A.
PENGERTIAN
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non-
bakterial yang bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi
serta jaringan ikat sendi secara simetris (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu
Bedah Orthopedi, hal. 165).
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik
yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).
Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari
kanak-kanak sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya
umur (Felson dalam Budi Darmojo, 1999).
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik
kronis yang tidak diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi
inflamasi dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi
dan deformitas lebih lanjut (Susan Martin Tucker, 1998).
Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang
terutama mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan
dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan (Diane
C. Baughman, 2000).
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi
kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh
organ tubuh (Arif Mansjour, 2001).
Osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi
degeneratif dimana terjadi kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat
dan berhubungan dnegan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi
besar yang menanggung beban.
B.
JENIS REMATIK
Menurut Adelia, (2011)
ada beberapa jenis reumatik yaitu:
1.
Reumatik Sendi (Artikuler). Reumatik yang menyerang
sendi dikenal dengan nama reumatik sendi (reumatik artikuler).
Penyakit ini ada beberapa macam yang paling sering ditemukan yaitu:
2.
Artritis Reumatoid. Merupakan penyakit
autoimun dengan proses peradangan menahun yang tersebar diseluruh
tubuh, mencakup keterlibatan sendi dan berbagai organ di luar
persendian.Peradangan kronis dipersendian menyebabkan kerusakan
struktur sendi yang terkena. Peradangan sendi biasanya mengenai
beberapa persendian sekaligus.Peradangan terjadi akibat proses sinovitis
(radang selaput sendi) serta pembentukan pannus yang mengakibatkan
kerusakan pada rawan sendi dan tulang di sekitarnya, terutama di
persendian tangan dan kaki yang sifatnya simetris (terjadi pada kedua
sisi).Penyebab Artritis Rematoid belum diketahui dengan pasti. Ada yang
mengatakan karena mikoplasma, virus, dan sebagainya. Namun semuanya
belum terbukti. Berbagai faktor termasuk kecenderungan genetik,
bisa mempengaruhi reaksi autoimun. Bahkan beberapa kasus Artritis
Rematoid telah ditemukan berhubungan dengan keadaan stres yang
berat, seperti tiba-tiba kehilangan suami atau istri, kehilangan
satu¬-satunya anak yang disayangi, hancurnya perusahaan yang
dimiliknya dan sebagainya. Peradangan kronis membran sinovial mengalami
pembesaran (Hipertrofi) dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang
menyebabkan kematian (nekrosis) sel dan respon peradanganpun berlanjut.
Sinovial yang menebal kemudian dilapisi oleh jaringan granular yang disebut
panus. Panus dapat menyebar keseluruh sendi sehingga semakin merangsang
peradangan dan pembentukan jaringan parut. Proses ini secara perlahan akan
merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas (kelainan bentuk).
3.
Osteoatritis. Adalah sekelompok penyakit
yang tumpang tindih dengan penyebab yang belum diketahui, namun mengakibatkan
kelainan biologis, morfologis, dan keluaran klinis yang sama.Proses penyakitnya
berawal dari masalah rawan sendi (kartilago), dan akhirnya mengenai seluruh
persendian termasuk tulang subkondrial, ligamentum, kapsul dan jaringan
sinovial, serta jaringan ikat sekitar persendian (periartikular). Pada stadium
lanjut, rawan sendi mengalami kerusakan yang ditandai dengan adanya fibrilasi,
fisur, dan ulserasi yang dalam pada permukaan sendi. Etiologi penyakit ini
tidak diketahui dengan pasti. Ada beberapa faktor risiko yang diketahui
berhubungan dengan penyakit ini, yaitu : Usia lebih dari 40 tahun, Jenis
kelamin wanita lebih sering, Suku bangsa, genetik, kegemukan dan penyakit metabolik,
cedera sendi, pekerjaan, dan olah raga, kelainan pertumbuhan, kepadatan tulang,
dan lain-lain.
4.
Atritis Gout. Penyakit ini berhubungan
dengan tingginya asam urat darah (hiperurisemia) . Reumatik
gout merupakan jenis penyakit yang pengobatannya mudah dan efektif. Namun bila
diabaikan, gout juga dapat menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini timbul
akibat kristal monosodium urat di persendian meningkat. Timbunan kristal ini
menimbulkan peradangan jaringan yang memicu timbulnya reumatik gout akut. Pada
penyakit gout primer, 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik). Diduga
berkaitan dengan kombinasi faktor genetic dan faktor hormonal yang menyebabkan
gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat
atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari
tubuh. Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya
produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan dengan kadar
purin yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organic yang menyusun
asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok asam amino, unsur
pembentuk protein. Produksi asam urat meningkat juga bisa karena penyakit darah
(penyakit sumsum tulang, polisitemia), obat-obatan (alkohol, obatobat kanker, vitamin
B12). Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan), penyakit kulit (psoriasis),
kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol
dengan baik biasanya terdapat kadar benda-benda keton (hasil buangan
metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-benda keton yang meninggi akan
menyebabkan asam urat juga ikut meninggi.
5.
Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler). Merupakan golongan
penyakit reumatik yang mengenai jaringan lunak di luar sendi (soft
tissue rheumatism) sehingga disebut juga reumatik luar
sendi (ekstra artikuler rheumatism). Jenis – jenis reumatik yang sering
ditemukan yaitu:
a.
Fibrosis. Merupakan peradangan di
jaringan ikat terutama di batang tubuh dan anggota gerak. Fibrosis
lebih sering ditemukan oleh perempuan usia lanjut, penyebabnya adalah faktor
kejiwaan.
b.
Tendonitis dan tenosivitis. Tendonitis adalah
peradangan pada tendon yang menimbulkan nyeri lokal di tempat perlekatannya.
Tenosivitis adalah peradangan pada sarung pembungkus tendon.
c.
Entesopati. Adalah tempat di mana
tendon dan ligamen melekat pada tulang. Entesis ini dapat mengalami peradangan
yang disebut entesopati. Kejadian ini bisa timbul akibat menggunakan lengannya
secara berlebihan, degenerasi, atau radang sendi.
d.
Bursitis. Adalah peradangan bursa
yang terjadi di tempat perlekatan tendon atau otot ke tulang. Peradangan bursa
juga bisa disebabkan oleh reumatik gout dan pseudogout
e.
Back Pain. Penyebabnya belum
diketahui, tetapi berhubungan dengan proses degenerarif diskus
intervertebralis, bertambahnya usia dan pekerjaan fisik yang berat, atau sikap
postur tubuh yang salah sewaktu berjalan, berdiri maupun duduk. Penyebab
lainnya bisa akibat proses peradangan sendi, tumor, kelainan metabolik dan
fraktur.
f.
Nyeri pinggang. Kelainan ini merupakan
keluhan umum karena semua orang pernah mengalaminya. Nyeri terdapat kedaerah
pinggang kebawah (lumbosakral dan sakroiliaka) Yang dapat menjalar ke tungkai
dan kaki.
g.
Frozen shoulder syndrome. Ditandai dengan nyeri
dan ngilu pada daerah persendian di pangkal lengan atas yang bisa menjalar ke
lengan atas bagian depan, lengan bawah dan belikat, terutama bila lengan
diangkat keatas atau digerakkan kesamping. Akibat pergerakan sendi bahu menjadi
terbatas.
C.
TANDA DAN GEJALA
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri
pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara
perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang
berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi,
krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat
pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan
timbul belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri
tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan, antara
lain;
1.
Nyeri sendi. Keluhan ini merupakan
keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang
dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa
nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.
2.
Hambatan gerakan sendi. Gangguan ini biasanya
semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya rasa
nyeri.
3.
Kaku pagi. Pada beberapa pasien,
nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk dari kursi, atau
setelah bangun dari tidur.
4.
Krepitasi. Rasa gemeretak
(kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
5.
Pembesaran sendi (deformitas). Pasien mungkin
menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang paling sering)
secara perlahan-lahan membesar.
6.
Perubahan gaya berjalan. Hampir semua pasien
osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul berkembang menjadi
pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan
ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).
D.
ETIOLOGI
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti.
Namun ada beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit
ini, antara lain;
1.
Usia lebih dari 40 tahun. Dari semua faktor resiko
untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah yang terkuat. Akan tetapi
perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan saja. Perubahan tulang
rawan sendi pada penuaan berbeda dengan eprubahan pada osteoartritis.
2.
Jenis kelamin wanita lebih
sering. Wanita
lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama antara
pada laki-laki dan wanita, tetapi diats usia 50 tahunh (setelah menopause)
frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3.
Suku bangsa. Nampak perbedaan
prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku bangsa. Hal ini mungkin
berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan
kongenital dan pertumbuhan tulang.
4.
Genetik. Hal ini terbukti dari
terdapatnya hubungan antara produk kompleks histokompatibilitas utama kelas II,
khususnya HLA-DR4 dengan AR seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko
relative 4 : 1 untuk menderita penyakit ini.
5.
Kegemukan dan penyakit
metabolic. Berat
badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya
osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak hanya
berkaitan dengan oateoartritis pada sendi yang menanggung beban berlebihan,
tapi juga dnegan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).
Olehkarena itu disamping faktor mekanis yang berperan (karena meningkatnya
beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit) yang berpperan pada
timbulnya kaitan tersebut.
6.
Cedera sendi, pekerjaan dan
olahraga. Pekerjaan
berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan dengan
peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering menimbulkan
cedera sendi yang berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
7.
Kelainan pertumbuhan. Kelainan kongenital dan
pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya oateoartritis paha pada usia
muda.
8.
Kepadatan tulang. Tingginya kepadatan
tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya osteoartritis. Hal ini
mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak membantu mengurangi
benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan
sendi menjadi lebih mudah robek.
E.
PATHWAY
F.
PATOFISIOLOGI
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial
seperti edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.
Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi
artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk
pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada
nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat
ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi
adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu
(ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan
ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari
persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis
setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang.
Ditandai dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara
ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang
lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif
gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.
G.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1.
Sinar X dari sendi yang sakit :
menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis
dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista
tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang
terjadi secara bersamaan.
2.
Scan radionuklida
:mengidentifikasi peradangan sinovium
3.
Artroskopi Langsung :
Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi tulang pada
sendi.
4.
Aspirasi cairan sinovial : mungkin
menunjukkan volume yang lebih besar dari normal: buram, berkabut, munculnya
warna kuning (respon inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi
SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan komplemen (C3 dan C4).
5.
Biopsi membran sinovial :
menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.
6.
Pemeriksaan cairan sendi
melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau atroskopi; cairan sendi
terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang kental dibanding
cairan sendi yang normal.
7.
Kriteria diagnostik Artritis
Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang mengenai
sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6
minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi
peri-artikuler pada foto rontgen
H. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi
inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan kemampuan
mobilisasi penderita (Lemone & Burke, 2001). Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :
1.
Pemberian
terapi. Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi
pemberian aspirin untuk mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk
mengurangi inflamasi, pemberian corticosteroid sistemik untuk memperlambat
destruksi sendi dan imunosupressive terapi untuk menghambat proses autoimun.
2.
Pengaturan
aktivitas dan istirahat. Pada kebanyakan penderita, istirahat
secara teratur merupakan hal penting untuk mengurangi gejala penyakit.
Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak yang tidak perlu akan sangat
membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi. Namun istirahat harus
diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga kekuatan otot dan
pergerakan sendi.
3.
Kompres
panas dan dingin. Kompres panas dan dingin digunakan
untuk mendapatkan efek analgesic dan relaksan otot. Dalam hal ini kompres
hangat lebih efektive daripada kompres dingin.
4.
Diet. Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya.
Diet yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.
5.
Pembedahan. Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap
akhir. Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi,
arthoplasty atau total join replacement untuk mengganti sendi.
I.
PENCEGAHAN
- Kurangkan berat badan- ini mengurangkan tekanan pada sendi
- Kerap bersenam- senaman membantu melancarkan pengaliran darah, memastikan tulang dan otot kita kuat.
- Makan makanan yang seimbang
- Pelihara sendi, kurangkan tekanan pada sendi, gunakan mekanisma badan
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
Data dasar pengkajian pasien
tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya ( misalnya
mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau
remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
- Aktivitas/ istirahat. Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan. Tanda : Malaise, Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi.
- Kardiovaskuler : Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
- Integritas ego : Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan dan ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan). Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan pada orang lain).
- Makanan/ cairan : Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia, Kesulitan untuk mengunyah. Tanda : Penurunan berat badan, Kekeringan pada membran mukosa.
- Hygiene : Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi. Ketergantungan.
- Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan. Gejala : Pembengkakan sendi simetris - Nyeri/ kenyamanan : Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada sendi ).
- Keamanan. Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa.
- Interaksi social: Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran; isolasi.
B.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
- Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
- Kerusakan Mobilitas Fisik
berhubungan dengan: Deformitas skeletal
Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot. - Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
- Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
- Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan kurangnya pemahaman/ mengingat,kesalahan interpretasi informasi.
C.
INTERVENSI
KEPERAWATAN
- Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Kriteria Hasil:
ü
Menunjukkan
nyeri hilang/ terkontrol,
ü
Terlihat
rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai
kemampuan.
ü
Mengikuti
program farmakologis yang diresepkan,
ü
Menggabungkan
keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.
Intervensi dan Rasional:.
1).
Kaji
nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang
mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
R/ Membantu dalam menentukan
kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program
2).
Berikan
matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai
kebutuhan
R/Matras yang lembut/ empuk, bantal
yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan
stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan
pada sendi yang terinflamasi/nyeri
3).
Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung
pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace.
(R/ Mengistirahatkan sendi-sendi
yang sakit dan mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan
nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi)
4).
Dorong
untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur, sokong
sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak.
(R/ Mencegah terjadinya kelelahan
umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit
pada sendi)
5).
Anjurkan
pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun dan/atau
pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang
sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya.
(R/ Panas meningkatkan relaksasi
otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi
hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat
disembuhkan)
- Kerusakan Mobilitas Fisik
berhubungan dengan: Deformitas skeletal
Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
Kriteria Hasil :
ü Mempertahankan fungsi posisi dengan
tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.
ü Mempertahankan ataupun meningkatkan
kekuatan dan fungsi dari dan/ atau konpensasi bagian tubuh.
ü
Mendemonstrasikan
tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas
Intervensi dan Rasional:.
1).
Evaluasi/
lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi
(R/ Tingkat aktivitas/ latihan
tergantung dari perkembangan/ resolusi dari peoses inflamasi)
2).
Pertahankan
istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk memberikan
periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak
terganmggu.
(R/ Istirahat sistemik dianjurkan
selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah
kelelahan mempertahankan kekuatan)
3).
Bantu
dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif dan isometris
jika memungkinkan
(R/ Mempertahankan/ meningkatkan
fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum. Catatan : latihan tidak adekuat
menimbulkan kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak
sendi)
4).
Ubah
posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan/ bantu tehnik
pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis, trapeze
(R/ Menghilangkan tekanan pada
jaringan dan meningkatkan sirkulasi. Memepermudah perawatan diri dan
kemandirian pasien. Tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi
kulit)
5).
Posisikan
dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace
(R/ Meningkatkan stabilitas (
mengurangi resiko cidera ) dan memerptahankan posisi sendi yang diperlukan dan
kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor)
- Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
Kriteria Hasil :
ü Mengungkapkan peningkatan rasa
percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya
hidup, dan kemungkinan keterbatasan.
ü
Menyusun
rencana realistis untuk masa depan.
Intervensi dan Rasional:
1).
Dorong
pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan.
(R/Berikan kesempatan untuk
mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan konsep dan menghadapinya secara
langsung)
2).
Diskeusikan
arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan
bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari,
termasuk aspek-aspek seksual.
(R/Mengidentifikasi bagaimana
penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan
menentukan kebutuhan terhadap intervensi/ konseling lebih lanjut)
3).
Diskusikan
persepsi pasienmengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan.
(R/ Isyarat verbal/non verbal orang
terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya
sendiri)
Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.
Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.
(R/ Nyeri konstan akan melelahkan,
dan perasaan marah dan bermusuhan umum terjadi)
4).
Perhatikan
perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan
perubahan.
(R/ Dapat menunjukkan emosional
ataupun metode koping maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut)
5).
Susun
batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku
positif yang dapat membantu koping.
(R/ Membantu pasien untuk
mempertahankan kontrol diri, yang dapat meningkatkan perasaan harga diri)
- Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
Kriteria Hasil :
ü Melaksanakan aktivitas perawatan
diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual.
ü Mendemonstrasikan perubahan teknik/
gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
ü
Mengidentifikasi
sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Intervensi dan Rasional:
1).
Diskusikan
tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit dan
potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.
(R/ Mungkin dapat melanjutkan
aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat
ini).
2).
Pertahankan
mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
(R/ Mendukung kemandirian
fisik/emosional)
3).
Kaji
hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi /rencana untuk
modifikasi lingkungan.
(R/ Menyiapkan untuk meningkatkan
kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri)
4).
Kolaborasi:
Konsul dengan ahli terapi okupasi.
(R/ Berguna untuk menentukan alat
bantu untuk memenuhi kebutuhan individual. Mis; memasang kancing, menggunakan
alat bantu memakai sepatu, menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran).
5).
Kolaborasi:
Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya.
(R/ Mengidentifikasi masalah-masalah
yang mungkin dihadapi karena tingkat kemampuan aktual).
6).
Kolaborasi
: atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan perawatan rumah, ahli
nutrisi.
(R/ Mungkin membutuhkan berbagai
bantuan tambahan untuk persiapan situasi di rumah)
- Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan kurangnya pemahaman/ mengingat,kesalahan interpretasi informasi.
Kriteria Hasil :
ü Menunjukkan pemahaman tentang
kondisi/ prognosis, perawatan.
ü
Mengembangkan
rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup yang konsisten
dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.
Intervensi dan Rasional:
1).
Tinjau
proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan.
(R/ Memberikan pengetahuan dimana
pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi)
2).
Diskusikan
kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui diet,obat-obatan,
dan program diet seimbang, l;atihan dan istirahat.
(R/ Tujuan kontrol penyakit adalah
untuk menekan inflamasi sendiri/ jaringan lain untuk mempertahankan fungsi
sendi dan mencegah deformitas)
3).
Bantu
dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis,istirahat,
perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stres.
(R/ Memberikan struktur dan
mengurangi ansietas pada waktu menangani proses penyakit kronis kompleks).
4).
Tekankan
pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik.
(R/ Keuntungan dari
terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan dosis)
DAFTAR PUSTAKA
Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC
Kalim, Handono. 1996. Ilmu Penyakit
Dalam, Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta kedokteran, Jakarta : Media Aesculaapius FKUI
Prince, Sylvia Anderson. 1999.
Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Jakarta : EGC
Ganong. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta : EGC
Azizah,Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut
Usia. Edisi 1, Yogyakarta : Garaha Ilmu
Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada
Klien Lanjut Usia, Jakarta : Salemba Medika
Tamher, S. Noorkasiani.
2011. Kesehatan
Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar