A. DEFINISI
Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu
mengangkut sampah metabolic tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan
yang biasanya dieliminasi di urin menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan
ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolic, cairan,
elektrolit, serta asam basa. Gagal ginjal merupakan penyakit sistemik dan
merupakan jalur akhir yang umum dari berbagai penyakit traktus urinarius dan
ginjal (Saifudin, 2010).
Gagal ginjal akut adalah sindrom klinis dimana ginjal
tidak lagi mengsekresi produk-produk limbah metabolisme. Biasanya karena
hiperfusi ginjal sindrom ini biasa berakibat azotemia (uremia), yaitu akumulasi
produk limbah nitrogen dalam darah dan aliguria dimana haluaran urine kurang
dari 400 ml / 24 jam (Tambayong, 2000).
Menurut levinsky dan Alexander (1976), gagal ginjal
akut terjadi akibat penyebab-penyebab yang berbeda. Ternyata 43% dari 2200
kasus gagal ginjal akut berhubungan dengan trauma atau tindakan bedah 26% dengan
berbagai kondisi medic 13%, pada kehamilan dan 9% disebabkan nefrotoksin
penyebab GGA dibagi dalam katagori renal, renal dan pasca renal
Gagal ginjal akut dikenal dengan Acute Renal Fallure
(ARF) adalah sekumpulan gejala yang mengakibatkan disfungsi ginjal secara
mendadak (Nursalam, 2006).
Gagal ginjal akut (GGA) adalah suatu keadaan
fisiologik dan klinik yang ditandai dengan pengurangan tiba-tiba glomerular
filtration rate (GFR) dan perubahan kemampuan fungsional ginjal untuk
mempertahankan eksresi air yang cukup untuk keseimbangan dalam tubuh. Atau
sindroma klinis akibat kerusakan metabolik atau patologik pada ginjal yang
ditandai dengan penurunan fungsi yang nyata dan cepat serta terjadinya
azotemia.
Gagal Ginjal Akut adalah kemunduran yang cepat dari
kemampuan ginjal dalam membersihkan darah dari bahan-bahan racun yang
menyebabkan penimbunan limbah metabolik di dalam darah (misalnya urea).
Gagal ginjal akut adalah
penurunan tiba-tiba faal ginjal pada individu dengan ginjal sehat sebelumnya,
dengan atau tanpa oliguria dan berakibat azotemia progresif disertai kenaikan
ureum dan kreatinin darah (Imam Parsoedi A dan Ag. Soewito
: Ilmu
Penyakit dalam Jilid II;91 )
B. ETIOLOGI
Sampai saat ini para praktisi klinik masih membagi
etiologi gagal ginjal akut dengan tiga kategori meliputi :
1.
Prarenal
Kondisi
prarenal adalah masalah aliran darah akibat hipoperpusi ginjal dan turunnya laju
filtrasi glomeruls. Gagal ginjal akut Prerenal merupakan kelainan fungsional,
tanpa adanya kelainan histologik atau morfologik pada nefron. Namun bila
hipoperfusi ginjal tidak segera diperbaiki, akan menimbulkan terjadinya
nekrosis tubulat akut (NTA). Kondisi ini meliputi hal-hal sebagai berikut :
a.
Hipovolemik (perdarahan postpartum, luka bakar, kehilangan cairan dari
gastrointestinal pankreatitis, pemakaian diuretik yang berlebih)
b.
Fasodilatasi (sepsis atau anafilaksis)
c.
Penurunan curah jantung (disaritmia, infark miokard, gagal jantung, syok
kardioenik dn emboli paru)
d.
Obstruksi pembuluh darah ginjal bilateral (emboli, trombosis)
2.
Renal
Pada
tipe ini Gagal Ginjal Akut timbul akibat kerusakan jaringan ginjal. Kerusakan
dapat terjadi pada glomeruli atau tubuli sehingga faal ginjal langsung
terganggu. Dapat pula terjadi karena hipoperfusi prarenal yang tak teratasi
sehingga mengakibatkan iskemia, serta nekrosis jaringan ginjal Prosesnya dapat
berlangsung cepat dan mendadak, atau dapat juga berlangsung perlahan–lahan dan
akhirnya mencapai stadium uremia. Kelainan di ginjal ini dapat merupakan
kelanjutan dari hipoperfusi prarenal dan iskemia kemudian menyebabkan nekrosis
jaringan ginjal. Beberapa penyebab kelainan ini adala :
a.
Koagulasi intravaskuler, seperti pada sindrom hemolitik uremik, renjatan
sepsis dan renjatan hemoragik.
b.
Glomerulopati (akut) seperti glomerulonefritis akut pasca sreptococcus,
lupus nefritis, penolakan akut atau krisis donor ginjal.
c.
Penyakit neoplastik akut seperti leukemia, limfoma, dan tumor lain yang
langsung menginfiltrasi ginjal dan menimbulkan kerusakan.
d.
Nekrosis ginjal akut misal nekrosis tubulus akut akibat renjatan dan
iskemia lama, nefrotoksin (kloroform, sublimat, insektisida organik),
hemoglobinuria dan mioglobinuria.
e.
Pielonefritis akut (jarang menyebabkan gagal ginjal akut) tapi umumnya
pielonefritis kronik berulang baik sebagai penyakit primer maupun sebagai
komplikasi kelainan struktural menyebabkan kehilangan faal ginjal secara
progresif.
f.
Glomerulonefritis kronik dengan kehilangan fungsi progresif.
3.
Pascarenal / Postrenal
GGA
pascarenal adalah suatu keadaan dimana pembentukan urin cukup, namun alirannya
dalam saluran kemih terhambat. Etiologi pascarenal terutama obstruksi aliran
urine pada bagian distal ginjal, ciri unik ginjal pasca renal adalah terjadinya
anuria, yang tidak terjadi pada gagal renal atau pre-renal. Kondisi yang umum
adalah sebagai berikut :
a.
Obstruksi muara vesika urinaria: hipertropi prostat< karsinoma
b.
Obstruksi ureter bilateral oleh obstruksi batu saluran kemih, bekuan darah
atau sumbatan dari tumor (Tambayong, 2000).
C.
KLASIFIKASI
1.
Gagal Ginjal Akut Prerenal;
Definisi
Gagal ginjal akut Prerenal adalah keadaan yang paling ringan yang
dengan cepat dapat reversibel, bila ferfusi ginjal segera diperbaiki. Gagal
ginjal akut Prerenal merupakan kelainan fungsional, tanpa adanya kelainan
histologik/morfologik pada nefron. Namun bila hipoperfusi ginjal tidak segera
diperbaiki, akan menimbulkan terjadinya nekrosis tubulat akut (NTA).
Etiologi
Penurunan Volume vascular:
¾ Kehilangan darah/plasma karena
perdarahan,luka bakar.
¾ Kehilangan cairan ekstraselular karena
muntah, diare.
Kenaikan
kapasitas vaskular:
¾ Sepsis
¾ Blokade ganglion
¾ Reaksi anafilaksis.
Penurunan
curah jantung/kegagalan pompa jantung:
¾ Renjatan kardiogenik
¾ Payah jantung kongesti
¾ Tamponade jantung
¾ Distritmia
¾ Emboli paru
¾ Infark jantung.
Gagal
Ginjal Akut Posrenal
Definisi
GGA posrenal adalah suatu keadaan
dimana pembentukan urin cukup, namun alirannya dalam saluran kemih terhambat.
Penyebab tersering adalah obstruksi, meskipun dapat juga karena ekstravasasi
Etiologi
Obstruksi
¾ Saluran kencing : batu, pembekuan darah, tumor,
kristal dll.
¾ Tubuli ginjal : Kristal, pigmen, protein (mieloma).
Ektravasasi
Gagal Ginjal
Akut Renal
Definisi
GGA renal
sebagai akibat penyakit ginjal primer seperti:
¾ Glomerulonefritis
¾ Nefrosklerosis
¾
Penyakit kolagen
¾
Angitis hipersensitif
¾ Nefritis interstitialis akut karena obat,
kimia, atau kuman.
Nefrosis Tubuler
Akut ( NTA )
Nefropati
vasomotorik akut terjadi karena iskemia ginjal sebagai kelanjutan GGA. Prerenal
atau pengaruh bahan nefrotoksik.Bila iskemia ginjal sangat berat dan
berlangsung lama dapat mengakibatkan terjadinya nekrosis kortikol akut( NKA)
dimana lesi pada umumnya difus pada seluruh korteks yang besifat
reversibel.Bila lesinya tidak difus (patchy) ada kemungkinan reversibel.
D. MANIFESTASI KLINIK
1.
Haluaran urine sedikit,
Mengandung darah,
2.
Peningkatan BUN dan kreatinin,
3.
Anemia,
4.
Hiperkalemia
5.
Asidosis metabolic
6.
Udema
7.
Anoreksia,nause,vomitus
8.
Turgor kulit jelek,gatal-gatal
pada kulit.
E. PATHWAY
F. PATOFISIOLOGI
Beberapa kondisi berikut yang
menyebabkan pengurangan aliran darah renal dan gangguan fungsi ginjal :
hipovelemia, hipotensi, penurunan curah jantung dan gagal jantung kongestif,
obstruksi ginjal atau traktus urinarius bawah akibat tumor, bekuan darah atau
ginjal, obstruksi vena atau arteri bilateral ginjal. Jika kondisi itu ditangani
dan diperbaiki sebelum ginjal rusak secara permanen, peningkatan BUN, oliguria
dan tanda-tanda lain yang berhubungan dengan gagal ginjal akut dapat ditangani. Terdapat 4
tahapan klinik dari gagal ginjal akut yaitu :
Stadium awal dengan awitan awal dan diakhiri dengan terjadinya oliguria.
Stadium awal dengan awitan awal dan diakhiri dengan terjadinya oliguria.
Stadium Oliguria. Volume
urine 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak.
Kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda-beda, tergantung dari kadar dalam diit. Pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar normal. Azotemia biasanya ringan kecuali bila penderita mengalami stress akibat infeksi, gagal jantung atau dehidrasi. Pada stadium ini pula mengalami gelala nokturia (diakibatkan oleh kegagalan pemekatan) mulai timbul. Gejala-gejala timbul sebagai respon terhadap stress dan perubahan makanan dan minuman yang tiba-tiba. Penderita biasanya tidak terlalu memperhatikan gejala ini.
Kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda-beda, tergantung dari kadar dalam diit. Pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar normal. Azotemia biasanya ringan kecuali bila penderita mengalami stress akibat infeksi, gagal jantung atau dehidrasi. Pada stadium ini pula mengalami gelala nokturia (diakibatkan oleh kegagalan pemekatan) mulai timbul. Gejala-gejala timbul sebagai respon terhadap stress dan perubahan makanan dan minuman yang tiba-tiba. Penderita biasanya tidak terlalu memperhatikan gejala ini.
Gejala pengeluaran kemih
waktu malam hari yang menetap sampai sebanyak 700 ml atau penderita terbangun
untuk berkemih beberapa kalipada waktu malam hari. Dalam keadaan normal
perbandingan jumlah kemih siang hari dan malam hari adalah 3 : 1 atau 4 : 1.
Sudah tentu nokturia kadang-kadang terjadi juga sebagai respon teehadap kege;isahan
atau minum yang berlebihan.Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar
pada penyakit yang terutamam menyerang tubulus, meskipun poliuria bersifat
sedang dan jarang lebih dari 3 liter/hari. Biasanya ditemukan anemia pada gagal
ginjal dengan faal ginjal diantara 5%-25 %. Faal ginjal jelas sangat menurun
dan timbul gelala-gejala kekurangan farahm tekanan darah akan naik, terjadi
kelebihan, aktifitas penderita mulai terganggu.
Stadium III.
Stadium III.
Semua gejala sudah jelas
dan penderita masuk dalam keadaan dimana tak dapat melakukan tugas sehari-hari
sebagaimana mestinya. Gejala-gejala yang timbul antara lain mual, muntah, nafsu
makan berkurang, kurang tidur, kejang-kejang dan akhirnya terjadi penurunan
kesadaran sampai koma. Stadium akhir timbul pada sekitar 90 % dari masa nefron
telah hancur. Nilai GFR nya 10 % dari keadaan normal dan kadar kreatinin
mungkin sebesar 5-10 ml/menit atau kurang. Pada keadaan ini kreatnin serum dan
kadar BUN akan meningkat dengan sangat mencolok sebagai penurunan. Pada stadium
akhir gagal ginjal, penderita merasakan gejala yang cukup parah karene ginjal
tidak sanggup lagi mempertahankan homeostatis cairan dan elektrolit dalam
tubuh. Penderita biasanya menjadi oliguri (pengeluaran kemih) kurang dari
500/hari karena kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit mula-mula
menyerang tubulus ginjal. Kompleks menyerang tubulus ginjal, kompleks perubahan
biokimia dan gejala-gejala yang dinamakan sindrom uremik memepengaruhi setip
sisitem dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita pasti akan
meninggal kecuali ia mendapat pengobatan dalam bentuk transplantasi ginjal atau
dialisis.
G. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1.
Darah: ureum, kreatinin,
elektrolit, serta osmolaritas.
2.
Urin: ureum, kreatinin,
elektrolit, osmolaritas, dan berat jenis.
3. Kenaikan sisa metabolisme proteinureum
kreatinin dan asam urat.
4. Gangguan keseimbangan asam basa: asidosis
metabolik.
5. Gangguan keseimbangan elektrolit:
hiperkalemia, hipernatremia atau hiponatremia, hipokalsemia dan
hiperfosfatemia.
6. Volume urine biasanya kurang dari 400
ml/24 jam yang terjadi dalam 24 jam setelah ginjal rusak.
7. Warna urine: kotor, sedimen kecoklatan
menunjukan adanya darah, Hb, Mioglobin, porfirin.
8. Berat jenis urine: kurang dari 1,020 menunjukan
penyakit ginjal, contoh: glomerulonefritis, piolonefritis dengan
kehilangankemampuan untuk memekatkan; menetap pada 1,010menunjukan kerusakan
ginjal berat.
9. PH. Urine: lebih dari 7 ditemukan pada
ISK., nekrosis tubular ginjal, dan gagal ginjal kronik.
10. Osmolaritas urine: kurang dari 350 mOsm/kg
menunjukan kerusakan ginjal, dan ratio urine/serum sering 1:1.
11. Klierens kreatinin urine: mungkin secara
bermakna menurun sebelum BUN dan kreatinin serum menunjukan peningkatan
bermakna.
12.
Natrium Urine: Biasanya menurun
tetapi dapat lebih dari 40 mEq/L bila ginjal tidak mampu mengabsorbsi natrium.
13. Bikarbonat urine: Meningkat bila ada asidosis
metabolik.
14.
SDM urine: mungkin ada karena
infeksi, batu, trauma, tumor, atau peningkatan GF.
15.
Protein: protenuria derajat
tinggi (3-4+) sangat menunjukan kerusakan glomerulus bila SDM dan warna
tambahan juga ada. Proteinuria derajat rendah (1-2+) dan SDM menunjukan infeksi
atau nefritis interstisial. Pada NTA biasanya ada proteinuria minimal.
16.
Warna tambahan: Biasanya tanpa
penyakit ginjal ataui infeksi. Warna tambahan selular dengan pigmen kecoklatan
dan sejumlah sel epitel tubular ginjal terdiagnostik pada NTA. Tambahan warna
merah diduga nefritis glomular.
Darah:
1.
Hb: menurun pada adanya anemia.
2.
Sel Darah Merah: Sering menurun
mengikuti peningkatan kerapuhan/penurunan hidup.
3.
PH: Asidosis metabolik (kurang
dari 7,2) dapat terjadi karena penurunan kemampuan ginjal untuk mengeksresikan
hidrogen dan hasil akhir metabolisme.
4.
BUN/Kreatinin: biasanya
meningkat pada proporsi ratio 10:1
5. Osmolaritas serum: lebih beras dari 285
mOsm/kg; sering sama dengan urine.
6. Kalium: meningkat sehubungan dengan
retensi seiring dengan perpindahan selular ( asidosis) atau pengeluaran
jaringan (hemolisis sel darah merah).
7. Natrium: Biasanya meningkat tetapi dengan
bervariasi.
8. Ph; kalium, dan bikarbonat menurun.
9.
Klorida, fosfat dan magnesium
meningkat.
10.
Protein: penurunan pada kadar
serum dapat menunjukan kehilangan protein melalui urine, perpindahan cairan,
penurunan pemasukan, dan penurunan sintesis,karena kekurangan asam amino
esensial
CT.Skan
MRI
EKG mungkin abnormal menunjukan
ketidakseimbangan elektrolit dan asam/basa.
H. PENATALAKSANAAN
1.
Dialisis
Dialisis dapat
dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius, seperti
hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Perikarditis memperbaiki abnormalitas
biokimia ; menyebabkan caiarn, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara
bebas ; menghilangkan kecendurungan perdarahan dan membantu penyembuhan luka.
2.
Penanganan hiperkalemia
Keseimbangan
cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada gagal ginjal akut ;
hiperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada gangguan ini.
Oleh karena itu pasien dipantau akan adanya hiperkalemia melalui serangkaian
pemeriksaan kadar elektrolit serum ( nilai kalium > 5.5 mEq/L ; SI : 5.5 mmol/L),
perubahan EKG (tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat tinggi), dan
perubahan status klinis. Pningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan
pemberian ion pengganti resin (Natrium polistriren sulfonat [kayexalatel]),
secara oral atau melalui retensi enema.
3.
Mempertahankan keseimbangan
cairan
Penatalaksanaan
keseimbanagan cairan didasarkan pada berat badan harian, pengukuran tekanan
vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan darah dan
status klinis pasien. Masukkan dan haluaran oral dan parentral dari urine,
drainase lambung, feses, drainase luka dan perspirasi dihitung dan digunakan
sebagai dasar untuk terapi penggantia cairan.
PENGKAJIAN
1. Aktifitas dan
istirahat :
¾
Gejala : Kelitihan kelemahan
malaese
¾ Tanda : Kelemahan
otot dan kehilangan tonus.
2. Sirkulasi.
¾ Tanda: hipotensi/hipertensi (termasuk
hipertensi maligna,eklampsia, hipertensi akibat kehamilan), Disritmia jantung, Nadi
lemah/halus hipotensi ortostatik(hipovalemia), DVI, nadi kuat,Hipervolemia), Edema
jaringan umum (termasuk area periorbital mata kaki sakrum), Pucat,
kecenderungan perdarahan.
3. Eliminasi
¾
Gejala: Perubahan pola
berkemih, peningkatan frekuensi,poliuria (kegagalan dini), atau penurunan
frekuensi/oliguria (fase akhir), Disuria, ragu-ragu, dorongan, dan retensi
(inflamasi/obstruksi, infeksi), Abdomen kembung diare atau konstipasi, Riwayat
HPB, batu/kalkuli.
¾
Tanda: Perubahan warna urine
contoh kuning pekat,merah, coklat, berawan, Oliguri (biasanya 12-21 hari)
poliuri (2-6 liter/hari).
4.
Makanan/Cairan
¾ Gejala : Peningkatan berat badan (edema)
,penurunan berat badan (dehidrasi), Mual , muntah, anoreksia, nyeri uluhati, Penggunaan
diuretik
¾ Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban,
Edema (Umum, bagian bawah).
5. Neurosensori
¾ Gejala: Sakit kepala penglihatan kabur, Kram
otot/kejang, sindrom “kaki Gelisah”.
¾ Tanda: Gangguan status mental, contoh
penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori,
kacau, penurunan tingkat kesadaran (azotemia, ketidak seimbangan elektrolit/
asama basa, Kejang, faskikulasi otot, aktifitas kejang.
6.
Nyeri/Kenyamanan
¾ Gejala: Nyeri tubuh , sakit kepala
¾ Tanda: Perilaku berhati-hati/distrkasi,
gelisah.
7. Pernafasan
¾
Gejala: nafas pendek
¾
Tanda: Takipnoe, dispnoe,
peningkatan frekuensi, kusmaul, nafas amonia, batuk produktif dengan sputum
kental merah muda( edema paru ).
8. Keamanan
¾
Gejala: adanya reaksi transfusi
¾
Tanda: demam,
sepsis(dehidrasi), ptekie atau kulit ekimosis, pruritus, kulit kering.
9.
Penyuluhan/Pembelajaran:
¾
Gejala : riwayat penyakit
polikistik keluarga, nefritis herediter, batu urianrius, malignansi., riwayat
terpapar toksin,(obat, racun lingkungan), Obat nefrotik penggunaan berulang
Contoh : aminoglikosida, amfoterisisn, B,anestetik vasodilator, Tes diagnostik dengan media kontras radiografik,
kondisi yang terjadi bersamaan tumor di saluran perkemihan, sepsis gram
negatif, trauma/cedera kekerasan , perdarahan, cedra listrik, autoimunDM, gagal
jantung/hati.
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul :
1.Perubahan kelebihan volume cairan b/d gagal ginjal dengan kelebihan
air.
2.Resiko tinggi terhadap menurunnya curah jantung berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairandan elektrolit, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung,
akumulasi/penumpukan urea toksin, kalsifikasi jaringan lunak.
3.Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan katabolisme protein
4.Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik/pembatasan diet, anemia.
5.Resiko tinggi terhadap infeksi b/d depresi pertahanan imunologi.
6.Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan
cairan berlebihan.
7.Kurang pengetahuan tentang kondisi,prognosis dan kebutuhan
pengobatan b/d kurang mengingat.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita
Selekta Kedokteran edisi 3 jilid 1. Jakarta: Salemba Medika
Muttaqin, Arif, Kumala Sari. 2011. Askep
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Price, S. A & Wilson, L. M. 2005. Patofisiologi:
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, 2002. Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Doenges, Marilyn. E. 1999. Rencana Asuhan
Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC
NANDA Internasional. 2012. Diagnosa Keperawatan:
Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.
Suddart, Brunner. 2002. Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8
Vol 2 alih bahasa
H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin Asih. Jakarta: EGC
Nursalam, Dr. Nurs M. 2006. Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba
Medika
Tambayong, jan. 2000. Patofisiologi Untuk
Keperawatan. Jakarta: EGC
Roesli R. 2007. Kriteria “RIFLE” Cara yang
Mudah dan Terpercaya untuk Menegakkan Diagnosis dan Memprediksi Prognosis Gagal
Ginjal Akut. Bandung: Pusat Penerbitan Ilmiah Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK
UNPAD
Schrier RW, Wang W, Poole B, Mitra A. 2004. Acute
Renal Failure: Definitions, Diagnosis, Pathogenesis, and Therapy. J. Clin.
Invest.
Sinto R, Nainggolan G. 2010. Acute Kidney
Injury: Pendekatan Klinis dan Tata Laksana. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar