Rabu, 30 Maret 2016

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DISPEPSIA



A.    PENGERTIAN
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer, 2000).
Dispepsia mengacu pada rasa kenyang yg tak mengenyangkan sesudah makan, yg berhubungan dgn mual, sendawa, nyeri ulu hati & mungkin kram & begah perut. Kerap kali kali diperberat karena makanan yg berbumbu, berlemak / makanan berserat cukup tinggi, & karena asupan kafein yg berlebihan, dyspepsia tiada kelainan lain menunjukkan adanya gangguan fungsi pencernaan (Williams & Wilkins, 2011).
Batasan dispepsia
1.      Dyspepsia organic, kalau/jika sudah diketahui adanya kelainan organic sebagai
penyebabnya. Sindroma dyspepsia organik terdapat keluhan yg nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas jari, pembengkakan/radang pancreas, pembengkakan/radang empedu, & lain – lain.
2.      Dyspepsia non-organik / dyspepsia fungsional, / dyspepsia non-ulkus (DNU), kalau/jika tak jelas penyebabnya. Dyspepsia fungsional tiada diikuti kelainan / gangguan struktur organ berlandaskan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, endoskopi ( teropong saluran pencernaan).

B.     ETIOLOGI
Seringnya, dispepsia dikarenakan karena ulkus lambung / penyakit acid reflux.. Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa perubahan yg terjadi pada saluran cerna atas dampak proses penuaan, terutama pada ketahanan mukosa lambung (Wibawa, 2006). Kadar lambung lansia biasanya mengalami menurunnya hingga 85%. Beberapa obat-obatan, seperti obat anti-inflammatory, bisa menyebabkan dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia belum bisa diketemukan.
Penyebab dispepsia secara rinci ialah:
1.      Menelan udara (aerofagi)
2.      Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
3.      Iritasi lambung (gastritis)
4.      Ulkus gastrikum / ulkus duodenalis
5.      Kanker lambung
6.      Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
7.      Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu & produknya)
8.      Kelainan gerakan usus
9.      Stress psikologis, kecemasan, / depresi
10.  Infeksi Helicobacter pylory
11.  Perubahan pola makan
12.  Pengaruh obat-obatan yg dimakan secara berlebihan & dlm waktu yg lama
13.  Alkohol & nikotin rokok
14.  Stres
15.  Tumor / kanker saluran pencernaan

C.     TANDA DAN GEJALA
1.      Nyeri perut (abdominal discomfort)
2.      Rasa perih di ulu hati
3.      Mual, kadang-kadang hingga muntah
4.      Nafsu makan berkurang
5.      Rasa lekas kenyang
6.      Perut kembung
7.      Rasa panas di dada & perut
8.      Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba).

D.    PATHWAY


E.     PATOFISIOLOGI
Perubahan pola makan yg tak teratur, obat-obatan yg tak jelas, zat-zat seperti nikotin & alkohol serta adanya keadann kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi minus sehingga lambung mau kosong, kekosongan lambung bisa membuat dampak erosi pada lambung dampak gesekan antara dinding-dinding lambung, keadann demikian bisa membuat dampak peningkatan produksi HCL yg mau merangsang terjadinya keadann asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tak adekuat baik makanan maupun cairan.

F.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama, seperti halnya pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan kumpulan gejala dan penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.
1.      Laboratorium : Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabets mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia fungsional biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.
2.      Radiologis : Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di saluran makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap saluran makan bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.
3.      Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi) : Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.
4.      USG (ultrasonografi) : Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit, apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang beratpun dapat dimanfaatkan
5.      Waktu Pengosongan Lambung : Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet radioopak. Pada dispepsia fungsional terdapat pengosongan lambung pada 30 – 40 % kasus.

G.    PENATALAKSANAAN
1.      Penatalaksanaan non farmakologis
a.       Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
b.      Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres
c.       Atur pola makan
2.      Penatalaksanaan farmakologis yaitu: Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti karena pross patofisiologinya pun masih belum jelas. Dilaporkan bahwa sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap placebo. Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung) golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan prokinetik (mencegah terjadinya muntah).

H.    PENCEGAHAN
Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.    PENGKAJIAN
1.      Identitas
a.       Identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, suku/ bangsa, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat
b.      Identitas penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, hubungan dgn pasien, alamat
2.      Pengkajian
a.       Alasan utama datang ke rumah sakit
b.      Keluhan utama (saat pengkajian)
c.       Riwayat kesehatan sekarang
d.      Riwayat kesehatan dahulu
e.       Riwayat kesehatan keluarga
f.       Riwayat pengobatan & alergi
3.      Pengkajian Fisik
a.       Keadann umum: sakit/nyeri, status gizi, sikap, personal hygiene & lain-
lain.
b.      Data sistemik
1).          Sistem persepsi sensori: pendengaran, penglihatan, pengecap/penghidu, peraba, & lain-lain.
2).          Sistem penglihatan: nyeri tekan, lapang pandang, kesimetrisan mata, alis, kelopak mata, konjungtiva, sklera, kornea, reflek, pupil, respon cahaya, & lain-lain.
3).          Sistem pernapasan: frekuensi, batuk, bunyi napas, sumbatan jalan napas, & lain-lain.
4).          Sistem kardiovaskular: tekanan darah, denyut nadi, bunyi jantung, kekuatan, pengisian kapiler, edema, & lain-lain.
5).          Sistem saraf pusat: kesadaran, bicara, pupil, orientasi waktu, orientasi tempat, orientasi manusia, & lain-lain.
6).          Sistem gastrointestinal: nafsu makan, diet, porsi makan, keluhan, bibir, mual & tenggorokan, kemampuan mengunyah, kemampuan menelan, perut, kolon & rektum, rectal toucher, & lain-lain.
7).          Sistem muskuloskeletal: rentang gerak, keseimbangan & cara jalan, kemampuan mencukupi aktifitas sehari-hari, genggaman tangan, otot kaki, akral, patah tulang, & lain-lain.
8).          Sistem integumen: warna kulit, turgor, luka, memar, kemerahan, & lain-lain.
9).          Sistem reproduksi: infertil, kasus menstruasi, skrotum, testis, prostat, payudara, & lain-lain.
10).      Sistem perkemihan: urin (warna, jumlah, & pancaran), BAK, vesika urinaria.
4.      Data penunjang
5.      Terapi yg diberikan
6.      Pengkajian kasus psiko-sosial-budaya-& spiritual
a.       Psikologi
1).    Perasaan klien sesudah mengalami kasus ini
2).    Cara menangani perasaan tersebut
3).    Rencana klien sesudah masalahnya terselesaikan
4).    Jika rencana ini tak terselesaikan
5).    Pengetahuan klien tentang kasus/penyakit yg ada
b.      Sosial
1).    Aktivitas / peran klien di masyarakat
2).    Kebiasaan lingkungan yg tak disukai
3).    Cara mengatasinya
4).    Pandangan klien tentang aktivitas sosial di lingkungannya
c.       Budaya
1).    Budaya yg diikuti karena klien
2).    Aktivitas budaya tersebut
3).    Keberatannya dlm mengikuti budaya tersebut
4).    Cara menangani keberatan tersebut
d.      Spiritual
1).    Aktivitas ibadah yg biasa dikerjakan sehari-hari
2).    Kegiatan keagamaan yg biasa dikerjakan
3).    Aktivitas ibadah yg sekarang tak bisa dikerjakan
4).    Perasaaan klien dampak tak bisa melaksanakan hal tersebut
5).    Upaya klien menangani perasaan tersebut
6).    Apa keyakinan klien tentang peristiwa/kasus kesehatan yg sekarang sedang dialami

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis.
Intervensi:
1).    Monitor derajat dan kualitas nyeri (PQRST)?
R/mengetahui rasa nyeri yang dirasakan
2).    Ajarkan teknik distraksi/relaksasi
R/mengurangi rasa nyeri
3).    Beri posisi nyaman
R/untuk mengurangi rasa nyeri
4).    Beri posisi semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
5).    Kolaborasi/lanjutkan pemberian analgetik; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mengura ngi rasa nyeri
2.       Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan melalui rute normal (diare), abnormal (perdarahan).
Intrvensi:
1).    Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi
R/mengetahui keadaan klien
2).    Anjurkan untuk banyak minum ± 2 L/hari
R/memenuhi kebutuhan cairan
Hitung  balance cairan
R/mengetahui klebihan dan kekurang cairan
3).    Anjurkan untuk bed rest
R/mempercepat pemulihan kondisi
4).    Kolaborasi/lanjutkan pemberian terapi elektrolit; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat penyembuhan
5).    Kolaborasi/lanjutkan program therapi transfusi
R/mempercepat pemulihan kesehatan klien
3.      Hipertermia berhubungan dengan penyakit.
Intervensi:
1).    Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi
R/mengetahui keadaan klien
2).    Anjurkan untuk banyak minum ± 2 L/hari
R/memenuhi kebutuhan cairan
3).    Anjurkan untuk bed rest
R/mempercepat pemulihan kondisi
4).    Beri kompres hangat
R/vasodilatasi pembuluh darah
5).    Kolaborasi/lanjutkan pemberian therapi antipiretik; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat penyembuhan
6).    Kolaborasi/lanjutkan pemberian terapi anti biotik; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat penyembuhan
4.      Nausea berhubungan dengan faktor fisiologi (nyeri).
Intervensi :
1).    Monitor TTV: TD, N, RR, T
R/mengetahui keadaan klien
2).    Monitor adanya mual
R/mengetahui keadaan klien
3).    Ajarkan teknik napas dalam
R/mengurangi nyeri
4).    Anjurkan makan sedikit dan sering
R/supaya tidak mual dan tidak muntah
5).    Anjurkan untuk bedrest
R/mempercepat pemulihan kondisi
6).    Beri posisi semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
7).    Kolaborasi/lanjutkan pemberian obat anti emetik; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat proses penyembuhan

DATAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2 Jakarta : EGC
Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan pada klien dgn gangguan sistem
pencernaan, edisi pertama, Jakarta : Salemba Medika
Price & Wilson. 1994. Patofisiologi, edisi 4, Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001.  Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. 2001.  Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI
Bare & Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8), Jakarta : EGC
Carpenito. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2), Jakarta: EGC
Corwin,. J. Elizabeth. 2001. Patofisiologi, Jakarta : EGC
Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan,  (Edisi III), Jakarta : EGC
Ganong. 1997. Fisiologi Kedokteran, Jakarta : EGC
Gibson, John. 2003. Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat, Jakarta : EGC
Guyton dan Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran, (Edisi 9), Jakarta : EGC
Hinchliff. 1999. Kamus Keperawatan, jakarta : EGC
Price, S. A dan Wilson, L. M. 1995.  Patofisiologi, Jakarta : EGC
Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, (edisi 21), Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar