertermia
berhubungan dengan penyakit.
Tujuan: Hipertermia teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1x24 jam dengan kriteria hasil:
§
Suhu: 36-37°C/axila
§ Pernapasan 12-21x/mnt
§ Tekanan darah 120-129/80-84mmHg
§
Nadi
60-100x/mnt
Intervensi:
1)
Ukur
tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi
R/mengetahui keadaan klien
2)
Anjurkan
untuk banyak minum ± 2 L/hari
R/memenuhi kebutuhan cairan
3)
Anjurkan
untuk bed rest
R/mempercepat pemulihan kondisi
4)
Anjurkan
untuk menggunakan pakaian yang tipis
R/ mengurangi rasa panas
5)
Beri
kompres hangat
R/vasodilatasi pembuluh darah
6)
Kolaborasi/lanjutkan
pemberian therapi antipiretik; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat penyembuhan
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn
E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan:
Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Jakarta:
EGC
Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah; Suatu Pendekatan Proses Holistik, Bandung: YIAPKP
Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3, Jakarta: FKUI
Underwood. 1999. Patologi Umum dan Sistematik, Edisi 2, Jakarta: EGC
Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah; Suatu Pendekatan Proses Holistik, Bandung: YIAPKP
Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3, Jakarta: FKUI
Underwood. 1999. Patologi Umum dan Sistematik, Edisi 2, Jakarta: EGC
Elizabeth, J.
Corwin.2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG
Price,
Sylvia A and Wilson, Lorraine M. 1988. Patofisiologi. Konsep Klinik
Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Suryo, Joko.
2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan. Yogyakarta: B First
Suyono, Slamet.
2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi 3. Balai Penerbit Jakarta. FKUI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar