A. PENGERTIAN
Kanker serviks merupakan suatu keadaan dimana sel
kehilangan kemampuanya dalam mengendalikan kecepatan pembelahan dan
pertumbuhannya (Prawiroharjo, 1994)
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas
pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang
tidak terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya (FKUI, 1990)
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau serviks
yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.
( Diananda,Rama, 2009 )
Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit yang
dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel
pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35 - 55
tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada
saluran servikal yang menuju kedalam rahim.(Sarjadi, 2001)
B. ETIOLOGI
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui
namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
1.
Umur
pertama kali melakukan hubungan seksual. Penelitian menunjukkan bahwa semakin
muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks.
Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda
2.
Jumlah
kehamilan dan partus. Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering
partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat
karsinoma serviks.
3.
Jumlah
perkawinan. Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
4.
Infeksi
virus. Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus
kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks
5.
Sosial
Ekonomi. Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas
dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
6.
Hygiene
dan sirkumsisi. Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada
wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum
hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
7.
Merokok
dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.
C. KLASIFIKASI
1.
Mikroskopis:
a.
Displasia:
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia
berat terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak dapat dibedakan dengan
karsinoma insitu.
b.
Stadium
karsinoma insitu: Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada
seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang
tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan
endoserviks.
c.
Stadium
karsinoma mikroinvasif: Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan
derajat pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan
invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor
ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker.
d.
Stadium
karsinoma invasif: Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel
menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea
bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks
posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
e.
Bentuk
kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks: Pertumbuhan eksofilik, berbentuk
bunga kool, tumbuh kearah vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa
infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan
perdarahan. Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh
progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan
parametrium. Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang
lambatlaun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.
2.
Makroskopis:
a. Stadium preklinis: Tidak dapat dibedakan
dengan servisitis kronik biasa
b. Stadium permulaan: Sering tampak sebagian lesi
sekitar osteum externum
c. Stadium setengah lanjut: Telah mengenai
sebagian besar atau seluruh bibir porsio.
d. Stadium lanjut: Terjadi pengrusakan dari
jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh
dan mudah berdarah.
Klasifikasi Kanker Serviks
menurut FIGO 1978
Tingkat
|
Kriteria
|
0
|
Karsinoma In Situ ( KIS), membran
basalis utuh
|
I
|
Proses terbatas pada servks walaupun
ada perluasan ke korpus uteri
|
I a
|
Karsinoma mikro invasif, bila membran
basalis sudah rusak dan sel tumor sudah stroma tidak > 3 mm, dan sel tumor
tidak tedapat didalam pembuluh limfe atau pembuluh darah.
|
I b
|
Secara klinis tumor belum tampak
sebagai karsinoma, tetapi pada pemeriksaan histologi ternyata sel tumor telah
mengadakan invasi stroma melebihi Ia
|
II
|
Proses keganasan telah keluar dari
serviks dan menjalar 2/3 bagian atas vagina dan parametrium, tetapi tidak
sampai dinding panggul
|
II a
|
Penyebaran hanya ke vagina,
parametrium masih bebas dari infitrat tumor
|
II b
|
Penyebaran ke parametrum, uni atau
bilateral, tetapi belum sampai dinding panggul
|
III a
|
Penyebaran sampai ½ bagian distal
vagina, sedang parametrium tidak dipersoalkan asal tidak sampai dinding
panggul.
|
III b
|
Penyebaran sudah sampai dinding
panggul, tidak ditemukan daerah infiltrat antara tumor dengan dinding
panggul.
|
IV
|
Proses keganasan telah keluar dari
panggul kecil dan melibatkan mokusa rektum dan atau vesika urinaria atau
telah bermetastasi keluar panggul ketempat yang jauh
|
IV a
|
Proses sudah sampai mukosa rektum dan
atau vesika urinaria atau sudah keluar dari pangul kecil, metastasi jauh
belum terjadi
|
IV b
|
Telah terjadi metastasi jauh.
|
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis
2. jaringan.
3. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama ( 75% - 80% ).
4. Perdarahan yang terjadi diluar senggama.
5. Perdarahan spontan saat defekasi.
6. Perdarahan diantara haid.
7. Rasa berat dibawah dan rasa kering divagina.
8. Anemia akibat pendarahan berulang.
9.
Rasa nyeri akibat infiltrasi
sel tumor ke serabut syaraf. (Dr RamaDiananda, 2009 )
E. PATHWAY
F. PATOFISIOLOGI
Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga
menimbulkan gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel yang mengalami
mutasi dapat berkembang menjadi sel displasia. Apabila selkarsinoma telah
mendesak pada jaringan syaraf akan timbul masalahkeperawatan nyeri. Pada
stadium tertentu sel karsinoma dapat mengganggu kerja sistem urinaria
menyebabkan hidroureter atau hidronefrosis yang menimbulkan masalah keperawatan
resiko penyebaran infeksi. Keputihan yang berkelebihan dan berbau busuk
biasanya menjadi keluhan juga, karena mengganggu pola seksual pasien dan dapat
diambil masalah keperawatan gangguan pola seksual. Gejala dari kanker serviks
stadium lanjut diantaranya anemia hipovolemik yang menyebabkan kelemahan dan
kelelahan sehingga timbul masalah keperawatan gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa
efek samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan
terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan (
biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ). Efek samping tersebut
menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan kering
sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas
kulit. Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan
atau kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang dan resiko injury pun akan
muncul. Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker leher rahim
ini merasa cemas akan penyakit yang dideritanya.
Kecemasan tersebut bias dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan
tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa kanker
tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian (Price, syivia
Anderson, 2005).
G. KOMPLIKASI
1.
Berkaitan
dengan intervensi pembedahan
a.
Vistula
Uretra
b.
Disfungsi
bladder
c.
Emboli
pulmonal
d.
Infeksi
pelvis
e.
Obstruksi
usus
2.
Berkaitan
dengan kemoterapi
a.
Sistitis
radiasi
b.
Enteritis
3.
Berkaitan
dengan kemoterapi
a.
Supresi
sumsum tulang
b.
Mual
muntah akibat pengunaan obat kemoterapi yang mengandung sisplatin
c.
Kerusakan
membrane mukosa GI
d.
Mielosupresi
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Sitologi/Pap
Smear: Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat. Kelemahan,
tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi. Tes Pap : Tes ini merupakan
penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan prakanker serviks. Ketepatan
diagnostik sitologinya 90% pada displasia keras (karsinoma in situ) dan 76%
pada dysplasia ringan / sedang. Didapatkan hasil negatif palsu 5-50% sebagian
besar disebabkan pengambilan sediaan yang tidak adekuat. Sedangkan hasil
positif palsu sebesar 3-15%.
2.
Schillentest: Epitel karsinoma serviks tidak
mengandung glycogen karena tidak mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium
maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena
karsinoma tidak berwarna.
3.
Koloskopi:
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan
dibesarkan 10-40 kali. Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang
bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy. Kelemahan ; hanya dapat
memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelianan pada skuamosa
columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.
4.
Kolpomikroskopi:
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
5.
Biopsi:
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
6.
Konisasi:
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel
gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan
pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
I. PENATALAKSANAAN
1.
Terapi
local: Terapi local dilakukan pada penyakit prainvasif, yang meliputi biopsy,
cauterasi, terapi laser, konisasi, dan bedah buku.
2.
Histerektomi:
Histerektomi mungkin juga dilakukan tergantung pada usia wanita, status anak,
dan atau keinginan untuk sterilisasi. Histerektomi radikal adalah pengangkatan uterus, pelvis dan nodus limfa
para aurtik.
3.
Pembedahan
dan terapi radiasi
a.
Pembedahan
dilakukan untuk pengangkatan sel kanker.
b.
Dilakukan
pada kanker serviks invasive
c.
Pada
terapi batang eksternalbertujuan mengatahui luas dan lokasi tumor serta
mengecilkan tumor
4.
Radioterapi
batang eksternal
a.
Dilakukan
jika nodus limfe positif terkena dan bila batas-batas pembedahan itu tegas.
b.
Untuk
terapi radiasi ini biasanya para wanita dipasang kateter urine sehingga tetap
berada di tempat tidur, makan makanan dengan diet ketat dan memakan obat untuk
mencegah defekasi, karena pada terapi ini biasanya terpasang tampon (aplikator).
5.
Eksenterasi
pelvic
a.
Dilakukan
jika terjadi kanker setempat yang berulang
b.
Dapat
dilakukan pada bagian anterior, posterior, atau total tergantung organ yang
diangkat ditambah dengan uterus dan nodus limfa disekitarnya.
6.
Kolostomi
dan illeustomi: Illeustomi dilakukan untuk sebagai saluran pembuangan illeus.
7.
Terapi
biologi: Yaitu dengan memperkuat
system kekebalan tubuh (system imun).
8.
Kemoterapi:
Dengan menggunakan obat-obatan sitostastik.
Tingkat
|
Penatalaksaan
|
0
I a
I b dan II
a
II b , III
dan IV
IV a dan IV b
|
Biopsi
kerucut
Histerektomi
trasnsvaginal
Biopsi
kerucut
Histerektomi
trasnsvaginal
Histerektomi
radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi kelenjar limfe paraorta
(bila terdapat metastasis dilakukan radiologi pasca pembedahan)
Histerektomi
transvaginal
Radioterapi
Radiasi
paliatif
Kemoterapi
|
J. PENCEGAHAN
1.
Mencegah
terjadi infeksi HPV
2.
Melakukan
pemeriksaan Pap Smear secara teratur
3.
Tidak
boleh melakukan hubungan seksual pada anak perempuan di bawah 18 tahun
4.
Jangan
melakukan hubungan seksual dengan penderita kelamin atau gunakan kondom untuk
mencegah penularan penyakit
5.
Jangan
berganti-ganti pasangan seksual
6.
Berhenti
merokok
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KANKER SERVIKS
PENGKAJIAN
FOKUS
A.
IDENTITAS KLIEN
Nama:
Tempet/tanggal
lahir:
Usia:
Agama:
Suku:
Status
perkawinan:
Pendidikan:
Bahasa yang digunakan:
Alamat:
Dx medik:
B. IDENTITAS
PENANGGUNG JAWAB
Nama:
Alamat:
Hubungan dengan klien:
C. RIWAYAT
KEPERAWATAN MASA LALU
Penyakit yang pernah diderita:
Kebiasaan buruk:
Penyakit keturunan :
Alergi :
Imunisasi:
Operasi:
D. RIWAYAT KEPERAWATAN SEKARANG
Alasan masuk:
Tindakan/terapi yang sudah diterima:
Keluhan utama:
E. PENGKAJIAN POLA GORDON
1.
Persepsi
kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Sebelum sakit:
Bagaimana klien menjaga kesehatan?
Bagaimana cara menjaga kesehatan?
Saat sakit:
Apakah klien tahu tentang penyakitnya?
Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?
Apa yang dilakukan jika rasa sakitnya timbul?
Apakah pasien tahu penyebab dari rasa sakitnya?
Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?
2.
Nutrisi
metabolik
Sebelum sakit:
Makan/minu; frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi?
Apakah ada mengkonsumsi obat-obatn seperti vitamin?
Saat sakit:
Apakah klien merasa mual/muntah/sulit menelan?
Apakah klien mengalami anoreksia?
Makan/minu: frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi?
3.
Eliminasi
Sebelum sakit:
Apakah BAB/BAK teratur; frekuensi, warna, konsistensi, keluhan nyeri?
Apakah mengejan saat BAB/BAK sehingga berpengaruh pada pernapasan?
Saat sakit:
Apakah BAB/BAK teratur: frekuensi, waktu, warna, konsistensi, keluhan
nyeri?
4.
Aktivitas
dan latihan
Sebelum sakit:
Apakah bisa melakukan aktivitas sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari?
Apakah mengalami kelelahan saat aktifvitas?
Apakah mengalami sesak nafas saat beraktivitas?
Saat sakit:
Apakah memerlukan bantuan saat beraktivitas (penkes, sebagian, total)?
Apakah ada keluhan saat beraktivitas (sesak, batuk)?
5.
Tidur
dan istirahat
sebelum sakit:
Apakah tidur klien terganggu?
Berapa lama, kualitas tidur (siang dan/malam ?
Kebiasaan sebelum tidur?
Saat sakit:
Apakah tidur klien terganggu, penyebab?
Berapa lama, kualitas tidur (siang dan/malam) ?
Kebiasaan sebelum tidur?
6.
Kognitif
dan persepsi sensori
Sebelum sakit:
Bagaimana menghindari rasa sakit?
Apakah mengalami penurunan fugsi pancaindera, apa saja?
Apakah menggunakan alat bantu (kacamata)?
Saat sakit:
Bagaimana menghindari rasa sakit?
Apakah mengalami nyeri (PQRST)?
Apakah mengalami penurunan fugsi pancaindera, apa saja?
Apakah merasa pusing?
7.
Persepsi
dan konsep diri
Sebelum sakit:
Bagaimana klien menggambarkan dirinya?
Saat sakit:
Bagaimana pandangan pasien dengan dirinya terkait dengan penyakitnya?
Bagaimana harapan klien terkait dengan penyakitnya?
8.
Peran
dan hubungan dengan sesama
Sebelum sakit:
Bagaimana hubungan klien dengan sesama?
Saat sakit:
Bagaimana hubungan dengan orang lain (teman, keluarga, perawat, n dokter)?
Apakah peran/pekerjaan terganggu, siapa yang menggantikan?
9.
Reproduksi
dan seksualitas
Sebelum sakit:
Apakah ada gangguan hubungan seksual klien?
Saat sakit:
Apakah ada gangguan hubungan seksual klien?
10.
Mekanisme
koping dan toleransi terhadap stres
Sebelum sakit:
Bagaimana menghadapi masalah?
Apakah klien stres dengan penyakitnya?
Bagaimana klien mengatasinya?
Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi?
Saat sakit:
Bagaimana menghadapi masalah?
Apakah klien stres dengan penyakitnya?
Bagaimana klien mengatasinya?
Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi?
11.
Nilai
dan kepercayaan
Sebelum sakit:
Bagaimana kebiasaan dalam menjalankan ajaran Agama?
Saat sakit:
Apakah ada tindakan medis yang bertentangan kepercayaan?
Apakah penyakit yang dialami mengganggu dalam menjalankan ajaran Agama yang
dianut?
Bagaimana persepsi terkait dengan penyakit yang dialami dilihat dari sudut
pandang nilai dan kepercayaan?
F. PEMERIKSAAN FISIK
1.
Keadaan
umum:
Tidak tampak sakit: mandiri, tidak terpasang alat medis
Tampak sakit ringan: bedrest ,terpasang infus
Tampak sakit sedang: bedrest, lemah, terpasang infus, alat medis
Tampak sakit berat: menggunakan oksigen, coma
2.
Kesadaran:
Kuantitatif:
Mata :
Spontan(4)
Atas permintaan(3)
Rangsang nyeri(2)
Tidak bereaksi(1)
Verbal:
Orientasi baik(5)
Jawaban kacau(4)
Kata-kata sepatah(3)
Merintis/mengerang(2)
Tidak bersuara(1)
Motorik:
Menurut perintah(6)
Reaksi setempat(5)
Menghindar(4)
Fleksi abnormal(3)
Ekstensi nyeri(2)
Tidak bereaksi(1)
Kualitatif: compos mentis, apatis, somnolen,
sopor, soporcoma, coma?
3.
Tanda-tanda
vital:
T: hipertermi?
N: cepat, tidak teratur, frekuensi, irama,
volume?
RR: cepat, irama, jenis, frekuensi?
TD:?
SPO:?
4.
Status
gizi: TB, BB, BBN, BBI?
5.
Pemeriksaan
sistemik:
a.
Kepala:
1)
Rambut:rontok?
2)
Mata:
konjungtiva anemis, skelera, cekung?
3)
Dahi:finger
print
4)
Mulut:mukosa
bibir, lidah?
b.
Integumen: Turgor kulit
c.
Ektremitas:
Sianosos, Ektremitas dingin, Lemah, Capilary refil
d.
Vagina:
Perdarahan, keputihan
e.
Abdomen:
Inspeksi:bentuk, Auskultasi:peristaltic usus, Palpasi:nyeri abdomen?
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sitologi/Pap Smear
2. Schillentest
3. Koloskopi
4. Biopsi
5. Kolpomikroskopi
6. Konisasi
H. TERAPI
Terapi yang didapat: nama oabat, dosis, waktu, rute, indikasi?
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1.
Perfusi
jaringan serebral/ferifer tidak efektik berhubungan dengan aliran arteri
terhambat.
Intervensi:
1)
Ukur
TTV; TD, N, RR
R/mengetahui keadaan klien
2)
Monitor
capiler refill
R/mengetahui status keadaan klien
3)
Monitor
kemampuan aktivitas klien
R/mengetahui kemampuan klie
4)
Anjurkan
untuk bedrest
R/mempercepat pemulihan kondisi
5)
Beri
posisi semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
6)
Bantu
aktivitas klien secara bertahap
R/mengurangi beban kerja klien
7)
Cegah fleksi tungkai
R/menghindari penurunan staus kesadaran klien
8)
Beri
cukup nutrisi sesuai dngan diet
R/mempercepat pemulihan kondisi
9)
Kolaborasi/lanjutkan
terapi oksigen
R/mencukupi kebutuhan oksigen
10)
Kolaborasi/lanjutkan
therapi trasfusi
R/mempercepat pemulihan kondisi klien
11)
Kolaborasi/lanjutkan
pemberian obat; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat proses penyembuhan
2.
Nyeri
akut berhubungan dengan agen injuri biologis.
Intervensi:
1)
Monitor
derajat dan kualitas nyeri (PQRST)?
R/mengetahui rasa nyeri yang dirasakan
2)
Ajarkan
teknik distraksi/relaksasi
R/mengurangi rasa nyeri
3)
Beri
posisi nyaman
R/untuk mengurangi rasa nyeri
4)
Beri
posisi semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
5)
Kolaborasi/lanjutkan
pemberian analgetik; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mengurangi rasa nyeri
3.
Resiko
infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat, prosedur invasif,
pertahanan sekunder tidak adekuat.
Intervensi:
1)
Monitor
tanda-tanda peradangan
R/untuk melihat tanda-tanda peradangan
2)
Monitor
pemeriksaan Lab darah
R/untuk melihat hasil lab darah
3)
Cuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan tindakan
R/untuk menghindari inos
4)
Anjurkan untuk bedrest
R/mempercepat pemulihan kondisi
5)
Batasi pengunjung
R/untuk mencegah inos
6)
Rawat
luka setiap hari dengan teknik steril
R/mencegah infeksi
7)
Beri nutrisi tinggi zat besi, vitamin C
R/untuk membantu proses penyembuhan luka
8)
Kolaborasi/lanjutkan pemberian obat antibiotik;
nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat penyembuhan
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran ,
Edisi 3 , Jilid 1. Jakarta :EGC
Doengoes,
Marilyn.E 1989. Nursing care and Plans.Philadelphia: F.A Davis Company.
Mochtar,
Rustam. 1989. Synopsis obstetric. Jakarta:
EGC.
Prawirohardjo,
Sarwono.1994. Ilmu
Kandungan. Jakarta:
Gramedia.
Nanda ,2006.
Sanusi, Chandra. 1989. Ginekologi
Greenhill edisi 10. Jakarta:
EGC.
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan, Edisi Kedua. Jakarta
: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan, Edisi Kedua. Jakarta
: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Hamilton, Persis. 1995. Dasar - Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi
6. Jakarta : EGC
Brunner and Suddarth. 1996. Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan
Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medika
Doengoes, Marylynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan
Edisi 3. Jakarta : EGC
Price, Sylvia. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 2.
Jakarta : EGC
Guyton and Hall. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11.
Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth. 1996. Buku
Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita
Selekta Kedokteran, Jilid 1. Jakarta : Media Ausculapius
Robbins. 1999. Dasar Patologi Penyakit
Edisi 5. Jakarta : EGC
Sjaifoellah Noer. 1996. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid 2. Jakarta : FKUI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar