A.
DEFINISI
Diare adalah
kehilangan cairan elektrolit yang berlebihan terjadi karena frekuensi buang air
besar lebih dari 3 kali, dengan bentuk tinja cair atau encer (WHO, 1980).
Menurut bagian ilmu kesehatan anak Fakultas Kedokteran Indonesia
(1988), diare diartikan sebagai suatu kondisi buang air besar yang tidak normal
atau tinja yang encer dengan frekuensi lebih sering dari biasanya.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu
keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan
yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk
encer atau cair. Sedangkan menurut C.L
Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi
mukosa lambung atau usus.
B.
ETIOLOGI
1.
Faktor Infeksi
a.
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan
yang merupakan penyebab utama diare pada anak.
Infeksi enteral
ini meliputi:
- Infeksi
bakteri : Vibrio,
E. coli, Salmonella, Shigella, Campylo bacter, Yersinia, Aeromonas dan
sebagainya.
- Infeksi
Virus : Enteroovirus
(Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis) Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan
lain-lain.
Infestasi
parasit: Cacing, Jamur (Candida Albicans).
b.
Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh
lain diluar alat pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA),
Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya.
2.
Faktor Malabsorbsi
a.
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi
laktrosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan
galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi
laktrosa.
b.
Malabsorbsi lemak.
c.
Malabsorbsi protein.
3.
Faktor makanan: makanan besi, beracun, alergi
terhadap makanan.
4.
Faktor psikologis: rasa takut dan cemas
C.
PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik, akibat
terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Kedua akibat rangsangan tertentu
(misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan
elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat
peningkatan isi rongga usus. Ketiga
gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare
sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme
hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan
akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan
diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai
berikut:
1.
Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air
(output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya
kematian pada diare.
2.
Gangguan keseimbangan asam basa
(metabolik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja,
adanya kaosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor
tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia
jaringan.
Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion
Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
3.
Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih
sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena
adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan
absorbsi glukosa.
Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun
hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
4.
Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini
disebabkan oleh:
-
Makanan sering dihentikan oleh
orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat.
-
Walaupun susu diteruskan,
sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu
lama.
-
Makanan
yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena
adanya hiperperistaltik.
5.
Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi ronjatan (shock) hiperolemik,
akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah
berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak
segera diatasi klien akan meninggal.
D. TANDA DAN GEJALA
1.
Mula-mula anak/bayi cengeng
gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.
2.
Sering buang air besar dengan
konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan wiata.
3.
Warna tinja berubah menjadi
kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4.
Anus dan sekitarnya lecet
karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam
laktat.
5.
Terdapat tanda dan gejala
dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata
cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
6.
Perubahan tanda-tanda vital,
nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat
lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat
hipovokanik.
7.
Diuresis
berkurang (oliguria sampai anuria).
8.
Bila
terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan
dalam (Kusmaul).
E.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1.
Pemeriksaan tinja, meliputi:
a)
Makroskopis dan mikroskopis
b)
pH
dan kadar gula dalam tinja
c)
Bila perlu diadakan uji bakteri
2.
Pemeriksaan gangguan
keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan pH dan cadangan alkali
serta analisa gas darah.
3.
Pemeriksaan kadar ureum dan
kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4.
Pemeriksaan
elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
F. KOMPLIKASI
1.
Dehidrasi (ringan, sedang,
berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2.
Rengatan hipovolemik.
3.
Hipokalemia (dengan gejala
mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektro
kardiagram).
4.
Hipoglikemia.
5.
Introleransi laktosa sekunder,
sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa, usus
halus.
6.
Kejang
terutama pada dehidrasi hipertonik.
7.
Malnutrisi energi, protein,
karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.
G. DERAJAT DEHIDRASI
Menurut banyaknya cairan yang hilang,
derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
a.
Kehilangan berat badan
1)
Tidak
ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
2)
Dehidrasi
ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
3)
Dehidrasi
berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
b.
Skor Mavrice King
Bagian tubuh
Yang diperiksa
|
Nilai untuk gejala yang ditemukan
|
||
0
|
1
|
2
|
|
Keadaan umum
Kekenyalan kulit
Mata
Ubun-ubun besar
Mulut
Denyut nadi/mata
|
Sehat
Normal
Normal
Normal
Normal
Kuat <120
|
Gelisah, cengeng
Apatis, ngantuk
Sedikit kurang
Sedikit cekung
Sedikit cekung
Kering
Sedang (120-140)
|
Mengigau, koma, atau syok
Sangat kurang
Sangat cekung
Sangat cekung
Kering & sianosis
Lemas >40
|
Keterangan
-
Jika mendapat nilai 0-2
dehidrasi ringan
-
Jika mendapat nilai 3-6
dehidrasi sedang
-
Jika mendapat nilai 7-12
dehidrasi berat
c.
Gejala klinis
Gejala klinis
|
Gejala klinis
|
||
Ringan
|
Sedang
|
Berat
|
|
Keadaan umum
Kesadaran
Rasa
haus
Sirkulasi
Nadi
Respirasi
Pernapasan
Kulit
Uub
|
Baik (CM)
+
N (120)
Biasa
Agak cekung
Agak cekung
Biasa
Normal
Normal
|
Gelisah
++
Cepat
Agak cepat
Cekung
Cekung
Agak kurang
Oliguri
Agak kering
|
Apatis-koma
+++
Cepat sekali
Kusz maull
Cekung sekali
Cekung sekali
Kurang sekali
Anuri
Kering/asidosis
|
H. KEBUTUHAN CAIRAN
Tubuh dalam keadaan normal terdiri dari 60 % air dan 40
% zat padat seperti protein, lemak dan mineral. Pada anak
pemasukan dan pengeluaran harus seimbang, bila terganmggu harus dilakukan koreksi mungkin dengan cairan
parentral, secara matematis keseimbangan cairan pada anak dapat di gambarkan
sebagai berikut :
Umur
|
Berat Badan
|
Total/24 jam
|
Kebutuhan
Cairan/Kg BB/24 jam
|
3 hari
10 hari
3 bulan
6bulan
9 bulan
1 tahun
2 tahun
4 tahun
6 tahun
10 tahun
14 tahun
18 tahun
|
3.0
3.2
5.4
7.3
8.6
9.5
11.8
16.2
20.0
28.7
45.0
54.0
|
250-300
400-500
750-850
950-1100
1100-1250
1150-1300
1350-1500
1600-1800
1800-2000
2000-2500
2000-2700
2200-2700
|
80-100
125-150
140-160
130-155
125-165
120-135
115-125
100-1100
90-100
70-85
50-60
40-50
|
Whaley
and Wong (1997)
Menurut Ngastiyah (1997);
Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998); Suharyono, Aswitha, Halimun
(1998); dan Bagian Ilmu Kesehatan anak FK UI (1988), menyatakan bahwa jumlah cairan yang hilang menurut
derajat dehidrasi pada anak di bawah 2 tahun adalah sebagai berikut:
Derajat Dehidrasi
|
PWL
|
NWL
|
CWL
|
Jumlah
|
Ringan
Sedang
Berat
|
50
75
125
|
100
100
100
|
25
25
25
|
175
200
250
|
Keterangan :
PWL : Previous Water loss (ml/kg BB)
NWL : Normal Water losses (ml/kg
BB)
CWL : Concomitant Water losses (ml/kg BB)
I. PENATALAKSANAAN
1.
Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
a.
Pemberian cairan, jenis cairan,
cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
1)
Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral
berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare
akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak
dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l.
Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut
formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
2)
Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian
sebagai berikut:
- Untuk
anak umur 1 bl -2 tahun berat badan 3-10 kg :
·
1 jam pertama : 40
ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 13
tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
·
7 jam berikutnya : 12
ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4
tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
·
16 jam berikutnya : 125
ml/kgBB/ oralit
- Untuk
anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
·
1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam
atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
- Untuk
anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
·
1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam
atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
·
7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam
atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
·
16 jam berikut : 105 ml/kgBB
oralit per oral.
- Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
·
Kebutuhan
cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4
bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3
1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6
tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
·
Untuk
bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis
cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1
bagian NaHCO3 1½ %).
b.
Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat
badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:
-
Susu (ASI, susu formula yang
mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh
-
Makanan
setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
-
Susu
khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak
mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.
Standar Nutrisi parenteral untuk anak
diare adalah didasarkan atas kebutuhan kalori, kebutuhan asam amino, dan
kebutuhan mikronutrien.
Kebutuhan kalori
1.
BBLR : 150 Kkal/ Kg BB
2.
BBL
C: 120 Kkal/ Kg BB/bulan
3.
BB 0- 10 Kg : 100Kkal/ Kg BB
4.
BB
11- 20 Kg : 1000 Kkal + 50 Kkal x (BB -10)
5.
BB
> 20 Kg : 1500 Kkal + 20 Kkal x ( BB – 20)
Kebutuhan Asam amino
1.
BBLR 2,5 – 3/ Kg BB
2.
Usia 0 -1 tahun : 2,5 g/ Kg BB
3.
Usia 2 -13 tahun 1,5 -2g/ kg BB
Kebutuhan Mikronutrien
1.
Kalium 1,5 – 2,5 meq/ kg BB
2.
Natrium 2,5 – 3,5 meq/ kg BB
Salah satu contoh makanan untuk anak dengan diare adalah bubur tempe yang bertujuan
untuk memberikan diet kepada anak dengan diare. Adapun sasaran dan kegunaannya
adalah untuk meringankan kerja usus bagi penderita diare dan diberikan kepada
anak usia 6 -12 bulan dan anak usia 1 -5 tahun. Adapun bahan yang dibutuhkan
adalah tepung beras 30 gram, tempe 50 gram, margarine 10 gram dan gula pasir 20
gram, serta air 200 ml. Adapun caranya ada 2 yaitu cara pertama: tempe di blender ditambah 20 cc, campurkan tempe yang
sudah diblender dengan tepung beras, gula pasir, margarine dan air sebanyak 200
cc, aduk hingga rata, lalu mask diatas api sampai mengental dan siap disajikan.
Cara kedua: tempe direbus lalu
dihaluskan, campur tempe , tepung beras, margarine, gula pasir dengan sisa
rebusan tempe sebanyak 200 cc. Masak diatas api sampai mengental kemudian disaring
dan siap untuk disajikan.
c.
Obat-obatan (farmakologik)
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan
yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
2.
Keperawatan
Masalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya
gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan rasa
aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai proses penyakit.
Mengingat diare sebagian besar menular, maka perlu dilakukan
penataan lingkungan sehingga tidak terjadi penularan pada klien lain.
a.
Data fokus
1)
Hidrasi
-
Turgor kulit
-
Membran mukosa
-
Asupan dan haluaran
2)
Abdomen
-
Nyeri
-
Kekauan
-
Bising usus
-
Muntah-jumlah, frekuensi dan
karakteristik
-
Feses-jumlah, frekuensi, dan
karakteristik
-
Kram
-
Tenesmus
b.
Diagnosa Keperawatan
1.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake yang
kurang
2.
Gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare.
3.
Resiko peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare
4. Resiko gangguan integritas kulit
berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.
5. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang
berhubungan dengan BB menurun terus menerus.
6. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan
invasive
c.
Intervensi keperawatan
Diagnosa 1 : Gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara
maksimal
Kriteria hasil :
o
Tanda
vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )
o
Turgor
elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
o
Konsistensi
BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
1). Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan
dan elektrolit
R/ Penurunan sisrkulasi volume
cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini
memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit
2).
Pantau intake dan output
R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus
membuat keluaran tak aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
3).
Timbang berat badan setiap hari
R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama
dengan kehilangan cairan 1 lt
4).
Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara
oral
5).
Kolaborasi :
·
Pemeriksaan
laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
R/ koreksi
keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal
(kompensasi).
·
Cairan
parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
R/ Mengganti
cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
·
Obat-obatan
: (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
R/ anti sekresi
untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang, antispasmolitik
untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas
untuk menghambat endotoksin.
Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan out put
Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS
kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria :
·
Nafsu
makan meningkat
·
BB
meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :
1)
Diskusikan dan jelaskan tentang
pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau
dingin)
R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat
merangsang mengiritasi lambung dan sluran usus.
2)
Ciptakan lingkungan yang
bersih, jauh dari bau yang tak sedap
atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat
R/ situasi yang
nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3)
Berikan
jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
R/ Mengurangi
pemakaian energi yang berlebihan
4)
Monitor intake dan out put dalam 24 jam
R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah
makanan.
5)
Kolaborasi
dengan tim kesehtaan lain :
1. terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
2. obat-obatan atau vitamin ( A)
R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses
pertumbuhan
Diagnosa 3 : Resiko peningkatan
suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama
3x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil :
·
Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
·
Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor,
kalor, tumor, fungtio leasa)
Intervensi :
1)
Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi
tubuh ( adanya infeksi)
2)
Berikan kompres hangat
R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan
produksi panas tubuh
3)
Kolaborasi pemberian
antipirektik
R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak
Diagnosa 4 :Resiko gangguan
integritas kulit perianal berhubungan dengan
peningkatan frekwensi BAB (diare)
Tujuan : setelah dilakukan tindaka
keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak
terganggu
Kriteria
hasil :
·
Tidak
terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
· Keluarga mampu
mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar
Intervensi :
1)
Diskusikan
dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
R/ Kebersihan mencegah
perkembang biakan kuman
2)
Demontrasikan serta libatkan
keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta
alasnya)
R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak
diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman feces
3)
Atur posisi tidur atau duduk
dengan selang waktu 2-3 jam
R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang
lama sehingga tak terjadi iskemi dan irirtasi
Diagnosa 5 : Kecemasan anak
berhubungan dengan tindakan invasive
Tujuan : setelah dilakukan
tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu beradaptasi
Kriteria hasil : Mau
menerima tindakan perawatan, klien
tampak tenang dan tidak rewel.
Intervensi :
1)
Libatkan keluarga dalam
melakukan tindakan perawatan
R/ Pendekatan awal pada
anak melalui ibu atau keluarga
2) Hindari persepsi yang salah pada
perawat dan RS
R/ mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan
lingkungan RS
3) Berikan pujian jika klien mau diberikan
tindakan perawatan dan pengobatan
R/ menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan
kemampuannya
4) Lakukan kontak sesering mungkin
dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal (sentuhan, belaian dll)
R/ Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan
menunbuhkan rasa aman pada klien.
5)
Berikan mainan sebagai rangsang
sensori anak
DAFTAR PUSTAKA
1.
Beth
cecyl L, Sowden Linda A ( 2002 ) . Buku
Saku Keperawatan Pediatrik, Jakarta : EGC
2.
Brunner
& Suddart ( 2001). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Jakarta, EGC
3.
Loehari
& Wirjoatmojo M ( 1999) Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam : Rehidrasi, Jakarta, FKUI
4.
Markum,A.H.(1991).
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I, Jakarta
FKUI
5.
Ngastiyah (1997). Perawatan Anak Sakit, Jakarta, EGC
6.
PMPD
( 1999). Buku Ajar Diare, Jakarta,
Depkes R
7.
PT Otsuka ( 1998 ). Dasar Terapi Cairan dan Nutrisi, Jakarta
8.
Suriadi
& Yuliani R ( 2001 ). Asuhan
Keperawatan Pada Anak, Edisi 1 , Jakarta, CV, Sagung Seto
9.
Staf
Pengajar IKA (2000), Buku Kuliah Ilmu
Kesehatan Anak 1, Bagian Ilmu
Kesehatan Anak, FKUI
10.
Whaley’s and Wong (2001) Clinical manual of pediatric Nursing Edisi 4,
USA Mosby
Tidak ada komentar:
Posting Komentar