A. PENGERTIAN TETANUS
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme)
tanpa disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan kuman secara
langsung, tetapi sebagai dampak eksotoksin (tetanoplasmin) yang dihasilkan oleh
kuman pada sinaps ganglion sambungan sumsum tulang belakang, sambungan neuro
muscular (neuro muscular jungtion) dan saraf autonom (Smarmo 2002).
B. KLASIFIKASI TETANUS
Klasifikasi tetanus
berdasarkan bentuk klinis yaitu: (Sudoyo Aru, 2009)
- Tetanus local: Biasanya ditandai dengan otot terasa sakit, lalu timbul rebiditas dan spasme pada bagian proksimal luar. Gejala itu dapat menetap dalam beberapa minggu dan menghilang.
- Tetanus sefalik: Varian tetanus local yang jarang terjadi. Masa inkubasi 1-2 hari terjadi sesudah otitis media atau luka kepala dan muka. Paling menonjol adalah disfungsi saraf III, IV, VII, IX, dan XI tersering saraf otak VII diikuti tetanus umum.
- Tetanus general: yang merupakan bentuk paling sering. Spasme otot, kaku kuduk, nyeri tenggorokan, kesulitan membuka mulut, rahang terkunci (trismus), disfagia. Timbul kejang menimbulkan aduksi lengan dan ekstensi ekstremitas bagian bawah. Pada mulanya, spasme berlangsung beberapa detik sampai beberapa menit dan terpisah oleh periode relaksasi.
- Tetanus neonatorum: biasa terjadi dalam bentuk general dan fatal apabila tidak ditanggani, terjadi pada anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang tidak imunisasi secara adekuat, rigiditas, sulit menelan ASI, iritabilitas, spasme.
Klasifikasi beratnya tetanus
oleh albert (Sudoyo Aru, 2009):
- Derajat I (ringan): trismus (kekakuan otot mengunyah) ringan sampai sedang, spasitas general, tanpa gangguan pernafasan, tanpa spasme, sedikit atau tanpa disfagia.
- Derajat II (sedang): trismus sedang, rigiditas yang nampak jelas, spasme singkat ringan sampai sedang, gangguan pernapasan sedang RR ≥ 30x/ menit, disfagia ringan.
- Derajat III (berat): trismus berat, spastisitas generaisata, spasme reflek berkepanjangan, RR ≥ 40x/ menit, serangan apnea, disfagia berat, takikardia ≥ 120.
- Derajat IV (sangat berat): derajat tiga dengan otomik berat melibatkan sistem kardiovaskuler. Hipotensi berat dan takikardia terjadi perselingan dengan hipotensi dan bradikardia, salah satunya dapat menetap.
C. ETIOLOGI TETANUS
Spora bacterium clostridium tetani (C. Tetani). Kuman ini mengeluarkan toxin yang bersifat neurotoksik (tetanospasmin) yang
menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Termasuk bakteri gram positif. Bentuk: batang. Terdapat: di tanah, kotoran manusia dan
binatang (khususnya kuda) sebagai spora, debu, instrument lain. Spora bersifat dorman dapat bertahan
bertahun-tahun (> 40 tahun).
D. PROGNOSA TETANUS
Bila
periode”periode of onset” pendek penyakit dengan cepat akan berkembang menjadi
berat.
E. TANDA DAN GEJALA TETANUS
Periode inkubasi (rentang waktu antara
trauma dengan gejala pertama) rata-rata 7-10 hari dengan rentang 1-60 hari.
Onset (rentang waktu antara gejala pertama dengan spasme pertama) bervariasi
antara 1-7 hari. Minggu pertama: regiditas, spasme otot. Gangguan ototnomik
biasanya dimulai beberapa hari setelah spasme dan bertahan sampai 1-2 minggu
tetapi kekakuan tetap bertahan lebih lama. Pemulihan bisa memerlukan waktu 4
minggu. (Sudoyo, Aru 2009)
Pemeriksaan fisis
(Sumarmo, 2002) :
- Trismus adalah kekakuan otot mengunyah sehingga sukar membuka mulut.
- Risus sardonicus, terjadi sebagai kekakuan otot mimic, sehingga tampak dahi mengkerut, mata agak tertutup, dan sudut mulut tertarik keluar kebawah.
- Opistotonus adalah kekakuan otot yang menunjang tubuh seperti: otot punggung, otot leher, otot badan, dan trunk muscle. Kekakuan yang sangat berat dapat menyebabkan tubuh melengkung seperti busur.
- Otot dinding perut kaku sehingga dinding perut seperti papan
- Bila kekakuan semakin berat, akan timbul kejang umum yang awalnya hanya terjadi setelah dirangsang misalnya dicubit, digerakkan secara kasar, atau terkena sinar yang kuat.
- Pada tetanus yang berat akan terjadi gangguan pernapasan akibat kejang yang terus-menerus atau oleh kekakuan otot laring yang dapat menimbulkan anoksia dan kematian.
Secara umum tanda
dan gejala yang akan muncul:
- Spasme dan kaku otot rahang (massester) menyebabkan kesukaran membuka mulut (trismus)
- Pembengkakan, rasa sakit dan kaku dari berbagai otot:
a. Otot leher
b. Otot dada
c. Merambat ke otot perut
d. Otot lengan dan paha
e. Otot punggung, seringnya
epistotonus
- Tetanik seizures (nyeri, kontraksi otot yang kuat)
- Iritabilitas
- Demam
Gejala penyerta lainnya:
- Keringat berlebihan
- Sakit menelan
- Spasme tangan dan kaki
- Produksi air liur
- BAB dan BAK tidak terkontrol
- Terganggunya pernapasan karena otot laring terserang
F. PATHWAY
G. PATOFISIOLOGI TETANUS
Penyakit tetanus terjadi karena adanya luka pada tubuh
seperti luka tertusuk paku, pecahan kaca, atau kaleng, luka tembak, luka bakar,
luka yang kototr dan pada bayi dapat melalui tali pusat. Organisme multipel
membentuk 2 toksin yaitu tetanuspasmin yang merupakan toksin kuat dan atau
neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot, dan mempengaruhi
sistem saraf pusat. Eksotoksin yang dihasilkan akan mencapai pada sistem saraf
pusat dengan melewati akson neuron atau sistem vaskuler.
Kuman ini menjadi terikat pada satu saraf atau
jaringan saraf dan tidak dapat lagi dinetralkan oleh antitoksin spesifik. Namun
toksin yang bebas dalam peredaran darah sangat mudah dinetralkan oleh
aritititoksin. Hipotesa cara absorbsi dan bekerjanya toksin adalah pertama
toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui aksis silindrik dibawah
ke korno anterior susunan saraf pusat. Kedua, toksin diabsorbsi oleh susunan
limfatik, masuk ke dalam sirkulasi darah arteri kemudian masuk ke dalam susunan
saraf pusat. Toksin bereaksi pada myoneural junction yang menghasilkan otot-otot
menjadi kejang dan mudah sekali terangsang. Masa inkubasi 2 hari sampai 2 bulan
dan rata-rata 10 hari.
H. KOMPLIKASI
- Spasme otot faring yang menyebabkan terkumpulnya air liur (saliva) di rongga mulut. Hal ini memungkinkan terjadinya aspirasi sehingga dapat terjadi pneumonia aspirasi.
- Asfiksia.
- Atelektasis karena obstruksi secret.
I.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada
klien dengan tetanus meliputi:
- Darah
a. Glukosa darah: hipoglikemia
merupakan predisposisi kejang.
b. BUN: peningkatan BUN
mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian
obat.
c. Elektrolit (K, Na): ketidakseimbangan
elektroit merupakan predisposisi kejang kalium (normal 3,80-5,00 meq/dl).
- Skull Ray: untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi.
- EEG: teknik untuk menekan aktifitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh untuk mengetahui focus aktifitas kejang, hasil biasanya normal.
J. PENTATALAKSANAAN TETANUS
Pada
dasarnya , penatalaksanaan tetanus bertujuan :
1. Eliminasi kuman
a. Debridement
untuk
menghilangkan suasana anaerob, dengan cara membuang jaringan yang rusak,
membuang benda asing, merawat luka/infeksi, membersihkan liang telinga/otitis
media, caires gigi.
b. Antibiotika
penisilna
prokain 50.000-100.000 ju/kg/hari IM, 1-2 hari, minimal 10 hari. Antibiotika
lain ditambahkan sesuai dengan penyulit yang timbul.
c. Netralisasi toksin
Toksin
yang dapat dinetralisir adalah toksin yang belum melekat di jaringan. Dapat
diberikan ATS 5000-100.000 KI
2. Perawatan suporatif
Perawatan
penderita tetanus harus intensif dan rasional :
a. Nutrisi dan cairan
1). Pemberian cairan IV sesuaikan jumlah dan jenisnya dengan keadaan penderita,
seperti sering kejang, hiperpireksia dan sebagainya.
2). Beri nutrisi tinggi kalori, bil a perlu dengan nutrisi parenteral
3). Bila sounde naso gastrik telah dapat dipasang (tanpa memperberat kejang)
pemberian makanan peroral hendaknya segera dilaksanakan.
b.
Menjaga
agar nafas tetap efisien
1). Pemebrsihan jalan nafas dari lendir
2). Pemberian xat asam tambahan
3). Bila perlu , lakukan trakeostomi (tetanus
berat)
c. Mengurangi kekakuan dan mengatasi kejang
1). Antikonvulsan diberikan secara tetrasi, disesuaikan dengan kebutuhan dan
respon klinis.
2). Pada penderita yang cepat memburuk (serangan makin sering dan makin lama),
pemberian antikonvulsan dirubah seperti pada awal terapi yaitu mulai lagi
dengan pemberian bolus, dilanjutkan dengan dosis rumatan.
3). Pengobatan rumat
a). Fenobarbital dosis maintenance : 8-10 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari
pertama, kedua diteruskan 4-5 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari berikutnya.
b). Bila dosis maksimal telah tercapai namun kejang belum teratasi , harus
dilakukan pelumpuhan obat secara totoal dan dibantu denga pernafasan maknaik
(ventilator)
d. Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah :
1). Semua
pakaian ketat dibuka
2). Posisi
kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
3). Usahakan agar jalan napas bebasu ntuk menjamin kebutuhan oksigen
4). Pengisapan
lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen
K. PENCEGAHAN
- Anak mendapatkan imunisasi DPT diusia 3-11 Bulan
- Ibu hamil mendapatkan suntikan TT minimal 2 X
- Pencegahan terjadinya luka & merawat luka secara adekuat
- Pemberian anti tetanus serum
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
IDENTITAS KLIEN
B.
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
C.
RIWAYAT KEPERAWATAN MASA LALU
Penyakit yang pernah diderita: BPH?
D. RIWAYAT KEPERAWATAN SEKARANG
Keluhan utama: nyeri?
E. PENGKAJIAN PERPOLA KESEHATAN
1. Persepsi kesehatan dan pemeliharaan
kesehatan
Apakah klien tahu tentang
penyakitnya?
Apa yang dilakukan jika rasa
sakitnya timbul?
Apakah pasien tahu penyebab
dari rasa sakitnya?
Tanda dan gejala apa yang
sering muncul jika terjadi rasa sakit?
2. Nutrisi metabolik
Apakah klien merasa
mual/muntah?
Apakah klien mengalami
anoreksia?
Makan/minum: frekuensi,
porsi, jenis, voleme?
3. Eliminasi
Apakah BAB/BAK teratur,
frekuensi, warna, konsistensi, keluhan nyeri?
4. Aktivitas dan latihan
Apakah memerlukan bantuan saat beraktivitas
(mandiri, sebagian, total)?
Apakah pada saat beraktivitas sesak, palpitasi,
kelemahan, cepat lelah?
5. Tidur dan istirahat
Apakah tidur klien terganggu?
Berapa lama, kualitas tidur (siang siang dan/malam
?
Kebiasaan sebelum tidur?
6. Kognitif dan persepsi sensori
Apakah mengalami nyeri
(PQRST)?
Keluhan gangguan pancaindera?
7. Persepsi dan konsep diri
Bagaimana pandangan pasien dengan dirinya terkait
dengan penyakitnya?
8. Peran dan hubungan dengan sesama
Bagaimana hubungan dengan orang lain (teman,
keluarga, perawat, dan dokter)?
Apakah merasa pekerjaan terganggu, siapa yang
menggantikan?
9. Reproduksi dan seksualitas
Apakah ada gangguan hubungan seksual klien
(mestruasi teratur? Impotensi?)?
10. Mekanisme koping dan toleransi terhadap
stres
Bagaimana menghadapi masalah?
Apakah klien stres dengan penyakitnya?
Bagaimana klien mengatasinya?
Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari
solusi?
11. Nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit
Bagaimana kebiasaan dalam menjalankan
ajaran Agama?
Saat sakit
Apakah ada tindakan medis yang bertentangan
kepercayaan?
Apakah penyakit yang dialami mengganggu dalam
menjalankan ajaran Agama yang dianut?
F. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum :
2. Kesadaran :
3. Tanda-tanda vital :
4. Status gizi :
5. Pemeriksaan Head to toe
a.
Kulit,
rambut, dan kuku
1) Inspeksi warna kulit, jaringan parut, lesi
dan vaskularisasi
2) Inspeksi dan palpasi kuku tentang warna, bentuk, dan
catat adanya abnormalitas
3) Palasi kulit untuk mengetahui suhu,
turgor, tekstur (halus/kasar)edema, dan massa
b.
Kepala:
1)
Inspeksi
kesimetrisan muka, tengkorak, kulit kepala (lesi, massa)
2)
Palpasi
dengan cara merotasi dengan lembut ujung jari ke bawah dari tengah garis kepala
ke samping. Untuk mengetahui adanya bentuk kepala, pembengkakan, massa, dan
nyeri tekan, kekuatan akar rambut.
c.
Mata
1)
Inspeksi
kelopak mata, perhatikan bentuk dan kesimetrisannya
2)
Inspeksi
daerah orbital adanya edema, kemerahan, atau jaringan lunak dibawah bidang
orbital.
3)
Inspeksi
konjungtiva dan sklera dengan menarik/ membuka kelopak mata. Perhatikan warna,
edema, dan lesi.
4)
Inspeksi kornea (kejernihan dan tekstur kornea) dengan berdiri disamping klien dengan menggunakan sinar cahaya tidak langsung.
5)
Inspeksi
pupil terhadap sinar cahaya langsung dan tidak langsung. Amati kesimetrisan,
ukuran, bentuk, dan reflek terhadap cahaya (nervus okulomotorius)
6)
Inspeksi
iris terhadap bentuk dan warna
7)
Inspeksi
dan palpasi kelenjar lakrimal adanya pembengkakakn dan kemerahan.
8)
Uji
ketajaman penglihatan (visus), dengan menggunakan snellen card/jari tangan
pemeriksa. Pemeriksa berdiri 6 M dari pasien (nervus optikus).
9)
Uji
lapang pandang dengan pasien berdiri atau duduk 60 cm dari pemeriksa.
10) Uji gerakan mata pada delapan arah
pandangan dengan menggerakkan jari pemeriksa secara perlahan (nervus
okulomotorius, nervus trokhlearis, nervus abduscen)
d. Hidung
1)
Inspeksi
hidung eksterna dengan melihat bentuk, kesimetrisan, adanya deformitas atau
lesi, dan cairan yang keluar.
2)
Palpasi
lembut batang dan jaringan lunak hudung adanya nyeri, massa dan nyeri, massa
dan penyipangan bentuk, serta palpasi sinus-sinus hidung.
3)
Periksa
patensi neres dengan meletakkan jari di depan lubang hidung dan minta pasien
bernapas melalui hidung. Bandingkan antara neres kanan dan kiri, kaji kemampuan
pasien membau (nervus olfaktorius).
4)
Masukkan
spekulum hidung dengan minta pasien mengangkat kepala kebelakang. Dengan
bantuan penlight amati warna, lesi, cairan, massa, dan pembengkakan.
e.
Telinga
1)
Inspeksi kesimetrisan dan letak telinga
2)
Inspeksi
telinga luar, ukuran, bentuk, warna, dan adanya lesi.
3)
Palpasi
kartilago telinga untuk mengetahui jaringan lunak. Tekan tragus kedalam dan tulang telinga ke bawah
daun telinga (bila peradangan akan nyeri).
4)
Palpasi
tulang telinga (prosesus mastoideus)
5)
Tarik
daun teinga secara perlahan ke atas dan ke belakang. Pada anak-anak daun
telinga ditarik ke bawah, kemudian amati liang telinga adanya kotoran, serumen,
cairan, dan peradangan.
6)
Uji
fungsi pendengaran dengan menggunakan arloji, suara/ bisikan dan garpu tala
(tes Webber, Rinne, Swabacch). (nervus auditorius).
f.
Mulut dan faring
1)
Inspeksi
warna dan mukosa bibir, lesi, dan kelainan koninetal
2)
Minta
pasien membuka mulut, jika pasien tidak sadar bantu dengan sudup lidah. Inpeksi
keberihan jumlah, dan adanya caries.
3)
Minta
pasien buka mulut, inpeksi lidah akan kesimetrisan, warna, mukosa, lesi,
gerakan lidah (nervus hipoglosus)
4)
Inspeksi
faring terhadap warna, lesi, peradangan tonsil
5)
Melakukan
pemeriksaan pembedaan rasa pada ujung lidah (nervus fasialis)
6)
Meminta
pasien menelan dan membedakan rasa pada pangkal lidah (nervus glosofaringeal).
7)
Menguji
sensasi faring (berkata ”ah”). (nervus vagus).
g.
Leher
1)
Inspeksi
bentuk leher, kesimetrisan, warna kulit, adanya pembengkakakn, jaringan parut
atau massa (muskulus sternokleidomastoideus)
2)
Inspeksi gerakan leher ke kanan dan ke kiri
(nervus aksesorius)
3)
Inspeksi
kelenjar tiroid dengan minta pasien menelan dan amati gerakan kelenjar tiroid
pada takik suprasternal (normalnya tidak dapat dilihat)
4)
Palpasi
kelenjar limfe/kelenjar getah bening
5)
Palpasi kelenjar tiroid
h.
Thorak dan tulang belakang
1)
Inspeksi kelainan bentuk thorak
(barrel chest, pigeon chest, funnel chest).
2)
Inspeksi kelainan bentuk tulang
belakang (skoliasis, kifosis, lordosis).
3)
Palpasi adanya krepitus pada kosta
4)
Khusus pasien wanita dilakukan
pemeriksaan inspeksi payudara: bentuk, ukuran.
i.
Paru posterior, lateral, anterior
1)
Inspeksi
kesimetrisan paru
2)
Palpasi
(taktil fremitus) dengan meminta pasien menebutkan angka atau huruf yang
bergetar (contoh 777). Bandingkan paru kanan dan kiri.
3)
Palpasi
pengembangan paru dengan meletakkankedua ibu jari tangan ke prosesus xifoideus
dan minta pasien bernapas panjang. Ukur pergeseran kedua ibu jari.
4)
Perkusi
dari puncak paru ke bawah (supraskapularis/3-4 jari dari pundak sampai dengan
torakal 10). Catat suara perkusi:
sonor/hipersonor/redup.
5)
Auskultasi bunyi paru saat
inspirasi dan akspirasi (vesikuler, bronhovesikuler, bronchial, tracheal; suara
abnormal: whezzing, ronchi, krekles.
j.
Jantung dan pembuluh darah
1)
Inspeksi titik impuls maksimal, denyutan
apical.
2)
Palpasi area aorta pada
interkosta ke-2 kanan, pulmonal pada interkosta ke-2 kiri, dan pindah jari-jari
ke interkosta 3, dan 4 kiri daerah trikuspidalis, dan mitral pada interkosta 5
kiri. Kemudian pindah jari dari mitral 5-7 cm ke garis midklavikula kiri
(denyut apkal).
3)
Perkusi untuk mengetahui batas
jantung (atas-bawah, kanan-kiri).
4)
Auskultasi bunyi jantung I dan
II pada 4 titik (tiap katup jantung), dan adanya bunyi jantung tambahan.
5)
Periksa
vaskularisasi perifer dengan meraba kekuatan denyut nadi.
k.
Abdomen
1)
Inspeksi
dari depan dan samping pasien (adanya pembesaran, datar, cekung, kebersihan
umbilikus)
2)
Auskultasi
4 kuadran (peristaltik usus diukur dalam 1 menit, bising usus)
3)
Palpasi: epigastrium, lien, hepar, ginjal, dan
suprapubik.
4)
Perkusi:
4 kuadran (timpani, hipertimpani, pekak)
5)
Melakukan pemeriksaan turgor kulit abdomen
6)
Mengukur lingkar perut
l.
Genitourinari
1)
Inspeksi
anus (kebersihan, lesi,massa,perdarahan) dan lakukan tindakan rectal touche
(khusus laki-laki untuk mengetahui pembesaran prostat).
2)
Inspeksi
alat kelamin/genitalia wanita: kebersihan, lesi,massa, keputihan, perdarahan,
ciran, bau.
3)
Inspeksi
alat kelamin/genitalia pria: kebersihan, lesi, massa, cairan, bau, pertumbuhan
rambut , bentuk dan ukuran penis, keabnormalan prepusium dan gland penis.
4)
Palpasi
skrotum dan testis sudah turun atau belum
m. Ekstremitas
1)
Inspeksi
ekstremitas atas dan bawah: kesimetrisan, lesi, massa
2)
Palpasi:
tonus otot, kekuatan otot
3)
Kaji
sirkulasi: akral hangat/dingin, warna, capillary reffil time, danedema
4)
Kaji kemampuan pergerakan sendi
5)
Kaji reflek fisiologis: bisep, trisep, patela, arcilles
6)
Kaji reflek patologis: reflek plantar
(babinsky)
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan tetanus antara lain:
- Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan proses penyakit
- Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas
- Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (biologi)
- Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan reflek menelan, intake kurang.
- Defisit perawatan diri, makan, toileting, berpakaian berhubungan dengan kelemahan umum.
- Defisit pengetahuan (tentang penyakit, penyebab) berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
- Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
M. INTERVENSI KEPERAWATAN
- Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan: Setelah dilakukan tidakan keperawatan
selama proses keperawatan diharapkan status termoregulasi efektif
NOC: Immune status
Kriteria hasil
ü Keseimbsngan
antara produksi panas, panas yang diterima dan kehilangan panas
ü Temperature stabil
ü Tidak ada kejang
ü Tidak ada perubhan
warna kulit
Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan. 4
: Sering menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan 5
: Selalu menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
NIC: Temperature regulation
Intervensi:
ü Monitor S, N, RR,
TD
ü Monitor suhu tiap
2 jam
ü Monitor
tanda-tanda hipotermia dan hipertermia
ü Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
ü Selimuti pasien
untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
ü Berikan
antipiuretik jika perlu
- Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas
Tujuan: Setelah dilakukan tidakan keperawatan
selama proses diharapkan bersihan jalan nafas efektif
NOC: Respiratori status: Airways patency
Kriteria Hasil :
ü Suara napas bersih
ü Tidak ada sianosis
ü Tidak ada sputum
ü Tidak ada dyspneu
ü Menunjukan jalan nafas yang
paten.
Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan. 4
: Sering menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan 5
: Selalu menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
NIC: Airways management
Intervensi:
ü Posisikan pasien
untuk memaksimalkan ventilasi
ü Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
ü Keluarkan sekret
dengan batuk efektif atau suction
ü Auskultasi suara
nafas, catat adanya suara tambahan
ü Berikan
bronkodilator bila perlu
ü Monitor respirasi dan
status O2
ü Ajarkan batuk
efektif
ü Anjurkan untuk
minum air putih hangat
ü Anjurkan untuk menghindari
makanan yang merangsang batuk
ü Anjurkan untuk
menghindari makanan merangsang pembentukkan dahak
ü Kolaborasi dokter
dengan pemberian nebulizer
ü Bantu dan ajarkan kepada pasien dalam
menggunakan teknik napas dalam
- Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (biologi).
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
proses keperawatan diharapkan nyeri berkurang
NOC: Control nyeri, pain level, comfort pain
Kriteria Hasil:
ü Klien mengatakan
nyeri yang dirasakan berkurang.
ü Klien dapat
mendeskripsikan bagaimana mengontrol
nyeri
ü Klien mengatakan
kebutuhan istirahat dapat terpenuhi
ü Klien dapat menerapkan metode
non farmakologik untuk mengontrol nyeri
Keterangan skala:
1.Kuat
2.Berat
3.Sedang
4.Ringan
5.Tidak ada
NIC: Pain management
Intervensi:
ü Identifikasi nyeri
yang dirasakan klien (P, Q, R, S, T)
ü Pantau tanda-tanda
vital.
ü Berikan tindakan
kenyamanan.
ü Ajarkan teknik non
farmakologik (relaksasi, fantasi, dll) untuk menurunkan nyeri.
ü Kaji pengalaman
klien masa lalu dalam mengatasi nyeri.
ü Berikan analgetik sesuai indikasi
- Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama proses keperawatan diharapkan resiko invfeksi tidak muncul.
NOC: Control resiko
Kriteria Hasil:
ü Klien bebas dari
tanda-tanda infeksi
ü Klien mampu
menjelaskan tanda&gejala infeksi
ü Mendemonstrasikan perilaku seperti cuci
tangan, oral care dan perineal care.
Keterangan skala:
1 : Tidak pernah menunjukkan. 4
: Sering menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan 5
: Selalu menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
NIC:Infection control
Intervensi
ü Observasi&melaporkan
tanda&gejala infeksi, spt kemerahan, hangat, dan peningkatan suhu badan
ü Kaji suhu klien, netropeni
setiap 4 jam, laporkan jika temperature lebih dari 38° C
ü Menggunakan
thermometer untuk mengkaji suhu
ü Kaji warna kulit,
kelembaban kulit, tekstur dan turgor lakukan dokumentasi yang tepat pada setiap
perubahan
ü Dukung untuk konsumsi diet
seimbang, penekanan pada protein untuk pembentukan system imun
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan reflek menelan, intake kurang.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama proses keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
NOC : Nutritional Status
Kriteria Hasil :
ü Adanya peningkatan berat
badan sesuai dengan tujuan
ü Berat badan ideal sesuai
dengan tinggi badan
ü Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
ü Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan. 4
: Sering menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan 5
: Selalu menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
NIC : Nutrition Management
Intervensi :
ü Kaji adanya alergi makanan
ü Anjurkan pasien untuk
meningkat intake Fe
ü Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake protein
ü Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
ü Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
ü Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
- Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan umum.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama proses keperawatan diharapkan personal hygiene pasien dapat terpenuhi.
NOC : Self care ; activity of daily living
Kriteria Hasil :
ü Makan secara mandiri
ü Berpakaian terpenuhi
ü Mandi terpenuhi
ü Kebersihan terjaga
Keterangan Skala :
1 : Ketergantungan
2 : Membutuhkan bantuan orang lain dan alat
3 : Membutuhkan bantuan orang lain
4 : Mandiri dengan bantuan alat.
5 :
Mandiri sepenuhnya
NIC : Self care assistance
Intervensi :
ü Monitor kebutuhan pasien
untuk personal hygiene termasuk makan. Mandi, berpakaian, toileting.
ü Mandirikan aktivitas rutin
untuk perawatan diri.
ü Bantu pasien sampai pasien
mampu berdiri.
ü Ajarkan kepada anggota
keluarga untuk peningkatan kemandirian
- Defisit pengetahuan (tentang penyakit, penyebab) berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama proses keperawatan diharapkan tingkat pengetahuan meningkat
NOC: Kowlwdge : disease process
Kriteria hasil:
ü Pasien dan keluarga
menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program
pengobatan
ü Pasien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
ü Pasien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan. 4
: Sering menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan 5
: Selalu menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
NIC: Teaching
: disease Process
Intervensi:
ü Berikan penilaian tentang
tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
ü Jelaskan patofisiologi
dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi,
dengan cara yang tepat.
ü Gambarkan tanda dan gejala
yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
ü Gambarkan proses penyakit,
dengan cara yang tepat
ü Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengna cara yang tepat
ü Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
ü Hindari harapan yang
kosong
ü Sediakan bagi keluarga
atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
ü Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan
datang dan atau proses pengontrolan penyakit
ü Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
ü Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
ü Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
ü Rujuk pasien pada grup
atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat
ü Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan,
dengan cara yang tepat
- Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
proses keperawatan intoleransi aktifitas tidak muncul.
NOC: Activity tolarence
Kriteria hasil:
ü Menyadari keterbatasan
energi
ü Menyeimbangkan aktifitas
dan istirahat
ü Tingkat daya tahan adekuat
untuk beraktifitas
Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan. 4
: Sering menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan 5
: Selalu menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
NIC : Activity therapy
Intervensi:
ü Pantau asupan nutrisi
untuk memastikan keadekuatan sumber energi.
ü Ajarkan tentang pengaturan
aktifitas dan tehnik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan.
ü Bantu dengan aktifitas
fisik teratur
ü Rencanakan aktifitas pada
periode pasien mempunyai energi paling banyak
ü Bantu
pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas
DAFTAR PUSTAKA
Komite medik RSUP Dr. Sardjito, 2000. Standar
Pelayanan Medis, Edisi 2, Cetakan I, Yokyakarta : Medika FK UGM
Mc Closkey, Joanne C and Bulechek, Gloria M, 1996,
Nursing Intervention Classification (NIC), Second edition, Mosby Year Book Inc,
St. Louis
Nanda. 2001. Nursing Diagnosis: Definitions &
Classification 2001-2002, Ed-, United States of America
Arif,
Hardi. 2013.Aplikasi asuhan keperawatan
berdasarkan diagnosa medis& nanda nic noc jilid 1. Yokyakarta : Media
Action publishing
Sudoyo
Aru, dkk. 2009. Buku ajar ilmu penyakit
dalam, jilid 1, 2, 3, edisi keempat, Jakarta : Internal Publising
Sumarmo,
herry. 2002. Buku ajar nfeksi dan
pediatric tropis edisi kedua, Jakarta : IDAI
Smeltzer, Suzanne C. 2001.
Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah
Brunner & Suddart, Jakarta: EGC
Price & Wilson (1995),
Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, Ed.4, Jakarta : EGC
Doenges, ME. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.
Edisi.3.Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar