Asma adalah
penyempitan/gangguan saluran pernapasan. Karena penyempitan maka penderita kesulitan dalam bernapas (Varina, 2011).
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif
intermiten, reversibel dimana trakea dan bronchi berspon dalam secara
hiperaktif terhadap stimuli tertentu ( Smeltzer, 2002 : 611).
Istilah asma berasal dari kata Yunani yang berati terengah-engah dan berarti serangan
nafas pendek. Atau asma merupakam suatu penyakit yang ditandai oleh
hipersensitivitas cabang trakeobronkial terhadap berbagai rangsangan dan
keadaan ini bermanifestasi sebagai penyempitan jalan nafas secara periodik dan reversibel akibat bronkospasme (Sylvia,
Price. 2006:784).
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan
berbagai sel inflamasi.Dasar penyakit ini adalah
hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan nafas dan gejala
pernafasan(mengi dan sesak) (Arif Mansjoer. 2002: 476)
Asma adalah penyakit
yang disebabkan oleh peningkatan respon dari trachea dan bronkus
terhadap bermacam –macam stimuli yang ditandai dengan penyempitan bronkus atau bronkhiolus dan sekresi yang berlebih, lebihan dari kelenjar, kelenjar
di mukosa bronchus.
B.
ETIOLOGI
1. Udara yang sangat dingin
2. Olahraga yang berlebihan
3. Infeksi bronchitis
4. Terjadi iritasi etika menghirup napas/udara
C.
TANDA
DAN GEJALA
1. Terkadang mengalami ketegangan dan
ketakutan
2. Terdengar suara napas tambahan
3. Otot bantu napas terlihat menonjol
(dileher)
4. Ada rasa mual, bahkan mau muntah
5. Irama napas tidak teratur
6. Warna kulit berubah (merah/pucat/
kebiruan/sianosis)
7. Kesadaran menjadi turun (gelisah/meracau)
8. Ada tanda-tanda sakit demam
D.
STADIUM
1. Tingkat I: Secara klinis normal tanpa
kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru, Timbul bila ada faktor pencetus
baik di dapat alamiah maupun dengan test
provokasi bronkial di laboratorium
2. Tingkat II: Tanpa keluhan dan kelainan
pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan napas, Banyak dijumpai
pada klien setelah sembuh serangan
3. Tingkat III: Tanpa keluhan, Pemeriksaan
fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi
jalan napas, Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah
diserang kembali
4. Tingkat IV: Klien mengeluh batuk, sesak
napas dan napas berbunyi wheezing, Pemeriksaan
fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi
jalan napas
5. Tingkat V: Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma
akut yang berat bersifat refrator
sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai, Asma pada dasarnya merupakan
penyakit obstruksi jalan napas yang reversibel. Pada asma yang berat dapat
timbul gejala seperti : Kontraksi otot-otot pernapasan, cyanosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih, takikardi.
E.
PATOFISIOLOGI
Asthma ditandai
dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus
yang menyebabkan sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing
di udara. Reaksi yang timbul pada asthma tipe alergi diduga terjadi dengan cara
sebagai berikut: seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk
sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan
reaksi alergi bila reaksi dengan
antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asthma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan
dalam paru selama ekspirasi paksa
menekan bagian luar bronkiolus.
Karena bronkiolus sudah tersumbat
sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang
menimbulkan obstruksi berat terutama
selama ekspirasi. Pada penderita asma
biasanya dapat melakukan inspirasi dengan
baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi.
Hal ini menyebabkan dispnea.
Kapasitas residu fungsional dan
volume residu paru menjadi sangat
meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa
menyebabkan Barrel chest.
F.
PATHWAY
G.
KOMPLIKASI
1.
Status
asmatikus
2.
Bronkhitis kronik, bronkhiolus
3. Ateletaksis : lobari segmental karena obstruksi bronchus oleh lender
4.
Pneumo thoraks: Kerja pernapasan meningkat, kebutuhan O2
meningkat. Orang asam tidak sanggup memenuhi kebutuhan O2 yang sangat tinggi
yang dibutuhkan untuk bernapas melawan spasme
bronkhiolus, pembengkakan bronkhiolus,
dan m ukus yang kental. Situasi ioni dapat menimbulkan pneumothoraks akibat besarnya teklanan untuk melakukan ventilasi
5. Kematian
H.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Pemeriksaan sputum
2. Pemeriksaan darah
3. Pemeriksaan Radiologi
4. Pemeriksaan tes kulit
5. Elektrokardiografi
6. Scanning Paru
7. Spirometri
I.
PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan terhadap pemajanan alergi
2. Serangan akut dengan oksigen nasal atau masker
3. Terapi cairan parenteral
4. Terapi pengobatan sesuai program
a.
Beta 2-agonist untuk mengurangi bronkospasme, mendilatasi otot polos bronchial: Albuterol
(proventil, ventolin), Tarbutalin, Epinefrin, Metaprotenol
b. Metilsantin, seperti aminofilin dan teofilin mempunyai
efek bronkodilatasi
c. Antikolinergik, seperti atropine metilnitrat atau
atrovent mempunyai efek bronchodilator yang sangat baik
d. Kortikosteroid diberikan secara IV (hidrokortison), secara oral (mednison), inhalasi (deksametason)
ASUHAN KEPERAWATAN ASMA
PENGKAJIAN FOKUS
A.
IDENTITAS
KLIEN
Nama:
Tempet/tanggal lahir:
Usia:
Agama:
Suku:
Status perkawinan:
Pendidikan:
Bahasa yang digunakan:
Alamat:
Dx medik:
B.
IDENTITAS
PENANGGUNG JAWAB
Nama:
Alamat:
Hubungan dengan klien:
C.
RIWAYAT
KEPERAWATAN MASA LALU
Penyakit yang pernah diderita:
Kebiasaan buruk:
Penyakit keturunan :
Alergi :
Imunisasi:
Operasi:
D.
RIWAYAT
KEPERAWATAN SEKARANG
Alasan masuk:
Tindakan/terapi yang sudah diterima:
Keluhan utama:
E.
PENGKAJIAN
PERPOLA KESEHATAN
1.
Persepsi
kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Sebelum sakit:
Bagaimana klien menjaga kesehatan?
Bagaimana cara menjaga kesehatan?
Saat sakit:
Apakah klien tahu tentang penyakitnya?
Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?
Apa yang dilakukan jika rasa sakitnya timbul?
Apakah pasien tahu penyebab dari rasa sakitnya?
Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?
2.
Nutrisi
metabolik
Sebelum sakit:
Makan/minu; frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi?
Apakah ada mengkonsumsi obat-obatn seperti vitamin?
Saat sakit:
Apakah klien merasa mual/muntah/sulit menelan?
Apakah klien mengalami anoreksia?
Makan/minu: frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi?
3.
Eliminasi
Sebelum sakit:
Apakah BAB/BAK teratur; frekuensi, warna, konsistensi, keluhan nyeri?
Apakah mengejan saat BAB/BAK sehingga berpengaruh pada pernapasan?
Saat sakit:
Apakah BAB/BAK teratur: frekuensi, waktu, warna, konsistensi, keluhan
nyeri?
4.
Aktivitas
dan latihan
Sebelum sakit:
Apakah bisa melakukan aktivitas sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari?
Apakah mengalami kelelahan saat aktifvitas?
Apakah mengalami sesak nafas saat beraktivitas?
Saat sakit:
Apakah memerlukan bantuan saat beraktivitas (penkes, sebagian, total)?
Apakah ada keluhan saat beraktivitas (sesak, batuk)?
5.
Tidur
dan istirahat
Sebelum sakit:
Apakah tidur klien terganggu?
Berapa lama, kualitas tidur (siang dan/malam ?
Kebiasaan sebelum tidur?
Saat sakit:
Apakah tidur klien terganggu, penyebab?
Berapa lama, kualitas tidur (siang dan/malam) ?
Kebiasaan sebelum tidur?
6.
Kognitif
dan persepsi sensori
Sebelum sakit:
Bagaimana menghindari rasa sakit?
Apakah mengalami penurunan fugsi pancaindera, apa saja?
Apakah menggunakan alat bantu (kacamata)?
Saat sakit:
Bagaimana menghindari rasa sakit?
Apakah mengalami nyeri (PQRST)?
Apakah mengalami penurunan fugsi pancaindera, apa saja?
Apakah merasa pusing?
7.
Persepsi
dan konsep diri
Sebelum sakit:
Bagaimana klien menggambarkan dirinya?
Saat sakit:
Bagaimana pandangan pasien dengan dirinya terkait dengan penyakitnya?
Bagaimana harapan klien terkait dengan penyakitnya?
8.
Peran
dan hubungan dengan sesama
Sebelum sakit:
Bagaimana hubungan klien dengan sesama?
Saat sakit:
Bagaimana hubungan dengan orang lain (teman, keluarga, perawat, n dokter)?
Apakah peran/pekerjaan terganggu, siapa yang menggantikan?
9.
Reproduksi
dan seksualitas
Sebelum sakit:
Apakah ada gangguan hubungan seksual klien?
Saat sakit:
Apakah ada gangguan hubungan seksual klien?
10.
Mekanisme
koping dan toleransi terhadap stres
Sebelum sakit:
Bagaimana menghadapi masalah?
Apakah klien stres dengan penyakitnya?
Bagaimana klien mengatasinya?
Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi?
Saat sakit:
Bagaimana menghadapi masalah?
Apakah klien stres dengan penyakitnya?
Bagaimana klien mengatasinya?
Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi?
11.
Nilai
dan kepercayaan
Sebelum sakit:
Bagaimana kebiasaan dalam menjalankan ajaran Agama?
Saat sakit:
Apakah ada tindakan medis yang bertentangan kepercayaan?
Apakah penyakit yang dialami mengganggu dalam menjalankan ajaran Agama yang
dianut?
Bagaimana persepsi terkait dengan penyakit yang dialami dilihat dari sudut
pandang nilai dan kepercayaan?
F.
PEMERIKSAAN
FISIK
1.
Keadaan
umum:
Tidak tampak sakit: mandiri, tidak terpasang alat medis
Tampak sakit ringan: bedrest ,terpasang infus
Tampak sakit sedang: bedrest, lemah, terpasang infus, alat medis
Tampak sakit berat: menggunakan oksigen, coma
Kesadaran:
Kuantitatif:
Mata :
Spontan(4)
Atas permintaan(3)
Rangsang nyeri(2)
Tidak bereaksi(1)
Verbal:
Orientasi baik(5)
Jawaban kacau(4)
Kata-kata sepatah(3)
Merintis/mengerang(2)
Tidak bersuara(1)
Motorik:
Menurut perintah(6)
Reaksi setempat(5)
Menghindar(4)
Fleksi abnormal(3)
Ekstensi nyeri(2)
Tidak bereaksi(1)
Kualitatif: compos mentis, apatis, somnolen, sopor,
soporcoma, coma?
2.
Tanda-tanda
vital:
T: hipertermi?
N: cepat, tidak teratur, frekuensi, irama, volume?
RR: cepat, irama, jenis, frekuensi?
TD:?
SPO:?
3.
Status
gizi: TB, BB, BBN, BBI?
4.
Pemeriksaan
sistemik:
5.
Head
to toe:
Inspeksi?
Palpasi?
Perkusi ?
Auskultasi?
G.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1.
Pemeriksaan sputum
2.
Pemeriksaan darah
3.
Pemeriksaan Radiologi
4.
Pemeriksaan tes kulit
5.
Elektrokardiografi
6.
Scanning Paru
7.
Spirometri
H.
TERAPI
Terapi yang didapat: nama obat, dosis, waktu, rute, indikasi?
I.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1.
Bersihan
jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas, sekresi di
bronkus, eksudat di alveoli, sekresi yang tertahan, benda asing di jalan napas.
Intervensi:
1)
Kaji
fungsi pernapasan: frekuensibunyi, iramajenis
R/mengetahui pola napas klien
2)
Beri
posisi semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
3)
Suction
bila perlu
R/membersihkan jalan napas
4)
Ajarkan
teknik batuk efektif
R/mengeluarkan sekret yang tertahan
5)
Anjurkan
minum air hangat
R/mengurangi sekret
6)
Kolaborasi/lanjutkan
terapi oksigen
R/mencukupi kebutuhan oksigen
7)
Kolaborasi/lanjutkan
pemberian mukolitik; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mengurangi sekret
2.
Pola
napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, nyeri, cemas, kelelahan
otot pernapasan, defornitas dinding dada.
Intervensi:
1)
Monitor
TTV; TD, N, RR
R/mengetahui keadaan klien
2)
Monitor
kemampuan aktivitas klien
R/mengetahui kemampuan klie
3)
Anjurkan
untuk bedrest
R/mempercepat pemulihan kondisi
4)
Beri
posisi semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
5)
Bantu
aktivitas klien secara bertahap
R/mengurangi beban kerja klien
6)
Beri
cukup nutrisi sesuai dengan diet
R/mempercepat pemulihan kondisi
7)
Kolaborasi/lanjutkan
terapi oksigen
R/mencukupi kebutuhan oksigen
3.
Perfusi
jaringan serebral/ferifer tidak efektik berhubungan dengan aliran arteri
terhambat.
Intervensi:
1)
Ukur
TTV; TD, N, RR
R/mengetahui keadaan klien
2)
Monitor
capiler refill
R/mengetahui status keadaan klien
3)
Monitor
kemampuan aktivitas klien
R/mengetahui kemampuan klie
4)
Anjurkan
untuk bedrest
R/mempercepat pemulihan kondisi
5)
Beri
posisi semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
6)
Bantu
aktivitas klien secara bertahap
R/mengurangi beban kerja klien
7)
Cegah
fleksi tungkai
R/menghindari penurunan staus kesadaran klien
8)
Beri
cukup nutrisi sesuai dengan diet
R/mempercepat pemulihan kondisi
9)
Kolaborasi/lanjutkan
terapi oksigen
R/mencukupi kebutuhan oksigen
10)
Kolaborasi/lanjutkan
therapi trasfusi
R/mempercepat pemulihan kondisi klien
11)
Kolaborasi/lanjutkan
pemberian obat; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat proses penyembuhan
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan dalam memasukkan, mencerna,
mengabsorbsi makanan karena faktor biologi.
Intervensi:
Intervensi:
1)
Timbang berat badan
R/mengetahui perubahan berat badan klien
2)
Monitor adanya mual dan muntah
R/mengetahui keadaan klien
3)
Monitor tonus
otot, rambut merah dan mudah patah
R/mengetahui status kesehatan klien
4)
Monitor
intake makanan/minuman
R/mengetahui nutrisi yang dikonsumsi klien
5)
Anjurkan
untuk bedrest
R/mempercepat pemulihan kondisi
6)
Anjurkan
makan sedikit dan sering
R/supaya tidak mual dan tidak muntah
7)
Anjurkan
klien untuk meningkatkan makanan yang mengandung zat besi, Vit B12 & tinggi protein & Vit C
R/mempercepat pemulihan kondisi klien
8)
Kolaborasi/lanjutkan
pemberian obat; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat penyembuhan
5.
Kurang pengetahuan
berhubungan dengan keterbatasan paparan, tidak familiar dengan sumber
informasi.
Intervensi:
1)
Kontrak waktu
dengan klien
R/menetapkan waktu untuk penkes
2)
Berikan
penkes
R/meningkatkan pengetahuan klien
3)
Evaluasi
pengetahuan klien
R/mengetahui keberhasilan penkes
4)
Anjurkan
kepada klien untuk melakukan apa yang telah disampaikan dalam penkes
R/mengingatkan kembali pada klien
6.
Cemas
berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Inteervensi:
1)
Ukur
TTV: TD, N, RR, T
R/mengetahui keadaan klien
2)
Monitor
tingkat cemas klien
R/mengetahui kecemasan klien
3)
Dorong
klien untuk mengungkapkan kecemasan
R/mengetahui maslah yang dialami klien
4)
Berikan
suport sistem
R/mengurangi kecemasan klien
5)
Libatkan
keluarga dalam memberika suport system pada klien
R/mengurangi kecemasan klien
6)
Kolaborasi/lanjutkan
therapi obat penenang: nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat penyembuhan
7.
Hipertermi
berhubungan dengan penyakit.
Intervensi:
1)
Ukur
TTV: TD, N, RR, T
R/mengetahui keadaan klien
2)
Anjurkan
untuk banyak minu ± 2 L/hari
R/memenuhi kebutuhan cairan
3)
Anjurkan
untuk bedrest
R/mempercepat pemulihan kondisi
4)
Beri
kompres hangat
R/vasodilatasi pembuluh darah
5)
Kolaborasi/lanjutkan
pemberian therapi antipiretik; nama,d osis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat penyembuhan
6)
Kolaborasi/lanjutkan
pemberian therapi antibiotik; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat penyembuhan
DAFTAR PUSTAKA
Baratawidjaja. 1990. Ilmu Penyakit
Dalam: Asma Bronchiale , Jakarta: FKUI.
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Jakarta : EGC
Crockett. 1997. Penanganan Asma dalam Penyakit Primer, Jakarta : EGC
Crompton. 1980. Diagnosis and Management of Respiratory Disease, Blacwell Scientific Publication
Doenges, M. E., Moorhouse & Geissler. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC
Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta: EGC
Hudak & Gallo. 1997. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, Volume 1, Jakarta : EGC
Price & Wilson. 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Jakarta: EGC
Reeves, C. J., Roux, G & Lockhart, R. 1999. Buku Saku: Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta: Salemba Medika
Sundaru, H. 1995. Asma: Apa dan Bagaimana Pengobatannya, Jakarta: FKUI
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Jakarta : EGC
Crockett. 1997. Penanganan Asma dalam Penyakit Primer, Jakarta : EGC
Crompton. 1980. Diagnosis and Management of Respiratory Disease, Blacwell Scientific Publication
Doenges, M. E., Moorhouse & Geissler. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC
Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta: EGC
Hudak & Gallo. 1997. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, Volume 1, Jakarta : EGC
Price & Wilson. 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Jakarta: EGC
Reeves, C. J., Roux, G & Lockhart, R. 1999. Buku Saku: Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta: Salemba Medika
Sundaru, H. 1995. Asma: Apa dan Bagaimana Pengobatannya, Jakarta: FKUI
Varina. 2011. Buku Saku: Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan. Yogyakarta: STP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar