A. PENGERTIAN
ISPA atau infeksi saluran
pernafasan akut adalah infeksi yang terutama mengenai struktur saluran
pernafasan di atas laring,tetapi kebanyakan,penyakit ini mengenai bagian
saluran atas dan bawah secara simultan atau berurutan (Nelson,edisi 15).
Infeksi
saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan
(hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang
menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafasdan akan menyebabkan retraksi
dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel& Ian Roberts;
1990; 450).
Infeksi saluran nafas adalah
penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafasdalam menghadapi organisme
asing (Whaley and Wong; 1991; 1418).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian
dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga
alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga
telinga tengah dan pleura. ISPA umumnya berlangsung selama 14 hari. Yang
termasuk dalam infeksi saluran nafas bagian atas adalah batuk pilek biasa,
sakit telinga, radang tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga sinusitis.
Sedangkan infeksi yang menyerang bagian bawah saluran nafas seperti paru itu
salah satunya adalah Pneumonia (WHO).
Sebagian besar dari infeksi
saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti
batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Infeksi pernapasan jarang
memilki ciri area anatomik tersendiri. Infesi sering menyebar dari satu
struktur ke struktur lainya karena sifat menular dari membran mukosa yang
melapisi seluruh saluran. Akibatnya,infeksi saluran pernapasan akan melibatkan
beberapa area tidak hanya satu struktur, meskipun efek pada satu individu dapat
mendominasi penyakit lain.
B. ETIOLOGI
Etiologi ISPA terdiri dari
lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia. Bakteri penyebab ISPA antara
lain adalah dari genus Streptococcus, Staphylococcus, Pneumococcus,
Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab
ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus,
Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.
Etiologi Pneumonia pada Balita
sukar untuk ditetapkan karena dahak biasanya sukar diperoleh. Penetapan
etiologi Pneumonia di Indonesia masih didasarkan pada hasil penelitian di luar
Indonesia. Menurut publikasi WHO, penelitian di berbagai negara menunjukkan
bahwa di negara berkembang streptococcus pneumonia dan haemophylus
influenza merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada dua per tiga dari
hasil isolasi, yakni 73, 9% aspirat paru dan 69, 1% hasil isolasi dari spesimen
darah. Sedangkan di negara maju, dewasa ini Pneumonia pada anak umumnya
disebabkan oleh virus.
Factor
Pencetus ISPA :
1. Usia : Anak yang usianya lebih muda,
kemungkinan untuk menderita atau terkena penyakit ISPA lebih besar bila
dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya
lebih rendah.
2. Status
Imunisasi : Annak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik
dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap.
3. Lingkungan : Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota
besar dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak.
Faktor
Pendukung Penyebab ISPA
1. Kondisi
Ekonomi : Keadaan ekonomi yang belum pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan
berdampak peningkatan penduduk miskin disertai dengan kemampuannya menyediakan
lingkungan pemukiman yang sehat mendorong peningkatan jumlah Balita yang rentan
terhadap serangan berbagai penyakit menular termasuk ISPA. Pada akhirnya akan
mendorong meningkatnya penyakit ISPA dan Pneumonia pada Balita.
2. Kependudukan : Jumlah penduduk yang besar
mendorong peningkatan jumlah populasi Balita yang besar pula. Ditambah lagi
dengan status kesehatan masyarakat yang masih rendah, akan menambah berat beban
kegiatan pemberantasan penyakit ISPA.
3. Geografi : Sebagai daerah tropis,
Indonesia memiliki potensi daerah endemis beberapa penyakit infeksi yang setiap
saat dapat menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh geografis dapat
mendorong terjadinya peningkatan kaus maupun kemaian penderita akibat ISPA.
Dengan demikian pendekatan dalam pemberantasan ISPA perlu dilakukan dengan
mengatasi semua faktor risiko dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
4. Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) : PHBS merupakan modal utama bagi pencegahan
penyakit ISPA. Perilaku bersih dan sehat tersebut sangat dipengaruhi oleh
budaya dan tingkat pendidikan penduduk. Dengan makin meningkatnya tingkat
pendidikan di masyarakat diperkirakan akan berpengaruh positif terhadap
pemahaman masyarakat dalam menjaga kesehatan Balita agar tidak terkena penyakit
ISPA yaitu melalui upaya memperhatikan rumah sehat dan lingkungan sehat.
5. Lingkungan
dan Iklim Global : Pencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan, gas buang sarana
transportasi dan polusi udara dalam rumah merupakan ancaman kesehatan terutama
penyakit ISPA. Demikian pula perubahan iklim gobal terutama suhu, kelembapan,
curah hujan, merupakan beban ganda dalam pemberantasan penyakit ISPA.
Agen infeksi adalah virus atau
kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada
beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama yakni golongan A -hemolityc
streptococus, staphylococus, haemophylus influenzae,b clamydia trachomatis,
mycoplasma dan pneumokokus.
Usia bayi atau neonatus, pada
anak yang mendapatkan air susu ibu angka kejadian pada usia dibawah 3 bulan
rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu ibu. Ukuran dari lebar
penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam derajat keparahan
penyakit. Karena dengan lobang yang semakin sempit maka dengan adanya edematosa
maka akan tertutup secara keseluruhan dari jalan nafas.
Kondisi klinis secara umum
turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi antara lain malnutrisi,
anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung mempengaruhi saluran
pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru.
Infeksi saluran pernafasan
biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim, tetapi juga biasa terjadi
pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991; 1420).
C.
KLASIFIKASI
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
1.
Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya
tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing).
2.
Pneumonia : ditandai secara klinis oleh adanya napas
cepat.
3.
Bukan pneumonia : ditandai secara klinis oleh batuk
pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas
cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu
klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur
dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun. Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu : Pneumonia berat : diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding
pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur
kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih dan Bukan pneumonia : batuk
pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah
atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu
:
1.
Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu
adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas
(pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau
meronta).
2.
Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas
cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan
untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
3.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak
ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat (Rasmaliah,
2004).
D.
TANDA
DAN GEJALA
1.
Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika
anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam
muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai
39,5OC-40,5OC.
2.
Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens,
biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri
kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan
brudzinski.
3.
Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan
menjadi susah minum dan bhkan tidak mau minum.
4.
Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi
tersebut mengalami sakit.
5.
Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran
pernafasan akibat infeksi virus.
6.
Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya
lymphadenitis mesenteric.
7.
Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih
mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
8.
Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan,
mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran
pernafasan.
9.
Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak
terdapatnya suara pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).
E.
PATHWAY
F.
PATOFISIOLOGI
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) disebabkan oleh
virus atau kuman golongan A streptococus, stapilococus, haemophylus influenzae,
clamydia trachomatis, mycoplasma, dan pneumokokus yang menyerang dan
menginflamasi saluran pernafasan (hidung, pharing, laring) dan memiliki
manifestasi klinis seperti demam, meningismus, anorexia, vomiting, diare,
abdominal pain, sumbatan pada jalan nafas, batuk, dan suara nafas wheezing,
stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara pernafasan.
G.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1.
Pemeriksaan
kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+)
sesuai dengan jenis kuman.
2.
Pemeriksaan
hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan
adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia.
3.
Pemeriksaan
foto thoraks jika diperlukan (Benny, 2010).
H.
PENATALAKSANAAN
1.
Suportif :
meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,pemberian
multivitamin dll.
2.
Antibiotik :
a.
Idealnya
berdasarkan jenis kuman penyebab
b.
Utama
ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus
c.
Menurut WHO
:
3.
Pneumonia
rawat jalan yaitu kotrimoksasol,Amoksisillin, Ampisillin,Penisillin
Prokain,Pnemonia berat : Benzil
penicillin,klorampenikol,kloksasilin,gentamisin.
4.
Antibiotik
baru lain : Sefalosforin,quinolon dll.
I.
KOMPLIKASI
SPA (
saluran pernafasan akut sebenarnya merupakan self limited disease yangsembuh
sendiri dalam 5 ± 6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lain, tetapi penyakit
ISPAyang tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang baik dapat menimbulkan
penyakitseperti : semusitis paranosal, penutuban tuba eustachii, lanyingitis,
tracheitis, bronchtis, dan brhonco pneumonia dan berlanjut pada kematian karena
danya sepsis yang meluas (Whaley and Wong, 2000 ).
J. PENCEGAHAN
Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain:
1. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik. Dengan menjaga kesehatan
gizi yang baik maka itu akan mencegah kita atau terhindar dari penyakit yang
terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehat
lima sempurna, banyak minum air putih, olah raga dengan teratur, serta
istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan menjaga badan kita tetap sehat.
Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin
meningkat, sehingga dapat mencegah virus /bakteri penyakit yang akan masuk ke
tubuh kita.
2. Imunisasi. Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun orang
dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak
mudah terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan. Membuat ventilasi udara
serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi polusi asap dapur / asap
rokok yang ada di dalam rumah, sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap
tersebut yang bisa menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat
memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi
manusia.
4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA. Infeksi
saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri yang
ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara yang
tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa virus /
bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang
di udara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari
sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan
melayang di udara), yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ISPA
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien : Meliputi : Nama, Umur, Jenis
Kelamin, Alamat, Pendidikan, Tanggal masuk RS, Tanggal pengkajian, No RM,
Diagnosa Medis, Nama orang tua, Pekerjaan, Agama, dll
2. Riwayat Kesehatan : Riwayat penyakit sekarang biasanya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri
otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
3. Riwayat penyakit dahulu biasanya klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit ini
4. Riwayat penyakit keluarga. Menurut anggota keluarga ada
juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut.
5. Riwayat social. Klien mengatakan bahwa klien
tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum. Bagaimana keadaan klien,
apakah letih, lemah atau sakit berat.
b. Tanda vital : Bagaimana suhu,
nadi, pernafasan dan tekanan darah klien
c. Kepala : Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk
kepala, apakah ada kelainan atau lesi pada kepala
d. Wajah : Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak.
e. Mata : Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak,
sclera ikterik/ tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam
penglihatan
f. Hidung : Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret
pada hidung serta cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan
dalam penciuman
g. Mulut : Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah kotor/ tidak, apakah ada kemerahan/
tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam menelan, apakah ada kesulitan dalam
berbicara.
h. Leher : Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah
ditemukan distensi vena jugularis
i.
Thoraks : Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola
pernafasan, apakah ada wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan.
Pemeriksaan Fisik Difokuskan
Pada Pengkajian Sistem Pernafasan
1). Inspeksi
a). Membran mukosa- faring tamppak
kemerahan
b). Tonsil tampak kemerahan dan
edema
c). Tampak batuk tidak produktif
d). Tidak ada jaringan parut dan
leher
e).
Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan
2).
Palpasi
a).
Adanya demam
b).
Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada
nodus limfe servikalis
c).
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
3).
Perkusi : Suara paru normal (resonance)
4).
Auskultasi : Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.
j.
Abdomen : Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah terdapat nyeri
tekan pada abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan pemeriksaan bising
usus, apakah terjadi peningkatan bising usus/tidak.
k.
Genitalia : Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin ,warna rambut
kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada kelainan/tidak. Pada
wanita lihat keadaan labia minora, biasanya labia minora tertutup oleh labia
mayora.
l.
Integumen : Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/ tidak,
apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas
m.
Ekstremitas atas : Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta
kelainan bentuk.
B.
DIAGNOSA
1.
Ketidakefektifan
pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran pernafasan, nyeri.
Tujuan : Pola nafas kembali efektif dengan kriteria: usaha
nafas kembali normal dan meningkatnya suplai oksigen ke paru-paru.
Intervensi:
1).
Berikan posisi
yang nyaman sekaligus dapat mengeluarkan sekret dengan mudah.
2).
Ciptakan dan
pertahankan jalan nafas yang bebas.
3).
Anjurkan pada
keluarga untuk membawakan baju yang lebih longgar, tipis serta menyerap
keringat.
4).
Berikan O2
dan nebulizer sesuai dengan instruksi dokter.
5).
Berikan obat
sesuai dengan instruksi dokter (bronchodilator).
6).
Observasi tanda
vital, adanya cyanosis, serta pola, kedalaman dalam pernafasan.
2.
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik dari jalan nafas oleh
sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret.
Tujuan : Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret dengan
kriteria: jalan nafas yang bersih dan patent, meningkatnya pengeluaran sekret.
Intervensi:
1).
Lakukan
penyedotan sekret jika diperlukan.
2).
Cegah jangan
sampai terjadi posisi hiperextensi pada leher.
3).
Berikan posisi
yang nyaman dan mencegah terjadinya aspirasi sekret (semiprone dan side
lying position).
4).
Berikan
nebulizer sesuai instruksi dokter.
5).
Anjurkan untuk
tidak memberikan minum agar tidak terjadi aspirasi selama periode tachypnea.
6).
Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian cairan perparenteral yang adekuat.
7).
Berikan
kelembaban udara yang cukup.
8).
Observasi
pengeluaran sekret dan tanda vital.
3.
Cemas
berhubungan dengan penyakit yang dialami oleh anak, hospitalisasi pada anak
Tujuan : Menurunnya kecemasan yang dialami oleh orang tua
dengan kriteria: keluarga sudah tidak sering bertanya kepada petugas dan mau
terlibat secara aktif dalam merawat anaknya.
Intervensi:
1).
Berikan
informasi secukupnya kepada orang tua (perawatan dan pengobatan yang diberikan).
2).
Berikan dorongan
secara moril kepada orang tua.
3).
Jelaskan terapi
yang diberikan dan respon anak terhadap terapi yang diberikan.
4).
Anjurkan kepada
keluarga agar bertanya jika melihat hal-hal yang kurang dimengerti/ tidak jelas.
5).
Anjurkan kepada
keluarga agar terlibat secara langsung dan aktif dalam perawatan anaknya.
6).
Observasi
tingkat kecemasan yang dialami oleh keluar
DAFTAR PUSTAKA
Catzel, Pincus & Ian robets. 1990. Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh Dr. yohanes
gunawan, Jakarta : EGC
Whalley & wong.
1991. Nursing Care of Infant and Children Volume
II book 1, USA : CV. Mosby-Year book. Inc
Yu. H.Y. Victor & Hans E. Monintja. 1997. Beberapa
Masalah Perawatan Intensif Neonatus, Jakarta
: Balai penerbit FKUI
Suriadi,Yuliani R. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak, Jakarta : CV
sagung Seto
Gordon,et.al. 2001. Nursing Diagnoses : definition
& Classification 2001-2002, USA : Philadelpia
Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman
Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan
Pneumonia Pada Balita, Jakarta : Depkes RI
Brooker,
Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31, Jakarta : EGC
DEPKES. 1993.
Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler, Jakarta :
EGC
Doenges, E.
Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3, Jakarta : EGC
Nasrul Effendi.
1995. Pengantar Proses Keperawatan, Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar