Senin, 28 Maret 2016

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASEIN NEFROLITIASIS



A.    DEFINISI
Nefrolitiasis merujuk pada penyakit batu ginjal. Batu atau kalkuni dibentuk di dalam saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi ekskresi di dalam urin ( Nursalam.2006).
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat, struvit dan sistin). Ukuran batu tersebut bervareasi dari yang granular (pasir dan krikil) sampai sebesar buah jeruk. Batu sebesar krikil biasanya dikeluarkan secara spontan, pria lebih sering terkena penyakit ini dari pada wanita dan kekambuhan merupakan hal yang mungkin terjadi (Mansjoer Arief, 2000).
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih bagian atas (urolithiasis). Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69).
Pendapat lain menjelaskan batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu keadaan terdapatnya batu kalkuli di ginjal (Arif Muttaqin, 2011:108).
Batu ginjal atau kalkulus renal ( Nefrolitiasis) dapat terbentuk dimana saja di dalam traktus urinarius kendati paling sering ditemukan pada piala ginjal (pelvis renis) atau kalises. Batu ginjal memiliki ukuran yang beragam dan bisa soliter atau multiple. Batu Ginjal merupakan keadaan tidak normal dalam ginjal, yang mengandung komponen kristal dan matriks organik (Suyono, 2001)
Batu ginjal sering terjadi pada laki-laki dibandingkan pada wanita dan jarang ditemukan pada anak-anak. Batu kalsium umumnya terdapat pada laki-laki usia pertengahan dengan riwayat pembentukan batu didalam keluarga. Batu ginjal jarang terjadi pada masyarakat kulit hitam di amerika. Keadaan ini pravalen dikawasan dikawasan geografik tertentu seperti amerika sebelah tenggara (yang dinamakan “stone belt”), dan keadaan ini mungkin disebabkan oleh hawa panas yang meningkatkan dehidrasi serta memekatkan substansi yang membentuk batu atau terjadi karena kebiasaan pada makanan pada masyarakat setempat (Kowalak. 2002)
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat, struvit dan sistin). Ukuran batu tersebut bervareasi dari yang granular (pasir dan krikil) sampai sebesar buah jeruk. Batu sebesar krikil biasanya dikeluarkan secara spontan, pria lebih sering terkena penyakit ini dari pada wanita dan kekambuhan merupakan hal yang mungkin terjadi. 
B.     ETIOLOGI
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang idiopatik.
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor- faktor tersebut antara lain :
1.      Faktor Intrinsik :
a.       Herediter (keturunan).
b.      Umur : sering dijumpai pada usia 30-50 tahun.
c.       Jenis Kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan.
2.      Faktor Ekstrinsik :
a.       Geografis : Pada beberapa daerah menunjukan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah batu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.
b.      Iklim dan temperatur
c.       Asupan air : Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
d.      Diet : Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu saluran kemih.
e.       Pekerjaan : Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas atau sedentary life.

C.     TANDA DAN GEJALA
1.      Nyeri pinggang
2.      Retensi urine menurun
3.      Jika terjadi infeksi bisa terjadi demam / menggigil.
4.      Nausea dan vomiting
5.      Hematuria kalau batu tersebut menimbulkan abrasi ureter
6.      Distensi abdoment
7.      Anuria akibat obstruksi bilateral atau obstruksi pada ginjal yang tinggal satu-satunya dimilki oleh pasien (Kowalak, 2002).

D.    PATHWAY


E.     PATOFISIOLOGI
Substansi kristal yang normalnya larut dan di ekskresikan ke dalam urine membentuk endapan. Batu renal tersusun dari kalsium fosfat, oksalat atau asam urat.
Komponen yang lebih jarang membentuk batu adalah struvit atau magnesium, amonium, asam urat, atau kombinasi bahan-bahan ini. Batu ginjal dapat disebabkan oleh peningkatan pH urine (misalnya batu kalsium bikarbonat) atau penurunan pH urine (mis., batu asam urat). Konsentrasi bahan-bahan pembentuk batu yang tinggi di dalam darah dan urine serta kebiasaan makan atau obat tertentu, juga dapat merangsang pembentukan batu. Segala sesuatu yang menghambat aliran urine dan menyebabkan stasis (tidak ada pergerakan) urine di bagian mana saja di saluran kemih, meningkatkan kemungkinan pembentukan batu. Batu kalsium, yang biasanya terbentuk bersama oksalat atau fosfat, sering menyertai keadaan-keadaan yang menyebabkan resorpsi tulang, termasuk imobilisasi dan penyakit ginjal. Batu asam urat sering menyertai gout, suatu penyakit peningkatan pembentukan atau penurunan ekskresi asam urat.
Asuhan Keperawatan Kegemukan dan kenaikan berat badan meningkatkan risiko batu ginjal akibat peningkatan ekskresi kalsium, oksalat, dan asam urat yang berlebihan. Pengenceran urine apabila terjadi obstruksi aliran, karena kemampuan ginjal memekatkan urine terganggu oleh pembengkakan yang terjadi di sekitar kapiler peritubulus. Komplikasinya Obstruksi urine dapat terjadi di sebelah hulu dari batu di bagian mana saja di saluran kemih. Obstruksi di atas kandung kemih dapat menyebabkan hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh urine. Hidroureter yang tidak diatasi, atau obstruksi pada atau di atas tempat ureter keluar dari ginjal dapat menyebabkan hidronefrosis yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan sistem duktus pengumpul. Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat memekatkan urine sehingga terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.
Obstruksi yang tidak diatasi dapat menyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadi iskemia nefron karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jika kedua ginjal terserang. - Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan infeksi bakteri meningkat sehingga Dapat terbentuk kanker ginjal akibat peradangan dan cedera berulang.

F.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Urinalisa :
a.       warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal).
b.      pH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat, kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing , BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar perkiraan Glomerular Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet tinggi protein, darah dalam  saluran pencernaan  status katabolik (cedera, infeksi). Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl perempuan  0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
2.      Darah lengkap : Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht), abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
3.      Hormon Paratyroid : Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang reabsorbsi) kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.
4.      Foto Rontgen : Menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang uriter.
5.      IVP : Memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).
6.      Sistoureteroskopi : Visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu atau efek ebstruksi.
7.      USG Ginjal : Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.

G.    PENATALAKSANAAN
1.      Karena batu ginjal meningkatkan resiko infeksi, sepsis dan obstruksi urinarius pasien di instruksikan melaporkan penurunan volume urin dan adanya urin yang keruh atau mengandung darah.
2.      Keluar urin total dan pola berkemih diperiksa.
3.      Meningkatkan pemasukan cairan di lakukan untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan tekanan hidrostaltik dalam traktus urinasius untuk mendorong pasase batu.
4.      Ambulasi didorong sebagai suatu cara untuk menggeser batu dari taktus urinarius.
5.      Tanda-tanda vital pasien mencakup suhu dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda dini adanya infeksi.
6.      Segera melaporkan bila ada rasa nyeri.
7.      Analgesik diberikan sesuai resep untuk mengurangi nyeri.
8.      Melakukan pembedahan untuk pengambilan batu ginjal.
 
H.    KOMPLIKASI
Menurut guyton, 1993 adalah :
1.      Gagal ginjal. Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang disebut kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena suplai oksigen terhambat. Hal ini menyebabkan iskemis ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan gagal ginjal
2.      Infeksi. Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk perkembangbiakan microorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi pada peritoneal.
3.      Hidronefrosis. Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan menumpuk diginjal dan lam-kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan urin.
4.      Avaskuler ischemia. Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga terjadi kematian jaringan.

ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien, keluarga dan masyarakat untuk mencapai kesehatan yang optimal (Suyono, Slamet, Dr, Prof, SPDO, KG, “Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, FKUI, Jakarta, 2001).

A.    PENGKAJIAN
1.      Identitas. Data yang diperoleh meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal masuk MRS dan diagnosa medis.
2.      Keluhan Utama. Merupakan keluhan yang paling menggangu ketidak nyamanan dalam aktivitas atau yang menggangu  saat ini.
3.      Riwayat Kesehatan Sekarang. Di mana mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor yang mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai di bawa ke RS.
4.      Riwayat Kesehatan Penyakit Dahulu. Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam ginjal.
5.      Riwayat Kesehatan Keluarga. Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat keturunan dari orang tua.
6.      Riwayat psikososial. Siapa yang mengasuh klien, bagaimana hubungan dengan keluarga, teman sebaya dan bagaimana perawat secara umum.
Pola-pola Fungsi Kesehatan
1.      Pola persepsi dan tata laksana hidup. Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai penyakit batu ginjal dalam menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tata laksana hidup sehat.
2.      Pola nutrisi dan metabolism. Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun karena adanya luka pada ginjal.
3.      Pola aktivitas dan latihan. Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik gangguan karena adanya luka pada ginjal.
4.      Pola eliminasi. Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya BAK sedikit karena adanya sumbatan atau bagu ginjal dalam perut, BAK normal.
5.      Pola tidur dan istirahat. Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu karena adanya penyakitnya.
6.      Pola persepsi dan konsep diri. Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi yang akan dilakukan dan bagaimana dilakukan operasi.
7.      Pola sensori dan kognitif. Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang dideritanya selama di rumah sakit.
8.      Pola reproduksi sexual. Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih dapat melakukan dan selama sakit tidak ada gangguan yang berhubungan dengan produksi sexual.
9.      Pola hubungan peran. Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap baik tidak ada gangguan.
10.  Pola penaggulangan stress. Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu melakukan hal yang positif jika stress muncul.
11.  Pola nilai dan kepercayaan. Klien tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit yang di derita ada obat dan dapat sembuh.
Pemeriksaan Fisik
1.      Keadaan Umum
a.       Klien biasanya lemah.
b.      Kesadaran komposmetis.
c.       Adanya rasa nyeri.
2.      Kulit
a.       Teraba panas.
b.      Turgor kulit menurun.
c.       Penampilan pucat.
3.      Pernafasan : Pergerakan nafas simetris.
4.      Cardio Vaskuler : Takicardi, Irama jantung reguler.
5.      Gastro Intestinal : Kurang asupan makanan nafsu makan menurun.
6.      Sistem Integumen : Tampak pucat.
7.      Geneto Urinalis : Dalam BAK produksi urin tidak normal, Jumlah lebih sedikit karena ada penyumbatan.
Pemeriksaan Penunjang
1.      Urin lengkap, darah lengkap.
2.      Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi yang disebabkan oleh obstruksi.
3.      Pemeriksaan IVP

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada kasus nefrolitiasis didapatkan diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah :
1.      Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, iskemia jaringan.
2.      Nutrisi kurang berhubungan dengan in take in adekuat.
3.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses penyakitnya.
4.      Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot.
5.      Resiko terjadinya kekurangan cairan berhubungan dengan in take peroral.
DAFTAR PUSTAKA
Kowalak-welsh-Mayer. 2002. Buku ajar patofisiologi, Jakarta : EGC
B Basuki. 2008. Dasar-dasar urologi, Malang: Sagung seto
Price, Sylvia A. (2006). Patofisiologi, Jakarta: EGC
Ali, Zaidin. 2009. Dasar-dasar Dokumentasi Keperawatan, Jakarta : EGC
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC
Baradero, Mary et al. 2008. Klien Gangguan Ginjal, Jakarta : EGC
Grace, Pierce. 2006. At a Glance Ilmu Bedah, Jakarta : Erlangga
Mutaqqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan, Jakarta : Salemba Medika
Nursalam. 2011. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan, Jakarta : Salemba Medika
Purnomo, Basuki. 2011. Dasar-dasar Urologi, Jakarta : Sagung Seto
Syaifuddin, 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan, Jakarta : EGC
Tarwoto. 2009. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan, Jakarta : EGC
Tucker, Susan Martin. 2007. Standar Perawatan Pasien Perencanaan kolaboratif & Intervensi Keperawatan, Jakarta : EGC
Wijayaningsih, Kartika Sari. 2013. Standar Asuhan Keperawatan, Jakarta : Trans Info Medika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar