A. PENGERTIAN
Dispepsia merupakan kumpulan
keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian
atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus
klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini
tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer, 2000).
Dispepsia mengacu pada rasa kenyang yg tak mengenyangkan
sesudah makan, yg berhubungan dgn mual, sendawa, nyeri ulu hati & mungkin
kram & begah perut. Kerap kali kali diperberat karena makanan yg berbumbu,
berlemak / makanan berserat cukup tinggi, & karena asupan kafein yg
berlebihan, dyspepsia tiada kelainan lain menunjukkan adanya gangguan fungsi
pencernaan (Williams & Wilkins, 2011).
Batasan dispepsia
1. Dyspepsia organic, kalau/jika sudah diketahui adanya kelainan organic
sebagai
penyebabnya. Sindroma dyspepsia organik terdapat keluhan yg nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas jari, pembengkakan/radang pancreas, pembengkakan/radang empedu, & lain – lain.
penyebabnya. Sindroma dyspepsia organik terdapat keluhan yg nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas jari, pembengkakan/radang pancreas, pembengkakan/radang empedu, & lain – lain.
2. Dyspepsia non-organik / dyspepsia fungsional, / dyspepsia non-ulkus (DNU),
kalau/jika tak jelas penyebabnya. Dyspepsia fungsional tiada diikuti kelainan /
gangguan struktur organ berlandaskan pemeriksaan klinis, laboratorium,
radiologi, endoskopi ( teropong saluran pencernaan).
B. ETIOLOGI
Seringnya, dispepsia dikarenakan karena ulkus lambung /
penyakit acid reflux.. Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa perubahan yg terjadi pada saluran cerna
atas dampak proses penuaan, terutama pada ketahanan mukosa lambung (Wibawa,
2006). Kadar lambung lansia biasanya mengalami menurunnya hingga 85%. Beberapa obat-obatan, seperti
obat anti-inflammatory, bisa menyebabkan dispepsia. Terkadang penyebab
dispepsia belum bisa diketemukan.
Penyebab dispepsia secara
rinci ialah:
1. Menelan udara (aerofagi)
2. Regurgitasi (alir balik,
refluks) asam dari lambung
3. Iritasi lambung (gastritis)
4. Ulkus gastrikum / ulkus
duodenalis
5. Kanker lambung
6. Peradangan kandung empedu
(kolesistitis)
7. Intoleransi laktosa
(ketidakmampuan mencerna susu & produknya)
8. Kelainan gerakan usus
9. Stress psikologis, kecemasan,
/ depresi
10. Infeksi Helicobacter pylory
11. Perubahan pola makan
12. Pengaruh obat-obatan yg dimakan secara berlebihan & dlm waktu yg lama
13. Alkohol & nikotin rokok
14. Stres
15. Tumor / kanker saluran pencernaan
C. TANDA DAN GEJALA
1. Nyeri perut (abdominal discomfort)
2. Rasa perih di ulu hati
3. Mual, kadang-kadang hingga muntah
4. Nafsu makan berkurang
5. Rasa lekas kenyang
6. Perut kembung
7. Rasa panas di dada & perut
8. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba).
D. PATHWAY
E. PATOFISIOLOGI
Perubahan pola makan yg
tak teratur, obat-obatan yg tak jelas, zat-zat seperti nikotin & alkohol
serta adanya keadann kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi minus sehingga
lambung mau kosong, kekosongan lambung bisa membuat dampak erosi pada lambung
dampak gesekan antara dinding-dinding lambung, keadann demikian bisa membuat
dampak peningkatan produksi HCL yg mau merangsang terjadinya keadann asam pada
lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah
sehingga intake tak adekuat baik makanan maupun cairan.
F. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama,
seperti halnya pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan
kumpulan gejala dan penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan penyakitnya.
Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa pemeriksaan, selain
pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi,
USG, dan lain-lain.
1. Laboratorium : Pemeriksaan laboratorium perlu
dilakukan lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya
seperti: pankreatitis kronik, diabets mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia
fungsional biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.
2. Radiologis : Pemeriksaan radiologis banyak
menunjang dignosis suatu penyakit di saluran makan. Setidak-tidaknya perlu
dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap saluran makan bagian atas, dan
sebaiknya menggunakan kontras ganda.
3. Endoskopi
(Esofago-Gastro-Duodenoskopi) : Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia
fungsional, gambaran endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.
4. USG (ultrasonografi) : Merupakan diagnostik yang tidak
invasif, akhir-akhir ini makin banyak dimanfaatkan untuk membantu menentukan
diagnostik dari suatu penyakit, apalagi alat ini tidak menimbulkan efek
samping, dapat digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang beratpun dapat
dimanfaatkan
5. Waktu Pengosongan Lambung : Dapat dilakukan dengan scintigafi
atau dengan pellet radioopak. Pada dispepsia fungsional terdapat pengosongan
lambung pada 30 – 40 % kasus.
G.
PENATALAKSANAAN
1.
Penatalaksanaan non farmakologis
a.
Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
b.
Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-obatan
yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres
c.
Atur pola makan
2.
Penatalaksanaan farmakologis yaitu: Sampai saat ini belum ada regimen
pengobatan yang memuaskan terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti karena
pross patofisiologinya pun masih belum jelas. Dilaporkan bahwa sampai 70 %
kasus DF reponsif terhadap placebo. Obat-obatan yang diberikan
meliputi antacid (menetralkan asam lambung) golongan antikolinergik (menghambat
pengeluaran asam lambung) dan prokinetik (mencegah terjadinya muntah).
H.
PENCEGAHAN
Pola makan yang normal
dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan kebutuhan dan jadwal makan yang
teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan yang berkadar asam tinggi, cabai,
alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit,
misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi
lambung.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1.
Identitas
a. Identitas
pasien: nama, umur, jenis kelamin, suku/ bangsa, agama, pekerjaan, pendidikan,
alamat
b. Identitas
penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, hubungan dgn
pasien, alamat
2.
Pengkajian
a. Alasan
utama datang ke rumah sakit
b. Keluhan
utama (saat pengkajian)
c. Riwayat
kesehatan sekarang
d. Riwayat
kesehatan dahulu
e. Riwayat
kesehatan keluarga
f. Riwayat
pengobatan & alergi
3. Pengkajian
Fisik
a. Keadann
umum: sakit/nyeri, status gizi, sikap, personal hygiene & lain-
lain.
lain.
b. Data
sistemik
1).
Sistem persepsi sensori: pendengaran,
penglihatan, pengecap/penghidu, peraba, & lain-lain.
2).
Sistem penglihatan: nyeri tekan, lapang pandang,
kesimetrisan mata, alis, kelopak mata, konjungtiva, sklera, kornea, reflek, pupil,
respon cahaya, & lain-lain.
3).
Sistem pernapasan: frekuensi, batuk, bunyi napas,
sumbatan jalan napas, & lain-lain.
4).
Sistem kardiovaskular: tekanan darah, denyut
nadi, bunyi jantung, kekuatan, pengisian kapiler, edema, & lain-lain.
5).
Sistem saraf pusat: kesadaran, bicara, pupil,
orientasi waktu, orientasi tempat, orientasi manusia, & lain-lain.
6).
Sistem gastrointestinal: nafsu makan, diet, porsi
makan, keluhan, bibir, mual & tenggorokan, kemampuan mengunyah, kemampuan
menelan, perut, kolon & rektum, rectal toucher, & lain-lain.
7).
Sistem muskuloskeletal: rentang gerak,
keseimbangan & cara jalan, kemampuan mencukupi aktifitas sehari-hari,
genggaman tangan, otot kaki, akral, patah tulang, & lain-lain.
8).
Sistem integumen: warna kulit, turgor, luka,
memar, kemerahan, & lain-lain.
9).
Sistem reproduksi: infertil, kasus menstruasi,
skrotum, testis, prostat, payudara, & lain-lain.
10). Sistem
perkemihan: urin (warna, jumlah, & pancaran), BAK, vesika urinaria.
4. Data
penunjang
5. Terapi
yg diberikan
6. Pengkajian
kasus psiko-sosial-budaya-& spiritual
a. Psikologi
1). Perasaan
klien sesudah mengalami kasus ini
2). Cara
menangani perasaan tersebut
3). Rencana
klien sesudah masalahnya terselesaikan
4). Jika
rencana ini tak terselesaikan
5). Pengetahuan
klien tentang kasus/penyakit yg ada
b. Sosial
1). Aktivitas
/ peran klien di masyarakat
2). Kebiasaan
lingkungan yg tak disukai
3). Cara
mengatasinya
4). Pandangan
klien tentang aktivitas sosial di lingkungannya
c. Budaya
1). Budaya
yg diikuti karena klien
2). Aktivitas
budaya tersebut
3). Keberatannya
dlm mengikuti budaya tersebut
4). Cara
menangani keberatan tersebut
d. Spiritual
1). Aktivitas
ibadah yg biasa dikerjakan sehari-hari
2). Kegiatan
keagamaan yg biasa dikerjakan
3). Aktivitas
ibadah yg sekarang tak bisa dikerjakan
4). Perasaaan
klien dampak tak bisa melaksanakan hal tersebut
5). Upaya
klien menangani perasaan tersebut
6). Apa
keyakinan klien tentang peristiwa/kasus kesehatan yg sekarang sedang dialami
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis.
Intervensi:
1).
Monitor derajat dan kualitas nyeri (PQRST)?
R/mengetahui rasa nyeri yang dirasakan
2).
Ajarkan teknik distraksi/relaksasi
R/mengurangi rasa nyeri
3).
Beri posisi nyaman
R/untuk mengurangi rasa nyeri
4).
Beri posisi semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
5).
Kolaborasi/lanjutkan pemberian analgetik; nama, dosis,
waktu, cara, indikasi
R/mengura ngi rasa nyeri
2.
Resiko defisit volume
cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan melalui rute normal (diare),
abnormal (perdarahan).
Intrvensi:
1).
Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi
R/mengetahui keadaan klien
2).
Anjurkan untuk
banyak minum ± 2 L/hari
R/memenuhi kebutuhan cairan
Hitung balance cairan
R/mengetahui
klebihan dan kekurang cairan
3).
Anjurkan untuk bed
rest
R/mempercepat
pemulihan kondisi
4).
Kolaborasi/lanjutkan
pemberian terapi elektrolit; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat
penyembuhan
5).
Kolaborasi/lanjutkan
program therapi transfusi
R/mempercepat
pemulihan kesehatan klien
3.
Hipertermia berhubungan dengan
penyakit.
Intervensi:
1).
Ukur tanda-tanda
vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi
R/mengetahui
keadaan klien
2).
Anjurkan untuk
banyak minum ± 2 L/hari
R/memenuhi
kebutuhan cairan
3).
Anjurkan untuk bed rest
R/mempercepat
pemulihan kondisi
4).
Beri kompres hangat
R/vasodilatasi
pembuluh darah
5).
Kolaborasi/lanjutkan
pemberian therapi antipiretik; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat
penyembuhan
6).
Kolaborasi/lanjutkan
pemberian terapi anti biotik; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat
penyembuhan
4.
Nausea berhubungan dengan faktor fisiologi (nyeri).
Intervensi :
1).
Monitor TTV: TD, N, RR, T
R/mengetahui keadaan klien
2).
Monitor adanya mual
R/mengetahui keadaan klien
3).
Ajarkan
teknik napas dalam
R/mengurangi nyeri
4).
Anjurkan
makan sedikit dan sering
R/supaya tidak mual dan tidak muntah
5).
Anjurkan
untuk bedrest
R/mempercepat pemulihan kondisi
6).
Beri posisi semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
7).
Kolaborasi/lanjutkan pemberian obat
anti emetik; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat proses penyembuhan
DATAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2
Jakarta : EGC
Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan pada klien dgn gangguan sistem
pencernaan, edisi pertama, Jakarta : Salemba Medika
Price & Wilson. 1994. Patofisiologi, edisi 4, Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne
C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
& Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi
Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI
Bare & Suzanne. 2002. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8), Jakarta : EGC
Carpenito. 1999. Rencana Asuhan dan
Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2), Jakarta: EGC
Corwin,. J. Elizabeth. 2001. Patofisiologi,
Jakarta : EGC
Doenges, E. Marilynn dan MF.
Moorhouse. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan,
(Edisi III), Jakarta : EGC
Ganong. 1997. Fisiologi Kedokteran, Jakarta
: EGC
Gibson, John. 2003. Anatomi dan
Fisiologi Modern untuk Perawat, Jakarta : EGC
Guyton dan Hall. 1997. Fisiologi
Kedokteran, (Edisi 9), Jakarta : EGC
Hinchliff. 1999. Kamus Keperawatan, jakarta
: EGC
Price, S. A dan Wilson, L. M. 1995. Patofisiologi, Jakarta : EGC
Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia
dari Sel ke Sistem, (edisi 21), Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar