Nefrolitiasis
merujuk pada penyakit batu ginjal. Batu atau kalkuni dibentuk di dalam saluran
kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi
ekskresi di dalam urin ( Nursalam.2006).
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam
pelvis renal batu-batu tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urin
(kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat, struvit dan sistin). Ukuran batu
tersebut bervareasi dari yang granular (pasir dan krikil) sampai sebesar buah
jeruk. Batu sebesar krikil biasanya dikeluarkan secara spontan, pria lebih
sering terkena penyakit ini dari pada wanita dan kekambuhan merupakan hal yang
mungkin terjadi (Mansjoer Arief,
2000).
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih bagian atas
(urolithiasis). Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal
kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi
pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling
sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69).
Pendapat
lain menjelaskan batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu keadaan
terdapatnya batu kalkuli di ginjal (Arif Muttaqin, 2011:108).
Batu ginjal atau kalkulus renal ( Nefrolitiasis) dapat
terbentuk dimana saja di dalam traktus urinarius kendati paling sering
ditemukan pada piala ginjal (pelvis renis) atau kalises. Batu ginjal memiliki
ukuran yang beragam dan bisa soliter atau multiple. Batu Ginjal merupakan keadaan
tidak normal dalam ginjal, yang mengandung komponen kristal dan matriks organik
(Suyono, 2001)
Batu ginjal sering terjadi pada laki-laki dibandingkan
pada wanita dan jarang ditemukan pada anak-anak. Batu kalsium umumnya terdapat
pada laki-laki usia pertengahan dengan riwayat pembentukan batu didalam
keluarga. Batu ginjal jarang terjadi pada masyarakat kulit hitam di amerika.
Keadaan ini pravalen dikawasan dikawasan geografik tertentu seperti amerika
sebelah tenggara (yang dinamakan “stone belt”), dan keadaan ini mungkin
disebabkan oleh hawa panas yang meningkatkan dehidrasi serta memekatkan
substansi yang membentuk batu atau terjadi karena kebiasaan pada makanan pada
masyarakat setempat (Kowalak. 2002)
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam
pelvis renal batu-batu tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urin
(kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat, struvit dan sistin). Ukuran batu
tersebut bervareasi dari yang granular (pasir dan krikil) sampai sebesar buah
jeruk. Batu sebesar krikil biasanya dikeluarkan secara spontan, pria lebih
sering terkena penyakit ini dari pada wanita dan kekambuhan merupakan hal yang mungkin terjadi.
B. ETIOLOGI
Terbentuknya
batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain
yang idiopatik.
Secara epidemiologis terdapat
beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang.
Faktor- faktor tersebut antara lain :
1. Faktor Intrinsik :
a. Herediter (keturunan).
b. Umur : sering dijumpai pada usia 30-50 tahun.
c. Jenis Kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan
dengan pasien perempuan.
2. Faktor Ekstrinsik :
a. Geografis : Pada beberapa daerah menunjukan angka kejadian batu saluran
kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah
stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah batu di Afrika Selatan hampir tidak
dijumpai penyakit batu saluran kemih.
b. Iklim dan temperatur
c. Asupan air : Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada
air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
d. Diet : Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya
penyakit batu saluran kemih.
e. Pekerjaan : Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya
banyak duduk atau kurang aktivitas atau sedentary life.
C. TANDA DAN GEJALA
1. Nyeri pinggang
2. Retensi urine menurun
3. Jika terjadi infeksi bisa terjadi demam / menggigil.
4. Nausea dan vomiting
5. Hematuria kalau batu tersebut menimbulkan abrasi ureter
6. Distensi abdoment
7. Anuria akibat obstruksi bilateral atau obstruksi pada ginjal yang tinggal
satu-satunya dimilki oleh pasien (Kowalak,
2002).
D. PATHWAY
E. PATOFISIOLOGI
Substansi kristal yang normalnya larut dan di ekskresikan ke dalam urine membentuk endapan. Batu renal
tersusun dari kalsium fosfat, oksalat atau asam urat.
Komponen yang lebih jarang membentuk batu adalah
struvit atau magnesium, amonium, asam urat, atau kombinasi bahan-bahan ini.
Batu ginjal dapat disebabkan oleh peningkatan pH urine (misalnya batu kalsium
bikarbonat) atau penurunan pH urine (mis., batu asam urat). Konsentrasi
bahan-bahan pembentuk batu yang tinggi di dalam darah dan urine serta kebiasaan
makan atau obat tertentu, juga dapat merangsang pembentukan batu. Segala
sesuatu yang menghambat aliran urine dan menyebabkan stasis (tidak ada
pergerakan) urine di bagian mana saja di saluran kemih, meningkatkan
kemungkinan pembentukan batu. Batu kalsium, yang biasanya terbentuk bersama
oksalat atau fosfat, sering menyertai keadaan-keadaan yang menyebabkan resorpsi
tulang, termasuk imobilisasi dan penyakit ginjal. Batu asam urat sering
menyertai gout, suatu penyakit peningkatan pembentukan atau penurunan ekskresi
asam urat.
Asuhan Keperawatan Kegemukan dan kenaikan berat badan
meningkatkan risiko batu ginjal akibat peningkatan ekskresi kalsium, oksalat,
dan asam urat yang berlebihan. Pengenceran urine apabila terjadi obstruksi
aliran, karena kemampuan ginjal memekatkan urine terganggu oleh pembengkakan
yang terjadi di sekitar kapiler peritubulus. Komplikasinya Obstruksi urine
dapat terjadi di sebelah hulu dari batu di bagian mana saja di saluran kemih.
Obstruksi di atas kandung kemih dapat menyebabkan hidroureter, yaitu ureter
membengkak oleh urine. Hidroureter yang tidak diatasi, atau obstruksi pada atau
di atas tempat ureter keluar dari ginjal dapat menyebabkan hidronefrosis yaitu
pembengkakan pelvis ginjal dan sistem duktus pengumpul. Hidronefrosis dapat
menyebabkan ginjal tidak dapat memekatkan urine sehingga terjadi
ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.
Obstruksi yang tidak diatasi dapat menyebabkan
kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadi iskemia nefron karena suplai
darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jika kedua ginjal
terserang. - Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan
infeksi bakteri meningkat sehingga Dapat terbentuk kanker ginjal akibat
peradangan dan cedera berulang.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urinalisa :
a. warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri
(kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal).
b. pH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu
asam urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium
fosfat), Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau
sistin mungkin meningkat, kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing ,
BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal
untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar perkiraan
Glomerular Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet tinggi protein,
darah dalam saluran pencernaan status katabolik (cedera, infeksi).
Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl perempuan 0,70
sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk
mengekskresi sisa yang bemitrogen. Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada
urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan
iskemia/nekrosis.
2. Darah lengkap : Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht), abnormal bila pasien
dehidrasi berat atau polisitemia.
3. Hormon Paratyroid : Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal
ginjal (PTH merangsang reabsorbsi) kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi
serum dan kalsium urine.
4. Foto Rontgen : Menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area
ginjal dan sepanjang uriter.
5. IVP : Memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri
abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik
(distensi ureter).
6. Sistoureteroskopi : Visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan
batu atau efek ebstruksi.
7. USG Ginjal : Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
G. PENATALAKSANAAN
1. Karena
batu ginjal meningkatkan resiko infeksi, sepsis dan obstruksi urinarius pasien
di instruksikan melaporkan penurunan volume urin dan adanya urin yang keruh
atau mengandung darah.
2. Keluar
urin total dan pola berkemih diperiksa.
3. Meningkatkan
pemasukan cairan di lakukan untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan tekanan
hidrostaltik dalam traktus urinasius untuk mendorong pasase batu.
4. Ambulasi
didorong sebagai suatu cara untuk menggeser batu dari taktus urinarius.
5. Tanda-tanda
vital pasien mencakup suhu dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda dini adanya
infeksi.
6. Segera
melaporkan bila ada rasa nyeri.
7. Analgesik
diberikan sesuai resep untuk mengurangi nyeri.
8. Melakukan
pembedahan untuk pengambilan batu ginjal.
H. KOMPLIKASI
Menurut guyton, 1993 adalah :
1. Gagal ginjal. Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan
pembuluh darah yang disebut kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena
suplai oksigen terhambat. Hal ini menyebabkan iskemis ginjal dan jika dibiarkan
menyebabkan gagal ginjal
2. Infeksi. Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk
perkembangbiakan microorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi pada
peritoneal.
3. Hidronefrosis. Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan
dan menumpuk diginjal dan lam-kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan
urin.
4. Avaskuler ischemia. Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang
sehingga terjadi kematian jaringan.
ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang
melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien, keluarga dan
masyarakat untuk mencapai kesehatan yang optimal (Suyono, Slamet, Dr, Prof, SPDO, KG, “Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Jilid II, FKUI, Jakarta, 2001).
A.
PENGKAJIAN
1.
Identitas. Data yang diperoleh meliputi nama, umur, jenis
kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal masuk MRS dan
diagnosa medis.
2.
Keluhan Utama. Merupakan keluhan yang paling menggangu ketidak
nyamanan dalam aktivitas atau yang menggangu saat ini.
3.
Riwayat
Kesehatan Sekarang.
Di mana mengetahui bagaimana penyakit itu timbul,
penyebab dan faktor yang mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan timbul
sampai di bawa ke RS.
4.
Riwayat
Kesehatan Penyakit Dahulu.
Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu
dalam ginjal.
5.
Riwayat
Kesehatan Keluarga.
Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya
riwayat keturunan dari orang tua.
6.
Riwayat
psikososial.
Siapa yang mengasuh klien, bagaimana hubungan dengan
keluarga, teman sebaya dan bagaimana perawat secara umum.
Pola-pola
Fungsi Kesehatan
1.
Pola persepsi
dan tata laksana hidup.
Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai
penyakit batu ginjal dalam menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tata
laksana hidup sehat.
2.
Pola nutrisi dan
metabolism.
Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan
menurun karena adanya luka pada ginjal.
3.
Pola aktivitas
dan latihan.
Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan
fisik gangguan karena adanya luka pada ginjal.
4.
Pola eliminasi. Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal
biasanya BAK sedikit karena adanya sumbatan atau bagu ginjal dalam perut, BAK
normal.
5.
Pola tidur dan
istirahat.
Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang
atau terganggu karena adanya penyakitnya.
6.
Pola persepsi
dan konsep diri.
Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi
yang akan dilakukan dan bagaimana dilakukan operasi.
7.
Pola sensori dan
kognitif.
Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang
dideritanya selama di rumah sakit.
8.
Pola reproduksi
sexual.
Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut
masih dapat melakukan dan selama sakit tidak ada gangguan yang berhubungan
dengan produksi sexual.
9.
Pola hubungan
peran.
Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar
tetap baik tidak ada gangguan.
10.
Pola
penaggulangan stress.
Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu
melakukan hal yang positif jika stress muncul.
11.
Pola nilai dan
kepercayaan.
Klien tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit yang
di derita ada obat dan dapat sembuh.
Pemeriksaan
Fisik
1.
Keadaan Umum
a.
Klien biasanya
lemah.
b.
Kesadaran komposmetis.
c.
Adanya rasa
nyeri.
2.
Kulit
a.
Teraba panas.
b.
Turgor kulit
menurun.
c.
Penampilan
pucat.
3.
Pernafasan : Pergerakan nafas simetris.
4.
Cardio Vaskuler : Takicardi, Irama jantung reguler.
5.
Gastro
Intestinal
: Kurang asupan makanan nafsu makan menurun.
6.
Sistem Integumen : Tampak pucat.
7.
Geneto Urinalis : Dalam BAK produksi urin tidak normal, Jumlah lebih sedikit karena ada penyumbatan.
Pemeriksaan
Penunjang
1.
Urin lengkap,
darah lengkap.
2.
Peningkatan
kadar bilirubin terkonjugasi yang disebabkan oleh obstruksi.
3.
Pemeriksaan IVP
B.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Pada
kasus nefrolitiasis didapatkan diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah :
1.
Nyeri
berhubungan dengan proses inflamasi, iskemia jaringan.
2.
Nutrisi kurang
berhubungan dengan in take in adekuat.
3.
Kurang
pengetahuan berhubungan dengan proses penyakitnya.
4.
Gangguan
aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot.
5.
Resiko
terjadinya kekurangan cairan berhubungan dengan in take peroral.
DAFTAR PUSTAKA
Kowalak-welsh-Mayer. 2002. Buku ajar patofisiologi, Jakarta : EGC
B Basuki. 2008. Dasar-dasar urologi, Malang: Sagung seto
Price, Sylvia A. (2006). Patofisiologi, Jakarta: EGC
Ali, Zaidin. 2009. Dasar-dasar Dokumentasi Keperawatan, Jakarta :
EGC
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC
Baradero, Mary et al. 2008. Klien Gangguan Ginjal, Jakarta : EGC
Grace, Pierce. 2006. At a Glance Ilmu Bedah, Jakarta : Erlangga
Mutaqqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan, Jakarta : Salemba Medika
Nursalam. 2011. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan, Jakarta : Salemba Medika
Purnomo, Basuki. 2011. Dasar-dasar Urologi, Jakarta : Sagung Seto
Syaifuddin, 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan,
Jakarta : EGC
Tarwoto. 2009. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan,
Jakarta : EGC
Tucker, Susan Martin. 2007. Standar Perawatan Pasien Perencanaan
kolaboratif & Intervensi Keperawatan, Jakarta : EGC
Wijayaningsih, Kartika Sari. 2013. Standar Asuhan Keperawatan,
Jakarta : Trans Info Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar